Max menatap Bella yang berjalan menuju rumahnya. Gadis itu tak menoleh, gadis yang unik. Cantik tapi galak sekali, dan sepertinya tak bisa dianggap remeh.
Pintu itu terbuka sebelum tangan Bella menggapai, Galang meletakkan tangannya ke bingkai pintu seolah memberi plang agar Bella tak bisa masuk,
"Dari mana, kenapa baru pulang?" tanyanya menyelidik. Ia sengaja menunggu di ruang tamu, begitu mendengar suara mobil merapat ia pun bergegas ke pintu utama.
"Maaf Om, tadi ada sedikit masalah!"
"Kota besar cepat sekali merubah seseorang ya, bahkan gadis kecilku yang manis!" sindirnya dengan nada kecewa.
Bella tahu ia memang bersalah karena tidak menepati janji, "Om..., Bella nggak melakukan apa-apa kok. Sumpah! Tadi itu...!"
"Apa pun alasannya Bella, kita sudah sepakat. Kamu punya jam malam, jangan membuatku gagal mendidikmu!" tegasnya,
"Maafkan Bella, Om!"
Galang melirik pemuda yang masih berada di dalam mobilnya di dekat rumah, "Siapa dia?" tunjuknya dengan dagu.
Bella menoleh ke arah Max yang belum beranjak, "Nah! Itu dia, Om!"
"Siapa?"
"Maksudku, itu kenapa aku pulang terlambat!"
"Tunggu!" Galang memotong, "Aku seperti..., mengenal wajahnya!" terkanya mengamati Max yang diam meski ia tahu kedua orang itu memerhatikannya.
"Dia Maxim, Om!" sahut Bella. Seketika Galang menolehnya,
"Max, maksudmu..., Maxim Alfiano Wardana?" ia seolah tak percaya.
Bella mengangguk mantap. Galang terlihat menelan ludah.
***
Mischa langsung merebut botol yang sedang dipungut oleh Han seraya duduk ia menenggaknya. Han hanya menatapnya, ia tahu temannya pasti sedang kesal. Sementara Luke duduk di sisi Rea, menyandarkan kepalanya ke belakang.
"Kenapa, jangan bilang kalau lo kalah kali ini?" sindir Rea,
Luke menyimpulkan senyum, "Ada seorang gadis yang berhasil membuatnya jadi pecundang malam ini!" tukasnya.
"Seorang gadis?" desis Rea, "dari Club mana?"
"Mars!" dengus Mischa,
Han mengernyit, memandang luke, "Mars, siapa?" tanyanya mulai kepo.