Di dalam mobil Fortuner hitam di jok depan, Bella melempar pandangannya keluar. Ke arah rumah yang selama 8 tahun terakhir menjadi rumahnya.
"Bella, kita masih bisa kembali ke sini. Karena aku nggak akan pernah menjual rumah ini!" seru Galang,
"Bella tahu, Om. Hanya...," sahutnya dengan dengusan.
Galang menatapnya, ia tahu apa yang dirasakan gadis yang mulai tumbuh dewasa itu, "Aku yakin, kamu sudah siap untuk kembali menatap kotamu. Kamu sudah bukan bocah lagi kan?" tambah Galang dengan gurauan.
Bella membulatkan bola matanya, "Bocah!" desisnya memutar kepala perlahan ke arah Galang, "Sekarang, siapa yang kalau tidur masih memeluk boneka panda!" balasnya.
Seketika raut Galang bersemu merah, "Hei, jangan buka kartu dong...!"
"Om dulu yang mulai!"
"Ok-ok. Lebih baik sekarang kita berangkat, agar nggak kesorean sampainya!" dalih Galang.
Bella membuang muka, Galang bukan hanya sebagai omnya saja, tapi juga orangtua dan temannya. Berhubung Galang juga pria berjiwa muda, juga selalu memberinya semangat.
Mereka berhenti di rest area di daerah Indramayu untuk mengisi perut dan lain-lain, lalu melanjutkan perjalanan dengan gantian Bella yang berada di balik kemudi. Sementara Galang tertidur di jok sebelahnya, mereka sampai di daerah Tebet sekitar jam satuan.
"Om!" Bella menggoyang tubuh Galang hingga terjaga,
"Hemmmm!" guman Galang menggeliat, ia menoleh Bella perlahan dengan malas, "Sudah sampai mana?" tanyanya lesu.
"Om enak sekali ya, tidur nyenyak bermimpi indah sementara aku harus menyopir!" cerocosnya,
Galang malah tersenyum nakal, "Anggap saja itu sebagai salah satu baktimu!"
Bella mendengus.
"Di depan belok kiri!" seru Galang, ia memang sering mondar-mandir ke Jakarta - Cilacap untuk pekerjaannya. Akhirnya mereka memasuki kawasan kompleks, memang bukan kompleks elit tapi prumahannya lumayan ok. Bella mencari kompleks B, Galang membelinya dari temannya dengan harga yang sedikit miring beberapa bulan lalu, berhubung mereka teman baik.
"Nomor 12...c, ok. Ini dia...!" desis Bella setelah menemukannya, "Ok, kita sampai. Sepertinya rumahnya nyaman, Om!" serunya memandangi rumah bercat putih-gray-hitam itu dengan pintu masuk berwarna coklat seperti kebanyakan rumah yang ada.