Warnet Cincai tutup lebih cepat. Bahkan sebelum pukul 18.00, warnet itu sudah tutup. Beberapa pengunjung warnet terlihat kecewa. Bagaimana tidak kecewa, jika sedang asyiknya menyelesaikan misi dalam sebuah permainan elektronik, tiba-tiba komputer dimatikan secara sepihak dan tanpa izin pula.
Jill hanya cengar-cengir. "Sori-dori-mori, deh. Big Boss maunya warnet tutup lebih awal. Ada urusan yang mendesak. Warnetnya mau di-maintenance. Lain kali lagi, dilanjutin naik levelnya."
Iyus yang sedang di Warnet Cincai, coba berusaha menahan tawa. Selanjutnya ia memberikan gestur bahwa ia memohon maaf atas gangguan yang sedang terjadi.
"Ah, gimana sih? Serius nggak bikin warnet?"
Iyus membalas, "Maaf, deh, mau ada maintenance sebentar selama beberapa hari. Ke depannya tutupnya sampai jam 10 malam lagi."
"Kalo bisa, Bro, adain paket insomnia kenapa? Kebanyakan warnet yang ada game-nya, pasti ada paket insomnia. Buka 24 jam aja kenapa?"
Balas Iyus lagi, "Wah, gue belum bisa kayaknya. Belum mampu. Nih warnet juga belum ada setahun. Enam bulan belum ada juga. Nanti, deh, kalau terus untung, usahain bukanya lebih lama lagi."
"Eh, butuh orang buat jadi OP-nya kagak? Gue mau dong, jadi OP di warnet ini."
Iyus langsung menjawab, "Itu juga lagi gue pikirin. Ntar gue kabarin lagi."
Beragam komplain coba dibalas Iyus dengan sebijak dan seramah mungkin. Meskipun Iyus belum kunjung berkuliah, hanya berstatus lulusan SMA, Iyus tampaknya tahu betul caranya menjadi seorang PR (baca: public relation). Ah, mungkin karena dari awalnya, sebelum menjadi operator atau pengusaha warnet, Iyus sempat menjadi pengunjung warnet, dia tahu betul cara menangani komplain demi komplain dari pengunjung Warnet Cincai.
Satu persatu pengunjung sudah meninggalkan warnet. Hanya tersisa Iyus dan operator warnetnya, Jill. Sebetulnya Jill lebih tepat disebut sebagai asistennya Iyus daripada disebut sebagai karyawannya Iyus dalam bisnis warnet ini. Karena di luar persoalan profesionalitas dalam mengurus warnet, Jill sering diajak mengobrol hingga urusan pribadi. Yah, contohnya, tempo lalu. Saat Iyus mentraktir Jill di Mall of Indonesia.
"Dimatiin, Bang, lampunya?" tanya Jill yang masih dalam posisi berdiri.
Sementara Iyus dalam posisi duduk di bangku operator. Komputer operator masih menyala. Komputer-komputer lainnya pun dalam keadaan yang sama.
"Udah, biarin aja," jawab Iyus tersenyum. "Eh, itu, tulisan 'open' dibalik dulu jadi 'closed'. Ntar dikirain kita masih buka. Jam-jam segini, kadang warnet masih suka didatengin bocah-bocah."
Jill mengangguk dan bergegas ke arah pintu masuk. Baru saja hendak mengganti tulisan, dugaan Iyus menjadi kenyataan. Ada tiga orang bocah cilik yang mendatangi Warnet Cincai.