We Are Freaking Out Here!

Fauziyyah Jihad Noor Yahya
Chapter #1

Joanne

Kriett...

Debu-debu menguar ketika Tyler membuka pintu kamar 101. Tiga tahun kedepan, kamar ini akan menjadi tempatnya beristirahat seusai mengikuti kelas di gedung utama.

"Silahkan letakkan dulu koper-kopermu Tyler. Setengah jam lagi kami tunggu di auditorium"

Mrs.Carol meninggalkan Tyler dan ibunya. Tyler dapat melihat pribadi hebat sebagian guru-guru yang ia temui sepanjang perjalanan menuju gedung dormitory. Langkah-langkah mereka yang tegap dan pasti, seragam pengajar yang begitu elegan membuatnya semakin mantap bersekolah disini.

"Mungkin karena sudah lama kosong, debunya cukup mengganggu" Mrs.Debby memperhatikan sekeliling kamar "bagaimana Ty, kau suka?"

"Sejauh ini sesuai ekspektasiku, Mom. Barang-barangnya masih sangat bagus dan tertata apik. Mungkin soal debu akan disterilkan dahulu nanti oleh pengurus dorm. Mommy pulang sekarang?"

"Lega mendengarnya" Diusapnya pucuk kepala dan wajah anak satu-satunya itu "mommy tidak tahu apakah bisa sering menemuimu. Tapi sewaktu-waktu pasti akan disempatkan, ya, sayang" Tyler dapat melihat sedikit genangan air di kedua mata ibundanya. Tyler mengerti, kesibukkan beliau sudah biasa menjadi penghalang frekuensi pertemuan dengannya.

Setelah berpelukan penuh haru, Mrs.Debby meninggalkan kamar. Ia hendak mengurus administrasi dan terbang ke Malta.

Tyler memasukkan kopernya kedalam lemari besar dikamar itu. Ia lalu buru-buru keluar kamar sesaat setelah melihat jam ditangannya. Langkahnya terhenti ketika tiga orang siswa melewati kamarnya sembari bergurau dan terbahak. Mereka terdiam sesaat melihat Tyler keluar dari kamar 101. Salah seorang yang berperawakan sedikit lebih tinggi diataranya memperhatikan Tyler dengan ekspresi sulit diartikan. Ia mencabut lollipop dari mulutnya dan memberi smirk tajam pada Tyler. Mereka lalu melanjutkan langkahnya.

"Ya Tuhan... aku akan sangat merindukanmu, Sunshine" Setelah mengedikkan bahu heran pada ketiga anak tadi, suara riuh dari kamar sebelah mengalihkan atensi Tyler.

"Kau yang selalu menginap dirumah teman-temanmu pun membuatku tak pernah tenang menunggu..."

"C'mon, Mommy. Aku hanya bersekolah. Bukan tinggal untuk dijadikan eksperimen. Bagaimana aku bisa meninggalkanmu keluar negeri nanti, jika sedikit-sedikit kau selalu mengkhawatirkanku"

Tyler memperhatikan ibu dan anak itu dari luar.

"Joanne! Ayolah lepas dulu headphonenya!"

"Ah Mommyyy!" Joanne membenarkan posisi headphonenya setelah ditarik Ibunya. "Pokoknya sempatkan menelepon Mommy tiap malam ya sayang. Tanpa kecuali. Tiap malam"

"Hm"

"Aku akan sesering mungkin menjengukmu"

"Mom! peraturannya pun tidak lebih dari tiga kali sebulan. Mommy ini bagaimana sih?"

"Ya Tuhaan, Mommy akan sangat-sangaaat merindukanmu" Wanita yang terlihat cantik diusianya yang hampir senja itu kembali terduduk dikasur, padahal tadi ia sudah bersiap meninggalkan kamar.

"Baik-baik disini ya, jangan terlalu dingin dengan teman-temanmu. Jadilah pribadi yang berbeda, ya Sunshine?" Ia mengeluarkan kedua tangan anaknya dari saku rok seragamnya, dan menggenggamnya erat. Menunggu jawaban.

Tanpa respon, gadis itu melepas genggaman. Membawa tas ibunya dan merangkulnya menuju pintu kamar. Ia lalu bertemu pandang dengan Tyler yang menggaruk tengkuknya, tidak enak telah menontoni keduanya.

"Bye Mommy. Aku akan menelponmu~" Joanne melambai-lambaikan tangan penuh senyum didepan ibunya seolah ibunya sudah jauh. Ibunya diam saja dihadapannya dan masih ragu untuk melangkah. Dilambaikannya lagi kedua tangan Joanne, kali ini dengan kedua tangannya. Mau tak mau, Nyonya muda itu pasrah meninggalkan anaknya.

Tyler menahan tawa melihatnya.

"Fiuhh, mengapa ibu-ibu selalu bersikap berlebihan" Joanne mengunci pintu kamar, lalu melangkah beriringan dengan siswa yang baru ditemuinya itu.

"Sepertinya memang anak-anak yang terlalu acuh. Mungkin memang sifat alaminya yang selalu merasa biasa saja. Kita akan mengerti jika sudah mempunyai satu"

"Jadi kau sudah mempunyai satu?" Joanne melepas headphone, membiarkannya tergantung ditengkuk.

"Tertarik soal percintaan saja tidak. Tapi teoriku sepertinya layak diperhitungkan" Keduanya tertawa kecil.

"Tyler Dolan" Tyler menjulurkan tangannya, menghentikan langkah.

Tangan itu kemudian diraih oleh gadis cantik disebelahnya.

"Joanne"

Joanne berdeham mencairkan suasana kaku beberapa detik setelah perkenalan itu. Keduanya lalu melanjutkan langkah.

"Ibuku terlalu memanjakanku. Jadi, Sunshine tadi bukan namaku, ya!"

"Pfft. Tentu, aku paham" Mereka saling membagi tawa pertemuan pertama.

🗣️

Bersekolah di Dayton Burke Boarding School sudah menjadi cita-cita Tyler sedari kecil. Bangunan tua mewah dan elegan yang terlihat dari jendela kamarnya itu, membuatnya selalu terobsesi. Prestasinya diatas rata-rata karena ambisinya untuk dapat diterima di Dayton Burke. Ia bahkan menampik rumor-rumor yang beredar dari mulut-kemulut puluhan generasi.

"...... sehingga tak ada toleransi sama sekali bagi siapapun yang melanggar. Silahkan kalian......"

Suara Kepala Sekolah yang menggema disekeliling auditorium timbul tenggelam sampai ditelinga Tyler. Ia tak begitu memperhatikan dan terlalu fokus dalam fikirannya yang bangga, akan betapa gemilang hari-harinya di sekolah ini nanti.

"....jadi silahkan berjuang keras meraih impian istimewa kalian"

Tyler memberikan standing applause paling pertama, diikuti oleh seluruh siswa baru. Sepertinya hanya kalimat terakhir itu yang Tyler tangkap betul-betul.

Seluruh siswa perlahan meninggalkan auditorium. Joanne yang duduk disebelah Tyler mengajaknya pergi menuju kelas. Mereka saling menyapa siswa-siswa lain disepanjang koridor bertembok bebatuan yang diukir begitu artistik.

"Jadi, kau berada di kelas intensif juga?" Joanne melepaskan jubah seragamnya, diikuti oleh Tyler.

"Ya, aku berjuang keras demi itu"

Lihat selengkapnya