WaroX

Handi Yawan
Chapter #12

Paripurna

TROTOTOT TEAT TEOT… Suara seruling warok intro tarian reog mengejutkan mereka semua. Lalu disusul suara gendingnya.

NANG, NING, NANG, NING, GONG.....

NANG, NING, NANG, NING, GONG.....

“Dia sudah ada di sini!” ujar Control mengomentari sumber suara yang asing didengar telinga mereka. Tetapi mereka merasakan ada semangat dalam suara musik itu, sekaligus irama mistisnya menggangu perasaan mereka dan membuat bulu kuduk berdiri.

Suara gending seolah-olah mengisi setiap lantai di gedung setinggi 56 lantai yang telah kosong ditinggal pulang para pekerjanya. Tinggal para petugas jaga dan orang-orang yang berkepentingan menanti kedatangan si WaroX di kantor milik GeoSatelite ini.

Hari sudah petang dan hanya lampu-lampu penerangan saja yang dinyalakan namun belum satu orangpun mendapatkan sumber suara gending itu letaknya di mana?

Bahkan orang yang telah membunyikan suara gamelan itupun masih belum ketahuan ada di mana pula.

“Kalau begini terus, bagaimana cara kita bisa menghadapi Si Stleath!?” protes Keagan.

John Keagan seorang kepala keamanan gedung. Badannya tinggi tegap meskipun umurnya sudah paruh baya. Rambut dan kumisnya sudah banyak beruban, meskipun demikian suaranya masih tetap lantang.

“Jangan kuatir, itu hanya sementara karena kita belum mengaktifkan sensor rahasia dan kali ini waktunya diaktifkan,” ujar Control.

Control sebutan bagi kepala pengawas di ruangan operasional pengintain ini. Istimewanya, ternyata Control seorang wanita.

“Soal asal suara mistis ini memang belum kita temukan, tapi anak buah masih mencarinya.” Control menganggap sumber alat pemutar gending reog bukan prioritas.

Ruang kontrol yang besar berada di lantai 19 hampir seluruhnya dipenuhi meja-meja kerja yang di atasnya terdapat monitor-monitor pengawas. Setiap satu orang menjalankan operasi pada satu meja.

“Di depan kita ini adalah monitor-monitor multi sensor. Lalu Control melanjutkan penjelasan fungsi panel-panel di bawah masing-masing monitor.

“Panel ini adalah control detektor panas. alat yang mendeteksi temperatur tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal. Kalau ada orang lewat di ruangan ini akan tertangkap kamera dengan visual warna merah seperti ini.” Tunjuk Control.

“Lalu yang ini adalah detektor asap. alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari suatu pembakaran. Meskipun pandangan mata kita dikaburkan oleh asap dan api, kita masih bisa melihat suhu panas badan yang berada di balik asap dan divisualkan berwarna hijau, sedangkan panas tubuh berwarna merah.”

“Dan ini adalah detektor yang mendeteksi sinar infra merah, ultra violet, atau radiasi yang terlihat dari pengerahan sumber energy elektromagnetik yang bagi orang awam disebut supranatural. Detektor nyala foto-elektrik termasuk sarana untuk mencegah reaksi terhadap cahaya yang terlihat kecuali cahaya yang diawasi dan dimodulasikan pada frekuensi yang sesuai dengan kedipan dari nyala yang bereaksi bila ada yang melintas pada garis cahaya yang ditempatkan.”

"Lihat, ini kamera yang ditempatkan di lantai 33,” ujar Control menunjuk sebuah monitor di atas mereka. Dalam satu monitor muncul beberapa panel gambar yang memperlihat sudut-sudut ruangan yang sedang di awasi.”

“Bagi mata awam, tidak bisa melihat kehadiran orang yang memiliki kemampuan “menghilang”,” kata Control sambil memberi tanda kutip dua dengan kedua tangannya. “Sekalipun ia berada di tengah-tengah kita.”

“Tapi sensor ini dirancang untuk menangkap reaksi terhadap munculnya energi radiasi diluar jangkauan penglihatan mata manusia.” papar control sambil menunjuk pada pergerakan orang yang digambarkan warna merah di antara warna-warna merah lain. Gambar-gambar itu mudah dibedakan karena hanya satu gambar yang gerakannya mengendap-endap sementara warna merah lain bergerak waspada.

“Warna merah ini yang bergerak di antara merah lain adalah si Stleath,” papar Control.

