Aku dan Hanum pergi ke Bogor diakhir pekan, setelah seminggu yang lalu kami sempat pergi kesalah satu pameran buku di Jakarta, kami pergi ber 2 tadinya dengan Arin, karena hanya dia yang dapat menjadi pembimbing kita selama di Bogor, namun Arin tiba-tiba mendadak tidak jadi ikut karena ada urusan penting dengan orangtuanya, jadi ia memutuskan untuk tidak ikut dalam perjalanan kali ini. Terasa kikuk rasanya berjalan hanya berdua dengan Hanum,
“Ini kali ke berikutnya, ya Al ke Bogor, tapi kali ini ngak ada Arin, sayang banget, ya” Ucap Hanum membuka kalimat setelah sekian lama berdiam di perjalanan kereta menuju Bogor.
“Jadi sekarang udah punya list kan Num, kalau suatu hari nanti ke Bogor sendirian atau sama pacar kamu, ha ha ha”
“Bisa aja Al, ha ha ha, bukan pacar, sih Al tepatnya”
“Hmmm, siapa sih Num? Hi hi hi” ujarku yang mulai kecewa sesaat setelah Hanum mulai agak membuka dirinya dengan kehidupan pribadinya.
“Ooh bukan Al, bukan pacar, hmmm lebih tepatnya aku ngak mau ngebahasain kita pacaran sih, tapi kita punya hubungan spesial”
“Oooh, ha ha ha, hmmm hubungan tanpa status?”
“Bukan Al, aku ngak bilang itu hubungan tanpa status juga sih, ha ha ha, yaaah panjang juga sih Al cerita, dilain waktu aja, ya aku cerita” Hanum terlihat mulai resah saat aku mulai membuka kembali cerita kehidupan pribadinya dan ingin tahu berlebihan tentang hidupnya, mungkin memang seharusnya aku sedikit pelan-pelan.
“Ngaka apa-apa Num, kalau kamu mau cerita, cerita aja, aku siap denger, kan aku bilang aku suka kalau ada yang curhat sama aku, sejujurnya aku juga pengen curhat banyak Num”
“Mau cerita apa Al?”
Aku tidak menanggapi pertanyaan Hanum, alhasil aku hanya banyak diam seribu bahasa setelah kulihat Hanum dengan wajah teduhnya mulai bereaksi ketika aku ingin bertanya lebih dalam mengenai kehidupannya, aku tidak berani lagi bertanya sampai Hanum sendiri yang memulai untuk bertanya. Namun, canggung rasanya berdiri didekat orang yang kita kenal dan tidak ada satu patah katapun keluar dari mulut.
Niatku untuk bercerita mungkin akan terlintas pada jam-jam berikutnya, mungkin ketika tidak seramai dikereta, atau mungkin saat makan, masih banyak waktu, pikirku.
Hanum berjanji akan memperlihatkan padaku buku curahan hatinya sebelumnya, ia rajin membawa-bawa buku kecil itu kemanapun ia pergi. Ia lebih suka tenggelam dengan tulisan, atau lebih suka merencanakan sesuatu dengan tulisan.
“Al, mau nemenin ngak ke salah satu toko dideket stasiun Bogor, aku mau liat-liat beberapa backpack sih, toko mereka ngak jauh kok dari stasiun”
“Boleh aja Num, buat ke timur ya? He he he”
“Ha ha ha, enggak juga sih Al, tas ini tuh bisa dipake ngemping, dipake jalan jauh yang non kemping juga bisa, aku lebih suka tas yang bisa multifungsi gitu Al, jadi banyak fungsinya, ngak perlu ribet punya tas banyak. Aku udah searching sih dibeberapa online shop, cuman aku pengen liat detail spesifiknya aja di tokonya plus pengen liat kalau ditoko aslinya langsung harganya berapa, ada diskon menarik atau enggak” Ujarnya.
