Tiba hari yang telah disepakati untuk Istana menyambut seorang pendekar Warok, tidak ada yang beda dibandingkan hari-hari biasa karena bagi Protokoler Istana menganggap pertemuan ini bukan acara resmi kenegaraan menyambut tamu negara. Dan terutama pula tidak ada satupun awak media yang diberitahu hal ini untuk menghindari publisitas yang tidak perlu.
Tetapi pengamanan untuk Presiden dan lingkungan istana berjalan sesuai prosedur rutin. Hal ini dirasakan oleh si Warox yang kehadirannya telah mengejutkan regu keamanan. Si WaroX tiba-tiba muncul di tengah-tengah halaman Istana Negara. Tentu saja hal ini membuat kelabakan Polisi dan TNI yang berjaga di ring 2 dan ring 3 karena kehadirannya tanpa diketahui telah melewati mereka.
Diam-diam si WaroX telah melakukan pengamatan dan beberapa modul cahaya merah dari laser pembidik menimpa bagian tubuhnya. Dari itu ia tahu ada beberapa pengintaian dilakukan oleh penembak jitu jarak jauh yang bersembunyi.
Dan ia lihat pula beberapa kendaraan lapis baja telah disiagakan di halaman kompleks Istana.
Tetapi kali ini si WaroX sendiri tidak membawa sound system apapun dan tidak ada acara ritual tarian reog.
Kedatangan si WaroX telah disebarluaskan melalui komunikasi HT sehingga tidak lama kemudian dari dalam Istana mencul beberapa orang mengenakan setelan jas hitam dan rambut cepak. Dilihat dari seragam dan penampilan sudah tentunya mereka adalah Paspampres.
“Saya komandan Paspampres, silakan masuk, Pak Presiden sudah menunggu,” kata salah seorang Paspampres. “Tapi maaf, serahkan golok anda dan akan kami geledah dulu!” pinta Komandan Paspampres dengan tegas. Salah seorang anggota Paspampres mendekat sambil menahan langkah si WaroX.
Si WaroX tertegun menahan langkah kakinya. Ia enggan menyerahkan sepasang goloknya, lalu melanjutkan langkahnya dengan mantap.
Tiba-tiba sebuah ujung pistol telah menempel di ulu hati si WaroX yang menolak menyerahkan sepasang goloknya. Si WaroX menengok dan menatap tajam mata penododongnya. Sorot mata si penodong sama tajam dan tidak main-main. Tetapi pantangan pula bagi seorang Pendekar Warok menyerahkan senjatanya, apalagi tanpa perlawan.
Si WaroX terkejut melihat kilatan sorot mata si penodong dan secara tiba-tiba tubuhnya berkelit. DOR! Meletus senjata si Pendong tanpa dapat dicegah.
Seketika pula suasana pecah lalu terjadi kepanikan!
Semua anggota Paspampres mencabut senjatanya masing-masing. Ring 2 dan 3 kesatuan Polisi dan TNI berbuat sama dari kejauhan telah mengarahkan senjata ke arah si WaroX pula.
“Jatuhkan senjata!” perintah komandan Paspampres sambil menodongkan pistolnya ke arah si WaroX yang bersiaga pula.
“Jatuhkan senjata!” ulang komandan.
Si WaroX sadar situasinya tidak menguntungkannya, sehingga akhirnya si WaroX mengalah, lalu mencabut sepasang goloknya dengan hati-hati.
“Taruh di bawah, lalu mundur tiga langkah!” bentak Komandan melihat si WaroX mulai menurut. Si WaroX taruh sepasang goloknya di atas tanah lalu bergerak mundur. Segera salah seorang anggota paspampres memungut sepasang golok itu dan anggota lain bergegas mendekati si WaroX untuk menggeledah tubuh si WaroX dari kemungkinan menyimpan senjata lain.
Ketika menggeledah, anggota Paspampres ini menjadi lengah karena perhatiannya harus cermat dalam penggeledahan ini. Secepat kilat si WaroX bergerak menarik tangan anggota yang menggenggam pistol dan memutar tubuhnya sehingga ia telah berdiri di belakang tubuh anggota itu dengan moncong pistol mengarah ke leher si anggota paspampres. Jari yang menekan pemicu telah ditempeli oleh jari si WaroX sehingga berbalik pistol mengancam nyawa anggota.