“Dia seorang shinobi yang ahli Kirigakure pula,” simpul Keagan. “Kalian sudah aku peringatkan, Jangan anggap enteng orang ini!”

“Untuk saat ini urusan Si Siluman serahkan dulu pada Kirigakure Ogawa,” Ujar Keagen sambil memutar wajahnya ke arah seorang pria jepang yang semenjak tadi diam berdiri saja memperhatikan mereka bekerja.

Orang jepang berahang keras dan bermata elang ini berdiri sambil bersidakep. Pakainnya serba hitam dan membawa sebilah katana di punggungnya.

Nama Kirigure secara harfiah berarti “Kabut Tersembunyi”, dengan artian bahwa Ogawa sering dikaitkan dengan kabut dan ilusi sihir. Penampilan Ogawa karakter yang tenang, elegan membuat jerih Control yang sudah mengenal reputasinya..

“Kalian tidak akan temukan sumber suara itu, karena asalnya dari sini!” ujar Ogawa dingin.

Mendengar hal itu Control segera memerintahkan anak buahnya melacak keberadaan alat pemutar musik. “Cari di panel mana ada rangkaian sirkuit yang dipotong!”

 Akhirnya setelah dilacak pada monitor tampaklah hasil yang mengejutkan. Melihat data itu bergegas Keagan menuju sebuah meja dan langsung menendang pintu laci meja itu.

Laci yang ditendang seketika muncul wadahnya dan menampakkan sebuah kotak player musik yang segera di renggut oleh Keagan.

Kotak pemutar musik tercabut dari kabel-kabelnya dan musik yang diperdengarkan ke seluruh lantai seketika berhenti.

       “Rupanya si Stleath pernah kemari tanpa kalian tahu!” ejek Keagan. Control diam saja mengakui kesalahannya.

 

Keagen menjadi jengkel dan tidak sabar. Lalu Keagan memberi isyarat agar Ogawa ikut bersamanya pergi. Tanpa bicara apapun Ogawa mengekor pada Keagan meninggalkan ruangan. Beberapa security turut bersama mereka.

       Keagen merasa dipecundangi oleh Si WaroX yang mampu menyiasati kecanggihan technology dengan kekuatan supranatural sehingga Ia memutuskan mencari sendiri di mana si Stleath itu bersembunyi.

Keagan bersama Ogawa menggunakan lift naik ke lantai 33. Rupanya si Stleath telah mempelajari denah gedung sehingga tahu di lantai mana ruangan kantor Nathan O’Conor berada, pikir Keagan.

Tiba di lantai 33, Keagan mendapatkan beberapa security terbujur kaku seolah olah patung manekin yang dil etakkan di jalan. Ini membuat heran security yang datang bersama Keagan, padahal mereka masih bernafas.

Keagan tidak heran dan menyerahkan hal ini pada Ogawa, lalu Ogawa mulai menepuk nepuk beberapa bagian tubuh para security yang sesaat setelah ditepuk-tepuk oleh Ogawa tampak mulai bergerak kembali seperti orang baru bangun dari tidur.

“Di Indonesia ini namanya jurus Jalasutra,” kata Kirigure Ogawa. “Teknik yang mampu membuat lawan berdiri kaku seperti patung. Itulah yang dilakukan si Stleath pada kalian.”

Tampak Keagan senang karena kehadiran Ogawa yang punya pengetahuan ilmu-ilmu semacam ninja di jepang dan ia semakin yakin Ogawa bisa mengatasi si Stleath.

Beberapa ninja yang telah menutup wajah berdatangan ke tempat mereka berada, salah seorang dari mereka memberikan laporan pada Kirigure Ogawa.

“Si Stleath merapal aji Panglimunan, teknik menghilang dengan menutup dirinya dengan suatu benda agar tidak tampak dari penglihatan mata sehingga ia mudah menyusup di antara lalu lalang kami.”

Ninja Ogawa telah mengukur kemampuan si Stleath yang berada di atas level para anak buahnya dan tanpa banyak bicara Ogawa berhenti sejenak mengamati sebuah lantai di bawah kakinya.

Lalu Ogawa membungkukan badan dan meraih sebuah kantong kulit dari balik baju hitamnya. Lalu ia rogoh dan mengeluarkan segenggam bubuk yang dit aburkan ke atas lantai. Tidak lama kemudian muncul jejak-jejak di antara bubuk-bubuk tepung.

