Malam itu menjadi penentuan bagi Wibowo lancar atau tidak misinya. Satia pun mulai terlihat mondar-mandir karena keraguan yang menyelimuti hatinya.
" Sudahlah berhenti mondar-mandir kau membuatku pusing tau" Wibowo bersikeras untuk menghentikan Satia, karena sebenarnya dia juga ragu sama hal nya dengan Satia namun melihat orang lain ragu hanyalah menambah keraguannya.
Sementara itu Tresno yang menunggu di gubuk belakang rumah Wibowo masih belum melihat tanda-tanda aneh seperti sebelumnya. Hingga waktu pun berlalu tak terasa bagi ketiganya begadang semalaman penuh hingga subuh.
" Hei, kenapa masih belum ada tanda-tanda orang itu muncul? Kau yakin rencanamu berhasil?" Satia yang diliputi keraguan mencoba untuk mendapat kepastian dari Wibowo.
" Sudahlah kau tunggu saja, aku juga sudah mulai mengantuk dan ini benar-benar gila bisa-bisanya begadang sampai subuh." Wibowo hanya bisa menunggu sembari menahan kantuk berat yang mulai menjalari tubuhnya.
Di sisi lain, Tresno juga mengalami hal yang sama matanya mulai tidak fokus melihat sekitaran hingga ia pun menyerah untuk menutup matanya.
" Wibowo, ini sudah hampir pagi loh kau mau kita tidak tidur seharian?" Lagi-lagi Satia menyerbu Wibowo dengan pertanyaan yang membuat Wibowo semakin kesal.
" Ahhh diamlah, kalau kau mengantuk tinggal tidur saja." Wibowo sudah kehilangan sebagian tenaganya untuk mengoceh dengan Satia, dia benar-benar berjuang untuk menahan agar dirinya tidak ambruk.
" Huh siapa yang mengantuk?, sampai siang pun aku tetap akan terjaga." Ucap angkuh Satia yang tetap masih terjaga dari kantuknya.
Setelah Wibowo benar-benar tidak kuat menahan kantuk, kini hanya tersisa Satia seorang yang masih memperhatikan gubuk di belakang rumah Wibowo. Satia terus memperhatikannya karena khawatir bagaimana jika sahabat baiknya itu yang jadi umpan benar-benar terkena petaka.
" Mumpung Wibowo ketiduran, sebaiknya aku kesana." Gumam Satia dengan nekat mendekati gubuk belakang rumah Wibowo itu.
Setelah hampir dekat dengan gubuk itu, Satia dikagetkan dengan kehadiran dua orang yang melempar obor. Seketika Satia langsung meneriakinya dan mengejar dua pemuda itu, tanpa memedulikan gubuk yang hampir terbakar.
Satia memfokuskan dirinya pada kedua pemuda misterius itu, sampai saking seriusnya saat berlari ia tidak memerhatikan langkahnya. Kakinya tidak sengaja menyandung sebuah ranting pohon yang berserakan hingga ia terjerembab dengan kaki yang lecet.
" Sialan, kenapa harus disaat seperti ini." Umpatnya sembari mencoba berdiri lagi, namun ia benar-benar kehilangan keseimbangan.
Walaupun Satia berusaha berdiri tertatih-tatih ia tetap tertinggal jauh dari dua pemuda misterius tersebut. Pupus harapan Satia sudah. Kini ia pun berjalan tertatih-tatih dengan badan yang lesu.
Dari kejauhan jago merah pun terlihat melahap seluruh gubuk belakang rumah Wibowo. Seketika Satia langsung berlari sekuat tenaga karena ia ingat kalau entah masih ada Tresno di dalam atau tidak.
Saat mendekati gubuk yang sudah hampir terbakar habis, Satia memberanikan mendekatinya dan terus meneriakkan nama sahabatnya, Tresno.
" Tresno....Tresno jawab aku!!" Satia terus berteriak hingga suaranya serak. Takut tidak ada jawaban dan jika Tresno masih di dalam ia pun memberanikan diri lagi untuk masuk ke gubuk yang sudah terlahap jago merah.
" Tresno..." Ia pun meneriakan sekali lagi hingga sebuah tangan menggenggam erat lengan kanan Satia dari belakang. Satia pun terkejut dan menoleh.