Tatapmu membuatku luluh,
Senyummu membuatku rapuh,
Suaramu membuatku runtuh,
Ya Rabb, apa aku telah jatuh?
°°°
Ayra menatap layar ponselnya dan menari-narikan ibu jarinya di atas keyboard. Meluapkan setiap kata-kata indah yang bergerombol di dalam benaknya menjadi sebuah cerita yang indah pula.
Bel istirahat pertama berbunyi sejak tiga menit yang lalu membuat sebagian besar teman sekelasnya beranjak dari bangku dan segera pergi ke kantin mengingat waktunya yang sangat singkat, 15 menit.
Ayra menengok ke depan ketika merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Dan ternyata benar, selang dua bangku di depannya terdapat Zaidan tengah menatapnya curiga dengan seutas senyum jahil yang membuat gadis itu memutar bola matanya kesal.
"Zai!" Ayra beralih pada asal suara yang memanggil Zaidan. Billal. Pemuda itu sudah berdiri di ambang pintu menunggu Zaidan yang masih duduk di tempatnya.
Zaidan mengangguk dan menghampiri Billal, kemudian dua pemuda itu melangkah menjauhi kelas dan pergi ke musola untuk melaksanakan solat Dhuha. Kadang Ayra berpikir, mengapa Billal dan Zaidan sangat rajin melaksanakan solat sunat itu sedangkan dirinya solat 5 waktu pun seringkali terlupakan.
Gadis itu kembali menatap benda pipih yang masih berada di aplikasi menulis. Belum sempat ibu jarinya kembali menari, Benaya duduk di sampingnya.
"Lo nulis mulu, gak ada temen gue ...," protes gadis itu. Rambutnya yang sengaja digerai itu sesekali bermain di wajahnya.
"Lho? yang lain ke mana?"
"Kantin."
"Tumben, gak ikut?" Ayra menekan tombol home pada ponsel canggihnya itu. Ia memusatkan perhatiannya pada salah satu sahabat baiknya itu. Benaya menggeleng.
"Gue lagi streaming EXO tiba-tiba kuota abis," keluhnya.
"Mau hotspot gak?" Ayra menaik-turunkan alisnya yang tidak terlalu tebal itu.
"Bilang aja lo mau nulis lagi."
Belum sempat Ayra menjawab, tiga sahabatnya yang lain sudah kembali dari kantin dan menghampiri mereka.
"Eh guys, guys ...." Karynda, satu-satunya sahabat Ayra yang telah memantapkan hati untuk berhijab itu datang dengan ciri khas orang yang akan bergosip.
"Kenapa? Apa? Why?" sahut Benaya yang sekarang tampak lebih semangat.