Warnet Cincai

Nuel Lubis
Chapter #1

Awal Mula Kisah

Iyus membuka kunci pintu warnetnya. Ini sudah hari ke sekian Warnet Cincai berdiri. Iyus menghela nafas saat mengingat apa saja yang telah terjadi.

Pintu terbuka. Iyus masuk. Ia nyalakan AC terlebih dahulu. Komputer di meja operator dinyalakan. Berikutnya, komputer-komputer lainnya.

Selanjutnya, Iyus menghitung satu-satu komputer yang berada di Warnet Cincai. Kurang lebih ada 10 komputer. Jika ditambahkan dengan komputer operator, maka ada 11. Selain itu, ada kulkas untuk menyimpan minuman-minuman dingin. Ada dua buah AC yang hanya 1,5 PK. Kata Pak Candra, segitu saja sudah bagus.

Komputer di meja operator sudah menyala. Wallpaper yang terpasang adalah fotonya Iyus dan Cindy Montolulu. Sampai sekarang pun, rasa itu akan selamanya tetap ada. Meskipun Iyus tahu bahwa untuk mendekati Cindy Montolulu itu tak semudah dulu.

"Biarlah," desis Iyus. "Kalau jodoh, yah, nggak akan ke mana-mana."

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Ah, paling sekitar 10-15 menit lagi, akan ada pelanggan. Biasanya, di jam segini, yang datang itu adalah bocah-bocah kampung yang sekolah siang.

Ponsel Iyus sekonyong-konyong berdering. Nomornya diawali dengan kode nomor Amerika Serikat. Pasti dari Stella, kakak sepupunya. Ah, Iyus teringat dengan teman blogernya. Apa kabarnya Arik Sutiawan?

Rasa-rasanya sudah lama Iyus tak bertandang ke Sutiawan Soto. Iyus rindu Arik. Tiba-tiba kenangan akan Arik di masa lalu menyeruak di kepala Iyus.

*****

"Mau tau aja? Atau, mau tau banget?"

"Asyem sampeyan. Yo, dijawab, toh, orang nanya."

"Penasaran, Bang?"

"Lah, kalo aku ndak penasaran, ngapain nanya sampeyanNdasmu!"

"Pacar gue, Bang."

"Seriusan kamu, Bro?"

Lihat selengkapnya