Para petugas medis rumah sakit jiwa Sumber Waras memeriksa semua tempat dan memastikan semua pintu, jendela telah dikunci. Lampu-lampu penerangan di luar dan di dalam gedung telah dinyalakan.
Semua pasien dipastikan telah menempati ranjangnya masing-masing, kecuali seorang pasien yang bernama Panca. Ia dibiarkan sendiri sampai malam telah larut masih duduk di depan jendela.
Pasien pasien yang masih luntang lantung apabila sudah waktunya akan kembali sendiri ke ranjangnya masing-masing sampai terlelap tidur.
Seorang pasien lain yang satu kamar mencuri curi pandang ke arah Panca. Wajahnya ditutupi oleh kain sprei, tapi kedua bola matanya melirik ke belakang di mana Panca duduk.
Wajah lugu si Pasien seolah olah menantikan sesuatu yang menyenangkan hatinya akan terjadi tidak lama lagi.
Malam semakin larut dan gelap. Hanya satu lampu disetiap ruangan yang dinyalakan. Samar-samar Panca mulai bergerak.
Mula-mula tangan kanannya yang selalu melipat kaku menyilang di depan dada menjadi lemas dan ditarik kesamping. Tangan kirinya yang selalu dalam pangkuan ditarik pula. Kini kedua tangannya memegang masing-masing tangan kursi roda.