Warna Cinta Shepia

Maheera Indra
Chapter #15

Cuma mau Sisil, Ya Tuhan!

POV Balza

Flash Back On

 Siang itu Balza ingin ke rumah Sisil. Sudah hampir seminggu dia tidak berjumpa. Ujian kenaikan kelas memang ia membiarkan Sisil sedikit tenang untuk belajar.

Ia sangat mengagumi semangat belajar Sisil. Bahkan empat puluh sembilan pacarnya tak ada yang punya semangat belajar seperti Sisil. Jika pun ada, selera humornya tidak seperti Sisil. Ah, kenapa semakin tidak bertemu Sisil, semakin rindu tentunya. Ia ingin anaknya nanti punya ibu seperti Sisil.

 "Sisil itu bagi aku, sahabat yang bisa dibawa bersama-sama. Cuma dia saja yang belum merasakan yang namanya kasih sayang dari lawan jenis!" Pikir Balza.

Gadis manis yang punya kelakuan acak. Ia tahu kesedihan sahabatnya itu. Namun, belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun.

Balza melangkah ke rumah Sisil. Belum sempat mengetuk pintu, ia melihat seorang dengan seragam yang sama dengan Sisil. Hanya saja Sisil tidak melihat kedatangan Balza. "Ah, bersyukur Sisil tidak melihatku, mungkin dia sedang di dapur!" sangka Balza dalam hati.

Balza lalu kembali ke rumahnya. Namun, sorot matanya tidak lepas dari pintu rumah Sisil.

"Kenapa aku bisa seperti ini ya? Bahkan aku tidak pernah memperlakukan Mela dan lain-lainnya sedalam ini?"

"Tidak, aku enggak mau Sisil pergi dari aku!"

Tak beberapa lama, Balza melihat teman lelaki Sisil itu pergi.

"Ah, rasanya malu sekali ingin bertanya siapa laki-laki itu!"

Raut wajah Sisil tampak berbeda. Ia terlihat senyam-senyum setelah mengantarkan teman lelakinya itu.

"Aku cuma ingin Sisil, ya Tuhan!" ucap Balza memohon dari hati.

Flash back Off.

***

 Balza tertawa tiba-tiba, melihat raut wajah Sisil.

"Sil, kalau aku buat kata itu sama Mela, kira-kira dia mau enggak?" kata Balza berpura-pura. Ia sadar Sisil tidak akan nyambung dengan apa yang ia katakan.

 "Apa kamu bilang. hahahaha. Tanya saja sendiri sama Mela, enggak perlu cobain ke aku kali. Lagian enggak ngaruh juga ke aku!" kata Sisil lagi sambil tertawa.

 "Ya, ampun, Sisil, iya kali karna umur kamu baru lima belas tahun, jadi enggak ngerti perasaan kayak gini!" kata Balza sambil tetap mengunyah kacang goreng.

 "Masa' sih. Kalau perasaan aku ke bang Hendy kemarin gimana Za? apa belum bisa dikatakan cinta gitu? Tuh kan aku jadi sedih kalau ingat itu!" Sisil agak mewek.

 "Sisil kamu itu beda. Kamu saja yang enggak mau ngelihat gelagat kalau orang itu suka sama kamu, tulus enggak sama kamu, sayang enggak. Sering-seringlah sama aku, nanti aku ajarin kamu apa itu cinta. Tapi jangan pacaran sama orang lain, nanti kamu bingung mengolah rasa!" kata Balza seolah-olah menasehati.

 "Ih, ini pasti kamu memang mau ajak aku pacaran, ngaku ajalah. Enggak usah pakai rayu-rayuan mesti dekat-dekat kamu terus!" Sisil tertawa lagi.

 "Ya, ampun, gimana mau buat cewek satu ini mengerti ya?" tanya Balza dalam hati.

 ***

Riuh kehebohan di pagi ini. Beberapa orang yang ada di kelas tiga bersorak gembira karena ada yang masih di tempatkan pada kelas yang sama, ada juga yang berbeda kelas. Intinya kalau mereka melihat nama teman akrabnya sekelas, teriak, ya pisah dengan teman akrabnya juga teriak. Super sekali bukan?

 Tapi, ini tidak berlaku bagi Sisil dan tiga sahabatnya itu. Sisil terpisah sendiri di kelas unggulan. Sementara tiga sahabatnya di kelas yang sama.

"Kamu memang patut di kelas itu, Sisil. Nanti pokoknya kita bareng terus. Enggak usah takut sama geng yang satu itu. Kamu pasti bisa nanganin masalahmu di kelas nanti!" kata Okta.

Lihat selengkapnya