Warnet Cincai

Nuel Lubis
Chapter #7

Iyus Kepergok

Makin lama makin ramai Warnet Cincai. Semakin sore, semakin ramai. Seperti kebanyakan warnet, yah, seperti itu. Tak ubahnya dengan Warnet Cincai. Apalagi Warnet Cincai, semenjak berdiri pasca perayaan kemerdekaan Indonesia, sudah diperlengkapi dengan permainan-permainan elektronik yang sedang digandrungi bocah SD, remaja sekolah, remaja kuliahan, hingga di atasnya (yang hobi nge-game).

Becky masih saja di dalam warnet. Masih setia dengan Komputer Nomor 7. Komputer itu dari awal buka hingga sore, tak bertuan, yang hingga seorang Rebekah Tania Mandagi datang dan menginjakkan pantatnya di atas kursi sofa yang empuk ini. Tadi sih, Becky hanya mengambil pilihan Personal, lalu berlanjut ke Paket 6 Jam. Yang awalnya hanya berkutat di peramban, dan berpindah-pindah dari satu situs ke situs lainnya. Pada akhirnya, Becky terlihat asyik bermain permainan tembak-tembakan, Blank of Point.

Iyus memperhatikan aktvitas daring Becky dari komputer operator. Sesekali pandangan Iyus beralih sesungguhnya ke arah mejanya Becky. Perempuan itu, di mata Iyus, sepertinya benar-benar menikmati Blank of Point. Ah, apa mungkin Becky lebih jago daripada Iyus? Iyus saja beberapa kali diajak bermain Blank of Point, rekornya sungguh luar biasa. Karakter yang dipegang Iyus mengalami mati sebanyak 20 kali; dan jumlah membunuhnya hanya 2 kali.

Ditutup dulu jendelanya. Tangan Iyus memindahkan kursor ke arah peramban. Ada yang ingin Iyus cari tahu. Kali ini bukan tentang Cindy Montolulu (meskipun sebelum Becky tiba), pikiran Iyus ke Cindy Montolulu terus. Kali ini tentang Becky. Sudah lama juga Iyus tak membuka akun Facebook Becky. Terakhir itu sebelum Bu Rena meninggal.

Mama, yah, keluh Iyus dalam hati. Entah mengapa dada Iyus terasa sakit. Tanpa sadar setitik air mata menetes dari ujung mata Iyus.

"Semangat!" puji Iyus ke diri sendiri. Ia melanjutkan penyelidikannya. Ia masih penasaran Jean itu gay atau tidak.

Sementara Iyus sibuk berkutat di akun Facebook Becky, kenangan itu muncul lagi. Jiwa Iyus seperti berada di masa lalu. Iyus seperti berdiri di antara puluhan orang. Berdiri di belakang di 2-3 kamera.

***

Acara "Tamiya Goes Around" itu diselenggarakan di sekolah Theresa. SD tersebut bekerjasama dengan CTR, sebuah stasiun televisi, dalam penyelenggaraan turnamen tamiya. Pesertanya tidak harus dari sekolah Theresa. Yang bukan murid dari SD Theresa pun diizinkan ikut.

Ramai juga acaranya. Sudah jam 08.30 pagi. Namun, sekolah itu sudah didatangi oleh khalayak ramai, yang entah datang dari mana saja. Sepertinya acaranya pun akan segera dimulai.

Seorang gadis cilik berambut panjang sebahu baru saja selesai dirias. Si gadis cilik mengenakan pakaian serba hitam. Ia mengenakan bando berwarna merah muda dan kini berdiri di hadapan seorang cameraman. Kamera itu belum dalam keadaan on. Sebelum mulai bercuap-cuap, gadis cilik itu harus mendengarkan pengarahan dari seorang perempuan dewasa.

"Ini teksnya, Tania, yang kamu harus baca di depan kamera. Kalau bisa, dalam sekali kesempatan. Jangan kelihatan lagi baca teks juga, yah, Tania." kata si perempuan dewasa yang agak gendut.

Gadis cilik bernama Tania itu mengangguk-angguk. "Tapi, nggak harus sama persis, kan, kata-katanya, Kak?"

"Improvisasi maksudnya?" tanya si perempuan dewasa.

Tania mengangguk. "Iya, itu maksud aku."

"Tapi, jangan terlalu beda banget sama yang tertulis di teks."

Lihat selengkapnya