Bab 1
Tak ada yang tahu kapan semua akan kembali seperti sedia kala.
***
Bella’s Pov
Nama ku Bella Alexanderia Nugroho, biasa dipanggil Bella. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Umurku 15 tahun. Aku hanya anak yang biasa-biasa saja. Hobi ku mendengarkan musik, dan lagu yang paling aku sukai adalah karya – karya dari Shawn Mendes. Slaian musik, aku juga sangat suka membaca novel. Karena musik dan novelah menjadi teman sehari – hari ku.
Hidup ku dipenuhi dengan kasih sayang yang sangat amat banyak. Namun setelah kejadian dua tahun lalu, aku merubah diriku menjadi seorang tomboy dan dingin. Kalian bisa bayangkan, bagaimana jika kalian ada di posisiku. Seorang yang kalian anggap “sahabat” ternyata meghianati kita dengan berbagai cara, hanya karena kamu berprestasi dan disukai banyak orang. Aku tidak membencinya tapi aku sangat amat sakit hati, karena mereka orang yang aku sayangi terkena imbasnya. Aku menjaga jarak sudah pasti, karena aku tidak ingin merasakan hal yang sama seperti dulu. Di tambah lagi hari ini adalah dunia baruku. Jadi, aku tidak ingin semua yang aku mulai hancur hanya karena aku memikirkan rasa sakit akan masa laluku. Karena sejatinya, mengikhlaskan memang sulit tapi berjalan ke depan adalah kewajiban.
Jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 05.30. Setelah mandi dan berpakaian aku memilih turun ke bawah menunggu keluargaku yang lain di meja makan. Melihat suasana ruang makan masih sepi, aku mengambil novel berjudul 'origin' karya Dan Brown dan mulai tenggelam dalam ribuan kata yang ada di sana. Tiba – tiba ada seseorang yang menepuk pundak ku. Secara refleks Akupun langsung menengok kebelakang, dan ternyata pelakunya adalah kakak ku, Billy Alexander Nugroho.
“Sendirian aja de?” Tanya ka Billy. Sambil menarik bangku di sampingku. Dan dia juga memperhatikan penampilan ku yang berbeda hari ini. Wajar si, karena memang aku akan merubah sosok Bella sesungguhnya.
“Emang biasanya juga sendiri kan?” Balasku ketus.
“Biasa aja dong de, lagi PMS ya kamu? Ouh ya kamu serius dengan penampilan kamu de?" Tanyanya lagi.
“hmm...”
“Oke.. tapi kakak jadi berpikiran aneh tentang kamu, kamu pasti ada masalah ya de, sampai merubah diri kamu sendiri? Kan waktu kakak SMP kakak gak disini.” Cicit ka Billy. Ya, mungkin dia takut menyinggung perasaan ku, makanya hanya berbicara pelan. Namun Walaupun suaranya kecil tapi masih sangat jelas terdengar ditelingaku. Enggan membalas perkataannnya akupun melanjutkan membaca novel. Karena menjelaskan sama saja memnuka luka lama.
By the way, Kak Billy adalah kembaranku, anak pertama di keluarga Nugroho. Sosok Kak Billy di luar dengan di dalam rumah sangat amat berbeda. Mungkin teman-teman Kak Billy akan mengenal sosoknya yang cuek dan tak tersentuh. Namun saat bersamaku dia kebalikannya. Bahkan aku merasa dia sangat amat cerwet. Walaupun demikian, aku sangat menyayanginya. Karena memang berbagi tempat yang sama adalah hal yang kita lakukan sejak kecil.
Aku bukan gadis jahat yang akan meminta kakak kandungku untuk bersekolah di tempat lain. Karena bagaimanapun kedua orang tua kami tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Starlight High School adalah pilihan tepat untuk aku dan Kakakku melanjutkan jenjang pendidikan kami. Karena aku yakin, kedua orang tuaku tidak mau kejadian dulu terulang kembali.
“Wahh duo kembar udah ada disini aja pagi – pagi.” Dua lelaki berucap bersamaan. Namun setelahnya mereka melempar tatapan tak suka. Mereka adalah Marcello Pradipta dan Bian Pradipta. Mereka adalah Anak dari Alex Pradipta dan Sandra. Marcello duduk di bangku kelas 12 IPS, sedangkan adiknya berada di jenjang yang sama denganku, anak IPA. Ya, walaupun kami baru berjumpa beberapa bulan yang lalu. Aku sudah bisa membaca bagaimana tabiat dua anak lelaki dari kakak ibuku. Yang paling ku sukai dari mereka bertiga cuma satu, mereka akan menuruti segala kemauanku.
"Minggir! Gue mau duduk deket Bella." Kak Cello mengusir Kak Billy supaya dia bisa duduk di sampingku. Padahal masih banyak kursi kosong di sini. Dasar pengganggu! Eh tapi memang mereka pengganggu deng! Karena mereka bertiga seperti perangko yang tak mudah di pisahkan dalam hal menjahili sesuatu.