“Waaw, waaww, waaw, kamu yaah Num, ha ha ha, selalu antusias deh sama yang namanya pertanyaan tentang kemping, atau backpacker, gampang juga nyari celah ngobrol sama kamu, ha ha ha”
“Ha ha ha, bisa aja Al, bagiku tuh menjelajah Indonesia nomer 1 dari sekian impian yang aku punya Al, seru aja ngeliat banyak hal, belajar budaya orang lain, mungkin jiwaku sama kayak papaku, suka berpetualang kemanapun, papaku juga gitu dari jamannya muda sampai sekarang Al”
“Waahhh, hebat! Ayah dan anak yang mirip, emang ya, buah tuh ngak jatuh jauh dari pohonnya itu bener ternyata ya, Num, yaah, ngak apa-apa laah Num, hal positif suka ngejelajah”
“Kalau ngejelajah hati orang lain gimana tuh Al? Ha ha ha, hal positif ngak tuh, ya?”
***
Bogor sedang mendung hari itu. Aku dan Hanum sempat mampir di toko favorit Hanum untuk sekedar melihat barang yang ia inginkan yang letaknya tidak jauh dari stasiun Bogor, tokonya lumayan lengkap, isinya menjual beberapa peralatan gunung, tapi ada beberapa juga yang non peralatan untuk ngedaki. Hanum selalu antusias jika berbicara atau pergi ke toko yang berbau alat-alat backpacker atau mendaki. Aku selalu suka rasa antusiasnya terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, aku meminjamkannya beberapa novel berbau kecintaan seseorang dalam menjelajah Indonesia, mungkin bisa menambah wawasan Hanum atau semangat Hanum untuk mendaki atau menjelajah Indonesia.
“Yuk Al, aku udah sempet nanya, harganya sebenernya ngak jauh beda sama online shop, cuman kalau aku beli disini ribet bawanya, kitakan mau jalan”
“Ngak masalah sih aku Num, nanti tukeran aja bawanya Num, berapa jam kamu, berapa jam aku”
“Enggak lah Al, tooh aku juga pergi ngak dalam waktu dekat ini, jadi kalau aku mesen online juga aku yakin sih, barangnya bakal dateng sebelum aku mulai pergi”
“Oooh oke, yaudah kalau keputusan kamu begitu, he he he, eh iya Num, mau jalan kaki aja ngak? Kita coba ke tempat rekomendasinya Arin yuk, itu loh soto mie Bogor yang deket-deket sini, mie Bangkanya Bogor permai ya, kalau ngak salah namanya”
“Boleh juga jalan kaki, mumpung cuacanya lagi agak mendung juga, yuk Al”
Memutuskan untuk berjalan kaki disekitar stasiun menuju ke tujuan kami hari itu di daerah Bogor Permai tidak begitu sulit, memang beberapa kali kamu juga sering untuk lebih memilih jalan kaki ketimbang menaiki kendaraan umum jika di Bogor, konon katanya berjalan lebih membuat orang merasa dekat, waktu terasa berhenti sesaat dan banyak juga hal yang bisa diceritakan selama berjalan.
“Kok kamu suka sih Al jalan kaki, biasanya perempuan paling males jalan kaki kalau bukan karena olahraga”
“Iya emang aku orangnya gitu Num, suka diajak susah, ha ha ha, bercanda deng, yaah karena menurutku tuh banyak kesempatan terbuang kalau kita naik kendaraan, banyak cerita yang bakal terlewatin kalau kita harus naik kendaraan umum, aku kalau di Bogor kayak gini sih, mau banget, tapi kalau disuruh di Jakarta kayak gini duh, jangan harep Num, ha ha ha”
“Oooh jadi itu alesannya, iya juga sih, bener kata kamu, by the way kamu tipe orang yang lebih suka makan atau nonton? Biar kutebak, pasti makan”
“Hmmm kalau itu tergantung, cuman udah berapa tahun ya, sejujurnya aku belum pernah ke bioskop lagi, waktu sama kamu dan Delia itu kali pertamanya lagi Num, aku pergi ke bioskop, ha ha ha, aneh ya, tapi yaa itulah aku, aku ngak suka bioskop, kecuali ada film yang bener-bener memikat banget naah baru aku nonton, kalau nonton tuh jadi ngak banyak waktu buat ngobrol sama orang lain, kamu?”