Dua hari berlalu, semua menjadi tak sama lagi bagi Graham dan teman-temannya.
Nath dan Cecil yang memang tidak pernah menunjukkan keakraban, menjadi benar-benar tak ingin sekedar melakukan kontak mata. Graham menjadi tidak begitu dekat lagi dengan Nath. Lloyd yang merasa saudaranya itu terasa sangat tidak ingin dia mendekati Joanne. Mungkin karena Lloyd yang selama ini selalu menjadi toxic bagi banyak perempuan. Sehingga Graham tidak ingin ada perempuan lain yang menjadi targetnya. Namun apa pedulinya? Mengapa baru sekarang? sedangkan ia tak pernah mau tahu apapun yang Lloyd lakukan pada mantan-mantannya.
Perbedaan terjadi pula pada Ty dan Jo. Tanpa sadar, sahabatnya yang selalu tampak santai dan positif itu, kini tidak biasanya melamun. Joanne tak berusaha mengajaknya berbicara ataupun berbicara sendiri seperti biasanya. PSP-nya pun tak dibawanya ke kelas.
"What is so wrong with you?"
"Berisik"Joanne membuka buku pelajarannya.
Tyler otomatis tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Seriously Jo? kelas siang baru akan dimulai setengah jam lagi, biasanya kau bahkan belum ada dikelas, masih bermain game di locker room"
"KAU INI KENAPA SIH? APA? KAU INGIN BILANG APAAA?"
"Hahaha. Keadaanmu benar-benar sedang tidak baik" Tyler kaget dengan teriakan Jo namun ingin tertawa juga.
Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu sahabatnya itu. "Setahuku, setelah selesai kelas berenang waktu itu kau menjadi aneh"
Joanne hanya diam.
"You are not even interest to spill that tea in front of me" Tyler sangat mengenali Joanne. Ia seperti tempat paling sempurna bagi gadis itu untuk mencurahkan segala hal. Namun kali ini, sepertinya Joanne tak begitu berniat.
Lima menit terdiam, Joanne berhenti dari lamunannya. Ada bagusnya juga ia diam, Tyler jadi sedikittt lebih ceria dan cerewet dari biasanya.
"Ty"
Tyler menengok, menunggu Joanne melanjutkan ucapannya.
"Setelah kelas selesai ya. Dikamarku"
Mendengarnya, Tyler menunjukkan dua ibu jari pada Joanne.
"Ight!"
🗣️
Setelah membaca pesan singkat dari ayahnya, Graham melempar tubuhnya pada ranjang. Ia bernafas lega.
"Bagaimana sayang?" Cecil bertanya was-was.
"Mereka tak jadi kemari"
"Ahhhh syukurlah... orang tuamu pasti sibuk ya, sayang?"
"Jika bukan karena kesalahan Nath, aku tak perlu gusar beberapa hari kemarin menunggu mereka. Membuatku stres saja!" Graham menatap langit-langit kamar, mengalihkan pembicaraan.
Cecil berdeham. "Ya sudah, yang penting kau bisa lega"
"Tetap saja ayahku akan menangguhkan omelannya nanti"
Cecil ikut berbaring disebelahnya. Ia mengusap-ngusap bahu Graham, menenangkannya. Ia berusaha mengalihkan fokus Graham.
"Sayang, weekend nanti, apakah kita tetap bisa keluar dorm?"
Graham mengernyit. "Aku tak salah dengar? dengan keadaanku yang seperti ini, mana mau ayahku memintakan izin pada nenek! sempat-sempatnya kau memikirkan soal bersenang-senang"
Cecil terdiam. Salah, ia kurang jeli menilai situasi. Sepertinya Graham juga tak sudi memberinya tunjangan untuk saat ini.
'Bodoh'
Gumamnya dalam hati. Graham menjauhkan tangan Cecil dari bahunya, ia lalu meninggalkan kamar diikuti kekasihnya itu.
Keduanya tak menyangka akan berpapasan dengan Tyler dan Joanne yang melintas didepan pintu kamarnya. Mereka hanya saling memberikan tatapan tak bersahabat dan melanjutkan tujuannya masing-masing.
Graham menengok kebelakang, memperhatikan mereka untuk beberapa detik. Tanpa ekspresi. Joanne balas membalikkan tubuhnya setelah Cecil meraih tangan Graham untuk melanjutkan langkah.