WARNA RASA DISETIAP HUJAN

Vy
Chapter #1

2016 - Saguna

“Aku adalah orang selalu merasa cukup, aku dan dia adalah orang yang berjarak, bukannya ingin hubungan tanpa ada status, karena bagiku kalau sekedar kata untuk mengungkapkan rasa maka itu gak akan pernah cukup, lebih baik aku memilih untuk tidak mengumbar kata-kata, beda jika aku bisa berbuat sesuatu”.

Jakarta, 2013.

Aku terdiam membaca seluruh bait kalimat yang ia lontarkan melalui pesan singkatnya pada Maret 2019, kata-kata itu resmi mengalun dalam benak ku tentang kisah seseorang yang berjarak namun tak jua dipersatukan, hanya kata cukup yang menjadi garis besar ceritanya.

Konon katanya Ia adalah sosok perempuan asal timur, ia tergila-gila padanya, pada sesosok mata bulat berwarna coklat, rambut lurus bergelombang dan tinggi semapai. Jarak tak menjadi halangan kala ombak dan badai besar belum datang menghantam. Sampai akhirnya kandas jua cintanya kala ombak lain menghampiri relungnya.

Semudah itu hatinya tergoyahkan pikirku, namun ternyata ada kisah tersendiri diantara keduanya. Ia tak lagi mencintai timur namun tak jua mengungkapkan rasa pada indahnya barat, apa yang Ia mau? Pikirku. Apa yang ada dibenaknya kali ini? Sorot matanya seakan membisikan rasa yang jauh terpendam entah untuk siapa, ia termenung dengan perasaannya sendiri, tak tau apa yang telah terjadi. Bisikan dari barat jauh lebih kuat namun rasanya tak lagi beradu.

Ia jatuh pada tatapan yang sendu dan mengundang banyak tanya, ia jatuh pada semua perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, namun ia tak mengerti harus apa dengan rasa itu? Atau harus bagaimana cara mengungkapnya? Ia tak ingin mengekang dan tak ingin dikekang, karena ia pernah tau bagaimana rasanya dikekang.

***

Berawal dari pertengahan tahun 2017, setelah 1 tahun lamanya dan menempuh 2 kali ujian untuk masuk ke perusahaan impian didepan mataku adalah ujian yang terberat. Satu kali gagal pada tahun 2016 tidak membuatku goyah untuk mencoba kembali pada tahun 2017, berkat dukungan besar dari keluargaku dan salah satu temanku yang telah lebih dulu lolos pada perusahaan yang kuimpikan ini, ooh bukan, dia bukan teman, dia lebih dari sekedar teman, dia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri karena terlahir dari orangtua yang mempunyai suku yang sama, yaitu Minang. Ayahku adalah seorang minang sedangkan ibuku seorang suku sunda.

Tidak sengaja aku bertemu dengan salah satu kerabat yang telah lolos terlebih dulu pada tahun 2016, kita tidak pernah tau bahwa ternyata mungkin saja salah seorang disekeliling kita akan menjadi bagian terpenting dalam hidup kita suatu hari nanti. Contoh nyatanya adalah antara aku dan Saguna.

Pertemuanku dengan Saguna pertamakali yaitu pada tahun 2016, saat sedang melangsungkan tes psikotest di salah satu perusahaan e-commerce dibilangan Jakarta Selatan, ia adalah salah satu peserta dari tes tersebut, kami berkenalan diruang tunggu saat sedang menunggu tes dimulai hari itu.

“Hai, gw Saguna, panggil aja gw Guna, he he he, eh tapi Sagun juga boleh deng, terserah lo” Sapanya.

“Gw Alya. Loh, lo juga peserta tes? Gw kira udah kerja disini, ha ha ha. Jam berapa ya mulainya? Perasaan daritadi ngak mulai-mulai, udah mulai deg-degan nih asli” Kataku.

“Bukan, gw juga tes disini, yah mudah-mudahan bener ya gw lolos. Yah, biasalah Al, kitakan cuman peserta yang selalu harus bersabar, hehehe, paling juga ngaret nih. Btw, lo udah kerja Al? Atau baru pertama kali kerja?” Tanya Saguna.

Lihat selengkapnya