Warna-Warna Mirna

Dimarifa Dy
Chapter #1

Prolog

Dia tidak suka perubahan. Biasanya perubahan selalu tak menyenangkan dan berakhir pada kekacauan. Untuk mendapatkan hal terbaik, kata orang, kita harus membayar harga terbaik itu, karena itu manusia akan lebih menghargai hasil.

Mencoba mengingat-ingat mimpinya tadi malam. Gadis itu sering merasa mimpi-mimpinya bersambung dan Mirna berdebar  saat mengingatnya.

“Suatu hari, aku ingin menceritakannya,” katanya, entah pada siapa.

Ada yang tak pernah bisa dia katakan. Mimpi tak bisa diwujudkan. Atau harapan yang entah! Ada sisi yang membuatnya selalu kesepian.

Gadis itu berhenti sejenak, dia memandang sekelilingnya. Ada banyak bunga liar yang yang telah mekar, warna-warnanya terlihat cerah.

“Ah, ternyata sudah musim bunga.” Gadis itu berlalu lagi.

Mirna tidak mengerti, kenapa perkenalan warna dari masa kecilnya seperti sangat memengaruhi penilaiannya tentang banyak hal. Seperti ini misalnya, Mirna suka bikin klasifikasi teman-temannya berdasarkan warna kesukaan mereka. Jika saat remaja teman-temannya lebih percaya ramalan zodiak, atau saat dia berusia 22 tahun ke atas, mereka menggantungkan nasib pada shio. Mirna menentukan pertemanan, pengaruh dan menebak karakter seseorang dengan warna mereka.

Namun, dia belum bisa berdamai dengan warna kuning.

“Mawar Kuning ...” Ibunya bercerita, sambil membelai si bungsu yang hampir tertidur dipangkuannya.

“Akhirnya dia menjadi permaisuri raja dan cantik jelita.” Beliau mengakhiri dongengnya.

“Umak, aku belum pernah liat mawar warna kuning?” Si tengah bertanya.

“Ada kok. Umak pernah lihat.”

Lihat selengkapnya