Ini adalah ashiaro, taktik untuk membuat jejak kaki palsu agar tidak terlacak,“ kata Ogawa. “Tetapi dengan penglihatan mata batin, aku akan tahu arah yang diambil oleh si Siluman sebenarnya ke mana.”

Sesaat Ogawa menyilangkan kedua tangan di depan dada dan memejamkan mata. Tidak lama kemudian ia menunjuk ke koridor kanan. Ia dan pasukan ninja anak buahnya bergegas pergi ke arah itu.

Sementara Keagan memberikan perintah kepada para anak buahnya untuk mengikuti dirinya pergi kearah lain. Mereka telah berangkat memecah dua kelompok agar lekas menemukan si Stleath.

“Control, berikan perkiraan dimana si Stealth berada?” pinta Keagan mengontak control melalui headset.

“Awas, dia mengelabui kalian,” jawab control. “Si Stealth beberapa meter di depan kalian!”

“Jejak yang ia buat untuk mengelabui Ogawa. Padahal ia kembali lagi ke tempat ini dengan jalan memutar. Dan telah berhasil memisahkan kalian.”

“Ogawa, kau dengar?” kata Keagan.

“Ya aku sudah dengar!” jawab Ogawa terdengar dari headset yang ditaruh Keagan pada telinga kirinya. “Aku di lantai 45 dan akan kembali turun.” Kata Ogawa.

“Siap siaga,” kata Control. “Dia akan masuk ke ruangan ini dan berada di balik pintu di depan kalian.”

Keagan mencabut senjata dari balik jas lalu diikuti oleh seluruh anak buahnya. Mereka menodongkan pistol ke arah yang sama,

Ketika handle pintu mulai bergerak, semua sudah mengokang senjata masing-masing.

Pintu sudah terbuka lebar, dan tanpa ada yang memberi komando, semua orang melepaskan tembakan pistol semi otomatis ke arah ambang pintu.

 Ahirnya Keagan sadar, di ambang pintu tidak ada siapapun. Lalu Keagan mengangkat tangan dan mereka menghentikan tembakan dan ternyata mereka menembaki tempat yang kosong.

“Awas! Si Stleath berada di jendela sisi kiri kalian!” tiba-tiba Control memberikan peringatan.

Terlambat, sebelum Keagen dan anak buahnya merespon, sekonyong-konyong PRANG! kaca-kaca jendela pecah, disusul sosok tubuh manusia melompat ke lantai lalu bergulingan. Orang yang datang melalui jendela adalah si WaroX yang berjongkok dalam posisi siap menembak.

Keagan dan anak buahnya sekali lagi melepaskan tembakan ke arah sosok yang baru datang.

Tetapi tembakan Keagan dan anak buahnya kalah cepat menarik picu dibandingkan si WaroX, sontak beberapa tubuh terjengkang disambar timah panas yang dilepas si WaroX.

DOR, DOR, DOR!

GUBRAK,

AAAA …

Si Stleath telah muncul dengan penampilan yang berbeda. Kali ini Ia tidak bertelanjang dada, bahkan memakai sepatu pula.

Pakaian yang dikenakan mirip seragam taktis polisi atau militer berwarna hitam tetapi atribut seorang warok nuansanya tetap tampak jelas.

Kostum si WaroX semacam T-shirt dan bermotif garis garis merah seperti yang di cat pada tubuhnya. Garis-garis merah melintang pada pelindung tubuh yang berwarna putih.

Celana panjang berwarna hitam pula dengan ikat pinggang simple serta pelindung paha berwarna putih pula. Sepatu lars berwarna sama dengan pakaiannya, tetapi menggunakan hiasan yang berfungsi sebagai pelindung lutut dan pelindung kaki berwarna merah.

Pistol Balok-47 di tangan si WaroX menunjukkan tajinya. Jangkauan tembak Balok-47 lebih jauh dan lebih akurat daripada senjata-senjata lawan. Sehingga dalam waktu singkat, Keagan banyak kehilangan anak buahnya.

Keagan dan sisa anak buahnya terpaksa bergerak mundur mencari perlindungan sambil melepas tembakan, tetapi tembakannya ngawur sehingga tidak satupun yang mengenai si WaroX yang sudah berdiri.

Keagen sempat bergidik melihat kehadiran si WaroX, padahal ia sering bergaul dengan para ninja tetapi tetap saja sosok siluman itu seolah-olah diliputi hawa mistik.

Terutama topeng yang dikenakan oleh si WaroX, membangkitkan nuansa horror setiap orang yang memandangnya.

Lihat selengkapnya