Kini si WaroX telah menjadikan salah satu anggota Paspampres sebagai sandera, lalu memerintahkan anggota lain mundur.
“Kembalikan senjataku!” bentak si WaroX memberi perintah kepada anggota yang memegang sepasang goloknya. Si perampas golok ikuti perintah itu dengan manuruhnya di tanah lalu mundur kembali bergabung bersama yang lain. Sementara yang lain masih menodongkan pistol masing-masing.
Setelah merasa mereka cukup jauh, si WaroX merenggangkan pitingan untuk memungut sepasang goloknya. Si sandera memanfaatkan situasi ini untuk melepaskan diri, tetapi gerakan ini cepat dibaca oleh si WaroX. Si WaroX terpaksa menarik pemicu pistol.
Tapi secepat gerakan si WaroX pula, anggota Paspampres ini bereaksi menjatuhkan dirinya ketika si WaroX mulai manarik pemicu pistol sehingga si WaroX membatalkan niatnya, kalau tidak mukanya sendiri yang akan kena muntahan timah panas. Dengan demikian anggota Paspampres terpaksa melepaskan pistolnya sendiri direbut oleh si WaroX
Si Warox akhirnya mundur melepaskan diri dan membiarkan si anggota memperbaiki posisinya.
Anggota yang telah lepas dari ancaman si Warox mengambil pistol cadangan dari balik jasnya. Di saat yang sama karena ada ruang untuk menembak si WaroX, semua anggota paspampres memuntahkan peluru dari pistolnya masing-masing.
Tentu saja si WaroX membatalkan niatnya memmungut sepasang golok miliknya.
DOR!
DOR!
DOR!
Tapi tembakan tembakan itu tidak ada satupun yang mengenai dirinya karena mereka pun bergerak mundur sambil mencari perlindungan. Tembakan yang dilepas oleh semua anggota adalah tembakan perlindungan karena si WaroX pun sama melepas tembakan pistol semi otomatis rampasan itu sambil mencari tempat perlindungan pula.
Di saat yang sama pasukan lapis 2 dan 3 terlalu jauh untuk ikut melepas tembakan dan kuatir salah sasaran sehingga hanya mengambil posisi bersiaga saja.
Semua anggota paspampres menarik mundur dan membentuk barisan di ambang pintu istana. Tapi si WaroX telah menghilang.
Si WaroX sebenarnya bukan menghilang tetapi bersembunyi dan mengambil jarak agar menghindari kena tembak. Ia sadar Paspampres tidak bisa disamakan dengan anggota gang mafia yang sering ia hadapi.
Dan walau bagaimanapun ia harus muncul untuk merebut kembali sepasang golok senjata andalannya.
Namun baru saja ia hendak bergerak dari tempat persembunyian, DOR! sebuah peluru menyambar beberapa inchi disamping wajahnya. Peluru telah menghancurkan dinding tembok. Si WaroX kembali berlindung di balik sebuah pot besar.
DOR! DOR kembali rentetan peluru menghancurkan dinding pot yang kena tembak menjadi hancur sehingga pohon palem hias tumbang.
Ia heran jarak tempat ia sembunyi ke ambang pintu istana lebih dari 50 meter, tetapi akibat hantaman peluru yang ditembakan tadi hasilnya dahsyat.
Si WaroX mengukur kekuatan peluru yang ditembakkan haruslah lebih dari 1140 ft/s! Senjata apa sehebat ini? Pikir si WaroX sambil mengamati pistol yang ia pegang.
Di bawah laras pistol tertulis Balok-47 INDAO menonjolkan inisial perusahaan produsen pistol yang bukan standar penegak hukum atau militer manapun, rupanya pistol ini yang menghebohkan dunia penegak hukum dan militer karena kehebatannya.
Tadinya Ia mengira itu peluru yang ditembakkan para snipper, padahal Ia sudah memperhitungkan para penembak jitu itu belum akan melepaskan tembakan karena ia selalu bersembunyi dan tidak memberikan ruang untuk mereka.
