“Gemukin badan kamu kalo kamu mau aku ngak selingkuh lagi!”
Namanya Gugun, ia adalah salah satu pria yang pernah menjalin hubungan serius denganku, selama kurang lebih 3 tahun lamanya, masa 3 tahun ini membuanya sangat yakin untuk menjalin hubungan lebih serius denganku, oleh karena itu ia memutuskan untuk datang kerumaku dan memintaku kepada orangtuaku pada pertengan tahun 2015 lalu, namun tidak lama berselang dari pertunanganku dengannya ia juga yang membuatnya menjadi berantakan dan akhirnya kami menyudahi hubungan kami pada akhir tahun 2015.
Awal cerita yang panjang jika mengingat kembali bagaimana perlakuan Gugun padaku kala itu, ia dengan pribadinya yang simpatik serta dinilai menyenangkan menurut ibuku membuatnya senang untuk menjalin hubungan serius denganku karna dukungan dari ibuku dan ayahnya, namun tidak dengan ibunya dan ayahku.
Hubungan kami selama 3 tahun memang banyak menuai permasalahan, mungkin aku yang terlalu memaksakan keadaan kami kala itu, mungkin Tuhan memang sudah memberikan tanda untuk hubungan kami yang tidak akan lancar, namun aku tak pernah sadar akan hal itu.
Berawal dari salah seorang teman kuliahku dulu yang mengenalkan kami, karena Gugun pernah sekali bertemu denganku pada waktu acara pernikahan salah satu kerabat kami dan ia tertarik untuk mengenalku. Pertamakali melihat Gugun aku merasa ia adalah pria yang bertanggung jawab, pria yang lembut namun penuh dengan banyolan yang membuatku ingin terus tertawa dan tersenyum jika berapa disampingnya. Ia pernah berjanji bahwa ia hanya ingin menumbuhkan perasaannya hanya padaku dan tidak akan pernah tertarik lagi dengan perempuan lain, baginya aku nomer 2 setelah ibunya.
Ia mengatakan bahwa aku adalah wanita tersabar yang pernah ia temui, perjalanan hidupku membuatku lebih dewasa katanya daripada perjalanan hidupnya. Itulah hal yang membuatnya jatuh cinta padaku. Usia kami tidak jauh, Gugun setahun lebih tua dariku. Namun ia merasa caraku berpikir lebih dewasa daripadanya.
“Kamu tuh, tau ngak sih apa yang ngebuat aku jatuh cinta terus sama kamu? Karena kamu dewasa, dari segi pemikiran kamu lebih dewasa daripada aku, aku suka perempuan yang keibuan, hangat dan lebih matang dalam berpikir, aku tinggalin mantanku yang lalu dan ninggalin semua kebiasaan buruk aku setelah pertama kali kita kenalan, karna aku yakin sama kamu” Ucap Gugun dimobil kala itu sehabis menjemputku dari kampus.
Hubungan kami ditentang oleh ayahku dan ibunya. Tidak pernah ada jalan yang mulus untuk kami berdua, dari mulai Gugun yang resign dari pekerjaannya dan menjadi pengangguran selama hampir 3 bulan lamanya, lalu kecelakaan mobil barunya yang akhirnya menelan biaya besar dan memangkas uang tabungan acara pernikahan kami yang sudah kami kumpulkan hampir 2,5 tahun karena ingin mandiri dalam melangsungkan acara pernikahan tanpa bantuan orangtua kami, setelah itu kejadian-kejadian lainnya terus menimpa, aku juga pernah memergokinya masih berhubungan dengan mantannya melalui sebuah sosial media dan aku pernah memergokinya mengunjungi mantannya disalah satu rumah sakit tempat perempuan itu bekerja. Pernah sekali kami bertengkar karena perempuan itu, namun setelah pertengkaran-pertengkaran tersebut kami kembali normal, tak berselang lama hal tersebut terulang lagi, kali itu aku tidak pernah berucap lagi padanya, aku merasa buang-buang waktu karna aku merasa suatu hari nanti ia pasti akan jujur padaku. Dimana janjinya yang katanya telah meninggalkan kebiasaannya untuk berselingkuh.
Darinya aku belajar bahwa selingkuh adalah sesuatu hal yang tak termaafkan, darinya aku belajar bahwa selingkuh adalah suatu penyakit yang tidak akan pernah bisa sembuh total jika tidak ada niat yang benar-benar tulus untuk memang meninggalkan penyakit tersebut, karena selingkuh memang tidak akan pernah ada obatnya.
