Warnet Cincai

Nuel Lubis
Chapter #16

Secarik Kertas Penuh Misteri

Hari ini Warnet Cincai buka setengah hari dulu. Entah mengapa hari-hari Iyus terasa kacau sekali. Penyebabnya mungkin karena setiap mimpi tersebut. Mimpi yang berkaitan ke alam bawah sadar manusia; yang terjadi ketika manusia memejamkan mata dan terlelap. Yang mana itu berkaitan ke member JK Group bernama Cindy Montolulu.

Tadi Iyus sudah meminta izin kepada ayahnya terkait warnet itu buka setengah hari saja. Iyus beralasan sedang tidak bagus mood-nya. Ingin ziarah saja ke makam ibunya yang berada di TPU Tanah Kusir.

"Yah, terserah kamu saja,Yus. Papa anggap kamu sudah bisa bertanggungjawab. Hati-hati kalau ke TPU, yah. Papa titip salam ke pusara Mama kamu."

Begitu kata Pak Candra via panggilan WhatsApp ke Iyus sekitar 2-3 jam yang lalu.

Sekarang Iyus sedang berada di TPU Tanah Kusir. Terdengar suara kereta melintasi salah satu ruas jalan di kawasan TPU Tanah Kusir tersebut. Kencang sekali bunyinya. Meskipun demikian, Iyus tidak begitu terganggu. Herannya, malah suara kereta itu sedikit menyembuhkan Iyus dari hatinya yang sungguh gelisah. Seperti sudah membantu Iyus mengurai benang-benang kusut di dalam kepalanya. Laksana telah memberikan ide-ide pula. Yang agar hidup Iyus lebih tertata lagi. Iyus bisa menemukan kembali ritme kehidupannya.

Kembali Iyus menatap batu nisan ibunya. Ibunya meninggal sejak 24 Juli 2015. Tertulis ayat Alkitab di batu nisannya. Dari surat dari Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Dari bab 4 dan ayat 14. Tertulis seperti ini bunyinya.

"Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia."

Iyus tersenyum lebar menatap ayat tersebut. Memang Iyus sendiri yang memilih ayat tersebut. Ah, Iyus mendadak ingat yang terjadi di masa lalu. Sepanjang bulan Juli yang lalu, Iyus sering mendatangi sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Ibunya dirawat di sana. Tampaknya kanker ibunya makin ganas saja. Beberapa kali ibunya harus menjalani sebuah terapi, pengobatan, hingga kemoterapi. Ujung-ujungnya, malaikat maut tetap saja datang untuk menjemput ibu kandungnya.

Lalu Iyus tertawa. Yang Iyus ingat masih sempatnya Iyus memikirkan perempuan. Maksudnya, yang bernama Cindy Montolulu. Perempuan berdarah Menado-Tionghoa, yang mana dua angkatan di bawah Iyus. Per Agustus 2015, Cindy Montolulu resmi duduk di kelas 11.

Satu bulan sebelum ibunya meninggal, karena saran beberapa temannya seperti Elia dan Bang Raja, Iyus menjadi cukup rutin dalam membaca kitab suci. Beberapa kali Iyus masuk ke toko buku demi membeli buku renungan harian. Yang karena kebiasaan yang datangnya mendadak itulah, Iyus mendapatkan ayat Alkitab tersebut. 1 Tesalonika 4:14.

Siapa sangka 1 Tesalonika 4:14 yang Iyus temukan di salah satu buku renungan yang Iyus pernah beli dari belasan buku renungan harian, itu seperti sebuah pertanda saja. Jika saja Iyus tahu, mungkin Iyus tak akan pernah membeli buku renungan harian. Mungkin saja Bu Rena masih tetap bertahan hidup hingga sekarang ini.

Sudah cukup melamunnya. Iyus segera mempersembahkan sebuket mawar putih ke atas pusara Bu Rena. Buket itu dikeluarkan dari dalam kantung kresek yang di dalamnya juga berisi air mawar, air mineral, dan bunga tabur. Setelah diletakkan di dekat batu nisan, Iyus menaburkan bunga tabur yang merupakan petikan-petikan kelopak mawar. Selanjutnya Iyus menyiramkan batu nisan itu dengan air mawar. Yang diakhiri dengan menyiramkan wajah atau kepalanya dengan air sebanyak tiga kali.

Lihat selengkapnya