Warnet Cincai

Nuel Lubis
Chapter #17

Berjumpa Bang Raja dan Pacarnya di Warung Bakso

Teruntuk istriku tersayang,

Istriku sayang, sekarang ini aku baru sadar. Ternyata, d jalan ini tidak ada tempat untuk berhenti. Jika kita berhenti, pasti tergilas. Jalan satu-satunya, agar tidak tergilas, kita harus terus bergerak. Barang siapa yang tetap bergerak, mereka kelak akan berada di depan.

Istriku sayang, sesungguhnya aku tidak ingin melihat indahnya dunia dengan mata kepala orang lain. Aku malah ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Meskipun kamu sudah hampir dua tahun tak ada lagi di sisiku, aku tetap ingin melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Pasti lebih sendiri jika ada kamu di sampingku.

Sungguh tak tebersit untuk menggantikan peranmu dengan perempuan lain. Aku terlampau mencintaimu, Istriku sayang. Sampai sekarang aku masih merindukan hari-hari saat dirimu masih hidup. Pasti indah jika bisa melihat betapa dahsyatnya dunia ini bersama mataku dan matamu.


Tertanda,

Suami yang masih terus merindu

Bunga ini kupersembahkan untuk kamu."

*****

Sudah tahu membuat bergidik eh, kertas lusuh yang Iyus temukan di makam sebelah makam ibunya, malah Iyus bawa pergi. Ia kantungi pula.

JESS-JESS-JESS

Terdengar suara kereta yang melintas di TPU Tanah Kusir tersebut. Iyus memandangi lekat-lekat kereta yang lewat. Samar-samar ia seperti mendapati tulisan KRL di salah satu gerbongnya.

Tulisan di gerbongnya memang KRL. Singkatan dari kereta rel listrik. KRL merupakan salah satu moda transportasi yang sering digunakan di kawasan Jabodetabek. Hampir seluruh warga Jabodetabek mengetahui moda transportasi. Harganya pun murah. Walaupun demikian, masih lebih murah tarif transportasi bus umum.

Iyus terkekeh-kekeh. Ia ingat pernah naik bus umum dari Jakarta ke Tangerang. Saat itu, ia naik Bus Patas AC dengan nomor 34. Ia naik dari mal fX Sudirman. Terjadi di tanggal 1 Januari. Iyus bangun kesiangan. Kedua orangtuanya sudah berangkat terlebih dahulu ke rumah sanak saudara dari pihak Ibu Rena yang tinggal di kawasan Gading Serpong. Iyus juga terbangun karena telepon dari Pak Candra. Oleh Pak Candra, Iyus sempat ditanya apa mau menyusul atau tetap di Jakarta. Iyus memilih untuk menyusul ke Tangerang. Kebetulan saat itu Iyus memiliki simpanan uang di dompet.

"Eh, Bus 34 masih ada nggak, yah?" desis Iyus kepada dirinya sendiri.

Lewat lagi gerbong KRL yang lain. Kali ini yang dari arah sebaliknya. Spontan saja Iyus memotret gerbong yang lewat. Iyus juga iseng berswafoto. Mumpung KRL masih melintas di hadapannya.

Lihat selengkapnya