***
Ketidak setujuan ayahku terhadap hubunganku dengan Gugun bermula pada pertemuan pertama ayahku dan dia, ayahku selalu merasa ada yang tidak beres dengan Gugun dari awal pertemuannya dengan Gugun, ketika itu ia datang untuk menjemputku dirumah.
“Kerja dimana Gun?” Tanya ayahku.
“Oooh, di perusahaan IT Om, udah hampir 3 tahun disana” Jawab Gugun malu-malu.
“Kontrak atau udah tetap Gun disana?” Tanya ayahku kembali.
“Masih kontrak om, jaman sekarang susah banget om buat jadi permanent, dikantor yang sekarang temen-temen saya kontrak semua juga om, he he he” Jawab Gugun terkekeh.
Semenjak percakapan itu ayahku tak pernah ingin aku berhubungan jauh dengan Gugun. Ayah menginginkanku untuk mendapatkan pria yang settle baik dari segi pemikiran maupun pekerjaan, tidak masalah katanya pekerjaannya apapun, yang penting ia mapan dalam berpikir, pegawai tetap, sholeh dan sopan. Beberapa kali aku bertengkar dengan ayahku, beberapakali ayah mengingatkanku untuk menasehati Gugun agar mencari pekerjaan yang menetap demi kebaikannya juga dan beberapa kali juga aku menjelaskan pada Gugun secara baik-baik, aku mencoba untuk mencari timing yang pas untuk membahas hal tersebut tanpa menyinggung perasaannya, akhirnya karena aku tidak kuat dengan perselisihan antara keduanya aku pernah mengancam ayahku bahwa aku ingin nekat bunuh diri, keluar dari rumah dan untuk jangan lagi mencampuri urusanku dengan Gugun, jika dipikir kembali betapa dosanya aku saat itu dengan ancamanku tersebut terhadap ayah yang telah membesarkan sampai aku ada diumurku saat ini.
“Ayah kamu ngak suka aku, ya? Inilah pekerjaanku, hargai pekerjaanku dong, emang gampang nyari kerjaan? Emang gampang gitu jadi pegawai tetap? Dikantorku nih yang, orang-orangnya pada dijanjiin melulu, setelah 2 tahun kartap, manaaa sampe sekarang satu-satunya orang yang kartap tuh si Mas Ari doang yang, yaitu juga denger-denger katanya dia berhasil ngapain gitu, jadi si boss seneng, diangkatlah dia” Ucap Gugun menggebu-gebu.
Aku paham, mungkin ia merasa terbebani dengan kalimat yang ku ucapkan meskipun dengan ucapan baik-baik. Aku paham ia mungkin selama ini terbebani dengan Ayahku yang menginginkannya untuk menjadi karyawan tetap jika ingin meminangku. Namun aku juga paham, mungkin maksud ayah baik, jika saja Gugun lebih berusaha keras mendekati ayahku mungkin ini semua tak akan terjadi, bukankah usaha seseorang akan membuahkan hasil yang tak pernah kita duga?
Namun, aku juga mulai banyak bertengkar dengannya setelahnya, dari mulai sifat kekanak-kanannya dan ke egoisannya, contohnya, “Aku mau kita pake adat Sunda aja ya kalo nikah, titik. Kan orangtuaku sama ibu kamu juga lebih dominan ke Sunda, aku ngak mau pake adat lain” sampai ke “Aku maunya kamu jangan kurus gini dong, paham sih kamu habis sakit, butuh recovery, tapi kamu harus berusaha ya yang, buat jadi gemuk lagi!” Dan “Setelah kita nikah, aku mau rumah kita deket rumah orangtuaku, ya. Kasian Papah sendirian, kan si Aa udah di Bekasi sana sama istri plus mertuanya, si Rani lanjut kuliah lagi di Surabaya, mamah belum pensiun dari kerja, mamah juga butuh aku yang”. Itulah kalimat-kalimat yang sering ia lontarkan padaku.
Kukira Gugun adalah lelaki terhangat yang pernah aku temui, karena keinginanku selama ini adalah mendapatkan lelaki yang hangat, kebapakan dan tidak keras kepala serta egois. Hal ini tentu berbeda 180 derajat dengan sifatnya.