Warna Cinta Shepia

Maheera Indra
Chapter #14

Banyak Banget

Buk Era menyapa Sisil dengan hangat.

"Hai, Sisil. Hari ini mau baca buku apa lagi?" tanya ibuk yang masih muda itu.

"Mau cari Lupus, buk!" Sisil langsung mencari buku novel kocak favoritnya.

Ia ambil di posisi sudut rak yang jarang di datangi pengunjung. Sesekali ia tertawa membaca tulisan karya Hilman itu.

"Jadi gimana Tin, aku tuh pingin balik sama Al, tapi dianya kemana-mana ngikutin si Sisil terus. Belum lagi gosip-gosip yang beredar, mereka pacaran!"

Sisil mendengar suara pelan dari lorong rak sebelah. Mungkin mereka mengira tidak ada orang di perpustakaan ini.

"Tapi, kemarin aku tanya ke Al, mereka tidak pacaran. Cuma teman katanya!" kata Tina.

"Hem, kalau memang iya, coba pisahkan tempat duduk mereka. Aku enggak mau lihat Al duduk di belakang Sisil. Gimana, bisa bantu?" tanya Rivi memastikan.

Sisil yang mendengar berkata dalam hati, "Hah, dikiranya cakep kali gitu, Al, sampai bawa-bawa aku. Al memang baik, tapi kalau dianggap mengambil pacar orang, biarlah menjauh. Bahkan dari kemarin sudah menjaga jarak pun, eh, dianya yang makin penasaran. Semoga usaha kalian berhasil Rivi!" Sisil tertawa lagi. Baru kali ini dia mendoakan hal yang baik buat orang yang menganggap dirinya musuh.

Setelah memastikan mereka pergi, Sisil lalu meminjam dua novel untuk dibaca di rumah lalu kembali ke kelas.

"Kemana aja kamu, Sisil? dicariin dari tadi!" tanya Dina.

"Hem, macam tak tahu saja, kalau aku ke pustaka!"

"Kami udah ke kantin tadi makan. Tadi dicari juga ke perpus juga enggak kelihatan." tanya Fida.

"Pokoknya kalau aku ke perpus cari sampai ke lobang tikusnya." kata Sisil diiringi dengan gelak tawa dari sobat-sobatnya itu.

"Eh, sebentar lagi kita kenaikan kelas kan. Mudah-mudahan kelas kita enggak diubah ya!" kata Okta.

"Iya, biar kita dapat contekan terus dari Sisil. Soalnya cuma Sisil yang dipercaya!" sambung Dina.

***

Sisil turun dari angkot sepulang sekolah. Sesampainya di simpang tempat menunggu bis kota, ia dan Fida naik ke bis yang berbeda. Fida mendapat bis kota dahulu. Tak berselang lama, Al datang.

"Sisil, aku temani kamu pulang ya!" tawar Al.

"Enggak usah, Al!" jawab Sisil pelan.

"Aku tahu kamu marah sama aku, tapi aku bersyukur, walaupun marah kamu tetap senyum sama aku. Itu yang aku suka!" kata Al.

Bis kota berhenti di depan dua anak SMK itu. Sisil naik, lalu diikuti oleh Al.

"Sudah hampir setahun, aku tidak pernah mengantarkan kamu ya?" kata Al.

"Iya!" balas Sisil singkat.

"Kamu enggak kangen?" tanya Al lagi.

"Kadang-kadang!" jawab Sisil pelan.

Lihat selengkapnya