Si WaroX melucuti magasin pistolnya untuk melihat dan sekalian menghitung peluru yang tersedia. Luar biasa sekali lagi si WaroX memuji pistol buatan produsen dalam negeri ini. Dengan ukuran peluru kurang dari 9 x 19 mm sehingga memuat kapasitas ruang 20 peluru, lebih hebat dari Glock-19 atau Hackler & Koch Mark 23 sekalipun, ini adalah pistol istimewa! Pikir si WaroX.
Maka ketika TNI maju dengan senapan serbu, si WaroX telah lebih dulu menghancurkan formasi serbu dengan pistol rampasan ini.
DOR, DOR, DOR, …….! 5, 6, 7 personil TNI AD langsung gugur disambar peluru yang ditembakkan dari pistol di tangan si WaroX sehingga memaksa yang lain mundur berlindung.
Tapi si WaroX sendiri tidak mungkin sembunyi terus di tempat itu. Titik-titik lampu berwarna merah beberapa kali ia tangkap mata menimpa tubuhnya. Para sniper mengancam dirinya dari tempat mereka sembunyi.
Kalau ia berdiam diri terus di tempat ini, para sniper akan mendapatkan kesempatan melepaskan tembakan.
Akhirnya dalam sebuah kesempatan si WaroX keluar dari perlindungan. Ia tidak hiraukan rentetetan peluru yang berasal dari senapan serbu yang ditembakan personil TNI karena berada di luar jangkauan kemampuan senjata jenis karabin itu. Ia lebih peduli pada jenis pistol di tangan anggota Paspampres.
Dan pada kesempatan yang tepat, si WaroX lepaskan tembakan perlindungan untuk mencari tempat sembunyi lain.
Namun si WaroX beruntung sekilas sempat melihat cahaya merah dan seketika menjatuhkan diri sambil berguling mencari tempat persumbunyian dari sasaran sniper.
Sebuah mobil polisi yang letaknya paling dekat darinya menjadi pilihan tempat berlindung. Namun baru saja ia sembunyi dari balik mobil, si WaroX melihat moncong kendaraan lapis baja telah diarahkan padanya.
Dengan mengambil resiko kena sasaran tembak anggota Paspampres, si WaroX muncul dari perlindungan. Beruntung si WaroX sempat melompat ketika moncong meriam ditembakkan, BLAR!
Mobil polisi terlempar ke atas dihantam peluru meriam dan turut mendorong si WaroX sehingga terlempar jauh, BRAAAK!
Mobil yang terlempar ke atas turun kembali dalam keadaan terbakar dan bertambah hancur ketika menghantam aspal.
Asap hitam membumbung dari mobil yang sedang dilalap api. Bau ban dan besi terbakar aromanya tercium kemana-mana.
Tapi kali ini seluruh pasukan kehilangan si WaroX kembali.
Dengan kegesitannya, dan tanpa diketahui oleh semua orang, si WaroX sudah berada di dalam Istana. Si WaroX dengan kewaspadaan tinggi mengendap endap masuk lebih dalam.
Namun ia tidak melihat sebuah bayangan bergerak perlahan di belakangnya.
Ketika terasa sebuah logam dingin menyentuh lehernya barulah si WaroX mengetahui dirinya tertangkap basah. Perlahan lahan ia membungkuk untuk meletakkan senjata di lantai. Lalu berdiri kembali dan berbalik badan menghadap anggota Paspampres yang menodongkan pistol Balok-47.
“Tidak!” kata Prajurit Paspampres. “Ini bukan duel jalanan.”
Prajurit menolak tantangan si WaroX. “Kau telah menjadi ancaman negara, menyerahlah!”
Si WaroX tetap tidak menyerah sehingga anggota Paspampres ini tidak menunda nunda segera menarik pemicu pistol. DOR!
Secepat kilat sebelum pistol meletus, si WaroX sudah menjatuhkan diri mengelak sambil melakukan tendangan ke muka lawan.
Lawan tidak kalah cekatan, melindungi wajahnya dengan menyilangkan kedua lengan sehingga mampu menahan sepakan kaki si WaroX.
Paspampres bergerak cepat mengarahkan kembali laras pistol ke bawah, pada saat yang sama si WaroX pun sudah menodongkan ke atas. Perlahan-lahan si WaroX berdiri tanpa melepas kewaspadaan. Dalam keadaan berdiri mereka saling menodongkan pistol.
Keadaan seri!