"So, gue mau nanti kita bertiga sekelompok! Kalau gak? Gue aduin ke Mami sama Papi kalau kita dipisah sama makhluk macam lu!" See? mereka semua sebenarnya rada-rada. Masa iya sama kakak sendiri bicaranya tidak sopan. Dasar manusia satu itu!
“Eh..curut lu kira, lu siapa? Ini acara gue jadi ya terserah gue lah,” Ucap kak Cello.
“Yehhh gak bisa gitu lah bang, lu harus jadiin kita sekelompok pokoknya! Kalau gak? Lu gue bilangin sama mama kalau lu berniat untuk jauhin gue sama adek gue sendiri." Ancam Bian.
“Bodo amat! Gue gak peduli. Mending sekarang lu panggil bibi deh suruh siapin makan udah jam 6 lewat ni, gue kan harus siap – siap disekolah. Cepetan panggil!" Seru kak Cello membuat Bian mendengus kesal akibat ulah kakaknya.
“Bawel dah lu, kalau lu buru – buru ya udah sana pergi dari hadapan gue!" Balas Bian dengan nada songongnya. Itulah mereka, jika di satukan akan berisik bak petasan banting. Mungkin jika aku adalah sosok yang dulu, aku akan menyauti segala kejadian di meja makan. Namun sekarang berbeda.
“Pagi anak – anak mama yang tampan dan cantik.” Wanita bergaun rumahan ini adalah Mamaku, Alexa Pradipta. Adik kembar dari Papi Alex sekaligus putri bungsu di keluarga Pradipta. Mama dan Papi Alex memang kembar identik, namun gen mereka tidak menular padaku dan Kak Billy. Bayangkan saja kami lahir hanya berbeda satu menit, tapi persamaan kami hanya terletak pada lensa mata. Sisanya hidung, bibir serta bentukan rambut kami sangat berbeda. Jika aku ikal maka kak Billy kebalikannya. Kembali ke Mama. Mama adalah dokter spesialis bagian dalam. Dia bekerja di rumah sakit milik keluarga, namun setelah menikah Mama selalu berusaha membagi waktu antara bekerja dan berkumpul keluarga.
“Pagi juga mama..."
“Pagi juga mama...” ucap kami bersamaan. Mama yang melihat ku hanya tersenyum. Dan akupun membalas senyum mama dengan senyuman tipis.
“Bi siapin sarapannya ya sekarang , karena saya, tuan dan anak – anak mau berangkat,” Ucap mama ku. Ya, beginilah situasi di rumah. Memiliki kedua orang tua yang bekerja membuat kami selalu berusaha di weekend untuk kumpul bersama.
Bibi yang mendengarpun langsung meyiapkan sarapan yang sudah selesai dibuat oleh para koki dirumah ku. Ya kami memang punya koki, koki yang memang di tugaskan untuk membuat berbagai makanan setiap harinya. Sedangkan Bibi? Lebih mengurus pekerjaan rumah dan menyiapkan sarapan seperti sekarang ini.
Lihat saja sarapan pagi tersedia beberapa makanan seperti, pacake, roti bakar, waffle serta susu dan kopi. Sedangkan untuk para pekerja di rumah kami, mereka juga makan yang sama dengan kami, cuma mereka punya ruang makan tersendiri. Tenang saja ruang makan itu sama seperti ruang makan di sini. Itulah kenapa banyak pekerja di rumahku. Karena untuk membersihkan rumah sebesar ini membutuhkan banyak pekerja. Jadi, wajar jika orang tuaku melakukan demikian.
“Pagi boys and princess papa, pagi juga sayang.” Kalian sudah bisa menebaknya bukan? Yap! Dia Xander Nugroho, Papa yang sangat aku cintai tapi sayang kadang kalau penyakitnya kambuh, Papa akan gila kerja. Bahkan sampai lupa jika dia punya keluarga. Namun, sejak kejadian yang terjadi padaku Papa jadi lebih manusiawi. Lepas mengecup pipiku dan Mama dia duduk di singgasananya.
“Pagi Papa...” Balas kami semua. Aku memilih menyimpan novel ke dalam tas dan mulai menikmati waffle dengan saus coklat favoritku. Ah! Aku sampai lupa. Selain novel dan musik, aku juga menyukai coklat. Wajar saja karena siapapun yang berpergian pasti aku meminta mereka untuk membawa coklat.
Aku tahu Papa lagi melihat penampilanku. Padahal penampilanku biasa-biasa saja. Tidak ada kacamata seperti dulu. Semua aku ubah berkat lensa mata abu-abuku. Jadi tidak akan ada yang tahu jika aku kembaran dari Kak Billy.
kembali ke Papa, Papa adalah CEO Nugroho Corp. Papa menjalankan perusahaan tidak sendirian, dia di bantu oleh Kak Billy, walaupun usia Kak Billy terbilang muda, dia sudah paham mengenai lingkup bisnis. Bukan karena paksaan keluarga, melainkan karena kemauan kakak sendiri. Itulah kenapa setelah Papa menemukan kandidatnya, Kak Billy lah yang selalu di cari-cari olehnya. Sedangkan aku? Lebih asik menikmati kesantaian yang ada saat ini. Sambil mencari siapa jati diri aku sebenarnya.