Wasted Cinderella

Yunairoh
Chapter #1

Sebuah Misi

Malam yang dingin. 

Di luar sana hujan turun dengan tenang menciptakan suara gemercik yang menenangkan. 

Pukul 02.30 dini hari. Disana tampak salah satu kamar hotel masih dalam keadaan menyala. Dan artinya penghuni kamar itu masih membuka matanya. Apa mereka begadang? Sepertinya iya.

Samar-samar tapi perlahan sangat jelas terdengar. Suara desahan demi desahan membuat para jomblo panas dingin jika mendengarnya. 

Lenguhan itu terdengar menggairahkan. Di sertai suara decapan entah itu decapan bibir atau decapan dari bibir ke bibir. 

Dan benar, di dalam kamar tersebut terdapat dua insan sedang menyalurkan gairah. Keduanya tampak menikmati dan salah satu dari mereka(perempuan) mencapai puncaknnya. Sedangkan salah satunya(pria) masih belum merasakan apapun. 

Drtttt... Drtt.... 

Suara dering ponsel sama sekali tak mengganggu kegiatan mereka. Ya! Tentu saja mereka mengabaikannya. Keduanya masih fokus dengan pergulatan mereka. 

Drttt.... Drt.... 

Suara ponsel itu kembali terdengar dan sepertinya kali ini mereka mulai terganggu. 

Merasa kesal, si pria menyudahi penyatuan mereka dan beranjak berdiri dari ranjang. Meninggalkan si wanita yang sudah terkapar lemas. 

Segera tangan kekar itu meraih ponsel di atas meja yang sudah mengganggu aktivitasnya. Ia menekuk salah satu lengannya di pinggang dan berseru marah, 

"Manusia apa kau di jam segini masih bangun!!" suaranya mungkin akan terdengar jika saja, di kamar itu tidak ada peredam suara. Sykurlah, suaranya tidak terdengar sampai ujung jalan di depan sana. 

"Hai Pak Bos, kalau begitu dirimu manusia macam apa, di jam segini kau masih kelayaban?" suara seorang pria terdengar di seberang telepon. 

Mendengar itu, membuatnya berdehem canggung. Benar, dia terlihat bodoh lagi. 

"Cepat katakan! Untuk apa kau menelpone ku! Kau sudah menggangguku kau tahu!ah sial! Aku bahkan belum menyelesaikannya!" gumamnya mendesis kesal saat menoleh kebelakang, melihat gadis itu terkapar lemas. Ia kembali menatap depan, 

"Sepertinya malam ini, kau harus tahan dulu Pak, Bos. Ayahmu tadi datang, mencarimu. Kau pasti tahu apa yang dia katakan padaku. Cepat pulang atau besok kau akan cari sekretaris baru" ucapan itu terdengar begitu mengerikan. Apa lagi mendengar kata'ayahmu' ia sudah tahu kalau seseorang sudah menyebutkan nama Ayahmya. 

"Shiitt"

Ia dengan cepat menutup teleponnya dan berbalik untuk mengambil pakainnya yang berserakan di lantai. Dengan kecepantan kilat ia memakai pakainnya kembali. 

"Mau kemana, pak?" tanya wanita itu dengan suara lemas. Tentu saja, dia pasti lemas karena kegiatan mereka tadi. Eghemm!. 

"Setelah ini urusan kita selesai. Aku tidak ingin berurusan lagi denganmu, jangan mengadu apapun ke siapaun. Sesuai dengan perjanjian awal" ucapnya sambil memasang ikat pinggangnya. Setelah itu ia mengeluarkan segepok uang dari dalam saku jasnya dan meletakanya di atas meja nakas. 

"Sebenarnya ini terlalu banyak, karena aku belum puas tadi. Tapi lupakan, aku harus pergi sekarang" ucapnya yang sudah akan berjalan pergi. Ia berbalik lagi dan mengambil ponselnya di atas meja sofa. Mendengar nama ayahnya pria ini jadi kelabakan. Entah apa yang ayahnya katakan, sehingga dia sampai seperti ni. Tapi yang jelas itu sudah membuatnya tak berkutik. Ya! Sebuah ancaman. 

Gadis yang masih berada di atas ranjang, mengedikkan bahunya acuh. Tugasnya sudah selesai dan ia mendapatkan uang. Ia tersenyum dan mengambil uang itu lalu menciumnya. 

****

Setelah sampai di parkiran apartement tempatnya tinggal, ia bahkan enggan untuk turun. Ia melirik jarum jam tangan di tangannya. 

Jam 04.00 pagi. Artinya ia sudah berada di dalam mobil setengah jam yang lalu sejak ia kembali. 

Ia memukul stir mobilnya kesal, "Aish... Yang bener aja, Ayah ada di dalam. Ini jam 4 pagi! Bisa-bisanya ia sempat patroli" gumam membanting punggungnya di sandaran kursi mobil. 

Ia mendesis kesal dan akhirnya memutuskan untuk keluar. Lagipula semakin lama ia di sini, semakin lama pula ayahnya itu ada di dalam apartementnya. 

Lihat selengkapnya