Si WaroX mengambil inisiatif memecah kebuntuan. Ia lepaskan kunci magasin sehingga wadah peluru jatuh ke lantai, sisa-sisa peluru melompat berhamburan keluar wadahya. Jatuh menggelinding ke berbagai arah.
Kali ini Paspampres tidak mau untuk kedua kalinya mempertahankan protokoler. Jauh dilubuk hatinya Ia pun seorang ksatria sejati pula.
Akhirnya sebagai seorang ksatria pula, anggota Paspampres ini terpanggil terima tantangan ulang kali ini. Ia kosongkan pula magasin pada pistolnya. Lalu pistol yang telah kosong oleh peluru, ia lempar ke arah muka si WaroX.
Si WaroX mengelak sambil maju dan lemparan pistol jatuh dibelakang menyusul pistol si WaroX yang ia lempar pula sebelumnya. Kali ini kedua ksatria saling berhadapan satu sama lain dengan tangan kosong.
Si WaroX melayangkan pukulan tangan kanan dengan ayunan sepenuh kekuatan, tapi ditahan oleh siku lawan. Sebaliknya lawan melakukan pukulan balasan dan ditangkis pula oleh siku kiri si WaroX.
Tetapi paspampres harus mundur karena lutut kanan si WaroX diangkat tinggi dan sempat menahan dengan tangan menyilang. Tadinya si WaroX hendak menyusul dengan tendangan kaki kiri, tetapi ia batalkan kerana secepat kilat harus menahan tendangan kaki kanan Paspampres yang bergerak lebih cepat, BUK!
Tendangan lawan ia tahan dengan lengan kiri, tapi ia harus segera menahan tendangan kaki kiri susulan dengan lengan kirinya, BUK!
Paspampres tidak menunda seragan lain, ia segera menyusul dengan pukulan hook, tetapi kepalanya terjengkang ke belakang ketika sebuah pukulan kiri menghantam hidungnya dengan keras.
Tinju si WaroX kali ini membuat anggota Paspampres terhuyung mundur. Ia sempat melap darah segar dari hidungnya dengan ujung lengan tangann kirinya sendiri.
Tinju si WaroX membuatnya marah, lalu ia maju kembali dan melakukan serangan pukulan bertubi-tubi ke arah si WaroX yang harus menagkisnya dengan lebih cepat.
Si WaroX berhasil mencuri kesempatan. BUK! Sekali lagi si WaroX memotong serangan pukulan lawan sehingga untuk kedua kali tinjunya bersarang di mulut lawan sampai merobek bibir atasnya. Kali ini tidak ada kesempatan bagi Paspampres untuk menyeka darah yang keluar karena serangan susulan datang.
Saling baku pukul terjadi, kali ini giliran si WaroX yang dijatuhkan.
KRAK! Sebuah pukulan menyerong telah menghantam rahang si WaroX sampai jatuh terduduk. Sesaat si WaroX kehilangan kesadaran.
Tapi dengan jantan Paspampres menunggu si WaroX bangkit kembali.
Si WaroX mengoyang-goyangkan kepala mengusir pusing, lalu pelan-pelan bangun dan setelah kedua kakinya tidak goyah lagi, ia bersiap menghadapi pertarungan kembali.
Paspampres maju sambil mengayunkan tinjunya dengan keras, tapi si WaroX sudah siap. Ia merendahkan badannya sehingga pukulan lawan lewat di atas. Si WaroX balas dengan pukulan yang datang dari bawah perutnya sambil berdiri kembali. Anggota Paspampres ini sudah mengantisipasi datangnya pukulan ini. Ia condongkan sedikit badannya ke samping sehingga pukulan yang disertai dorongan bahu hanya meninju udara.
Kali ini dengan wajah dilindungi oleh kedua siku, paspampres melakukan tendangan bertubi-tubi sehingga si WaroX harus mundur beberapa langkah. Pukulan balasan dari si WaroX berhasil di blok oleh kedua siku lawan. Si WaroX terus mundur karena tendangan susulan mengincar ulu hatinya.
Tetapi tendangan terakhir kaki kiri Paspampres berhasil di tahan oleh sepakan kaki kanan si WaroX, demikian pula susulan tendangan kaki kanan disepak oleh kaki kiri si WaroX.