Juaarnet Cincai tidak buka dua puluh empat jam. Hanya dari pukul tujuh hingga jam sepuluh malam. Awalnya sempat Iyus memiliki wacana untuk membuka warnet selama dua puluh jam. Namun, ada beberapa pertimbangan kenapa hanya sekitar 14-15 jam, warnet itu beroperasi.
Sudah pukul 06:22 pagi. Iyus sudah mandi. Tampaknya Iyus sudah bersiap untuk berangkat ke Warnet Cincai. Agak telat sedikit. Iyus pun bangunnya sedikit lebih telat.
Kedua mata Iyus mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sepi sekali rumahnya. Kelihatannya, yang Iyus lihat-lihat ayahnya sudah berangkat ke kantor. Apa Iyus langsung berangkat saja?
Sejenak Iyus duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Di meja, tergeletak roti sobek dengan tiga rasa. Ada rasa coklat, stroberi, dan keju. Masih utuh. Belum terbuka bungkusnya. Kebetulan Iyus belum makan juga. Diambil roti sobek dan dibuka agak paksa bungkusnya. Di saat seperti itulah, tiba-tiba Iyus kaget. Disangkanya hanya ada dirinya yang kesepian di rumah. Nyatanya ada ayahnya.
"Eh, Pa," ujar Iyus yang memotek roti sobek tersebut. Ternyata tepat di bagian rasa kesukaan Iyus: coklat.
"Yah, udah, makan saja," ucap Pak Candra. "Emang Papa beli buat kamu, Yus."
Pelan-pelan Pak Candra beringsut lebih dekat ke arah Iyus. Pak Candra duduk di dekat anak semata wayangnya.
"Tumben, Pa, belum berangkat."
"Sebentar lagi juga Papa berangkat. Tapi, ada yang mau Papa bicarakan sama kamu."
"Soal?"
"Warnet kamu itu, loh."
"Oh."
"Gimana? Rame?"
"Puji Tuhan, rame, Pa."
"Sebetulnya," Pak Candra berdeham sebentar. "Papa agak keberatan kamu mulai mempekerjakan orang, Yus. Papa lebih pengin kamu saja dulu yang jaga. Jangan sering-sering ditinggal juga."
"I-iya, Pa," Hanya itu jawaban Iyus. Nyengir, dan sambil mengunyah roti sobek.
"Papa sempat merasa kamu serius mau merintis karier sebagai pengusaha warnet. Eh, malah kepikiran mempekerjakan orang."
"Serius sih, Pa. Tapi, benar kata temanku juga. Bisnis warnet itu, alangkah bagusnya operatornya itu ada minimal dua orang. Toh, lagian--"
"--lagian apa? Kamu juga nggak ada kesibukan selain di warnet. Ingat loh, Yus, kamu nggak kuliah. Kesibukan kamu sekarang, yah, di warnet yang sekarang ini. Tahu begini, alangkah lebih bagus lagi, kalau kamu meneruskan pekerjaan operator warnet itu di Miracle Net itu. Siapa yang punya? Papa lupa lagi namanya?"
"Koh Hendrik, Pa."
"Iya, di warnet dia saja, seharusnya. Tawarannya juga kamu enggan terima."
Iyus hanya mengangguk-angguk dan terus mengunyah roti sobek.