We Belong Together

Indiana Vee
Chapter #1

Satu

Ada begitu banyak alasan mengapa seseorang dapat berubah menjadi lebih baik atau malah sebaliknya, ada yang berubah karena keadaan, masalah yang dihadapi maupun tempat yang pernah mereka kunjungi dan juga bisa jadi orang-orang yang ada disekitar mereka.

Rumah sakit adalah tempat yang paling aneh menurutku, disana begitu banyak tangis tapi juga tidak sedikit senyum dan tawa kebahagiaan. Tangis duka karena kehilangan orang yang mereka cintai dan tawa yang berasal dari mereka yang menyambut hadirnya anggota keluarga baru dan juga tawa dari mereka yang menyabut kebebasan dari rasa sakit yang sudah begitu lama ditanggung sendiri. Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit, hanya dalam waktu singkat aku menyaksikan hitam-putih kehidupan. Aku berjaan perlahan karena tidak ada yang menuntutku untuk berlari dan sampai dengan segera ke ujung rumah sakit ini.

Sweater kebesaranku yang mulai meluncur turun dari bahu kucoba untuk mengembalikan pada tempatnya. Awan yang mengeluarkan air sore ini membuatku nyaman berada dalam sweater berwarna abu-abu, jari-jariku tersembunyi didalamnya membuatku semakin merasa hangat tapi tidak hatiku.

Hatiku terasa beku sejak Bunda Mira mengajakku ke rumah sakit tanpa mengatakan apapun. Aku tahu sesuatu yang buruk terjadi karena tidak ada tanda-tanda akan bertambahnya anggota baru dan keluargaku juga tidak ada yang tengah menanggung rasa sakit. Jadi, hanya berita buruk yang akan singgah ditelingaku.

Aku tidak menginginkannya, sama sekali tidak. Usiaku baru 17 tahun, bagaimana caranya harus menanggung rasa sakit yang bahkan aku sendiri tidak tahu seberapa besar rasa sakit itu. Aku tidak tahu caranya dan aku tidak mau tahu bagaimana caranya, aku tidak perlu tahu bukan?. Orang dewasa yang mengerti cara menanggungya seperti apa, Papa dan Mama tahu cara mengatasi segala sesuatu. Mereka pemecah masalah, aku akan berlari pada mereka jika aku tidak tahu cara menghadapi sesuatu. Seperti soal Mate-matika yang rumit atau caranya menyebrang jalan.

Tapi aku tidak melihat mereka, lorong Rumah Sakit yang sepertinya tidak ada ujungnya membuatku ingin berbalik dan pergi, menuggu Papa dan Mama di rumah.

Lihat selengkapnya