We Belong Together

Indiana Vee
Chapter #2

Dua

Sekarang aku tahu kenapa hujan turun bersamaan dengan kesedihanku karena dunia tidak menemukan solusi untuk kehilanganku jadi ia menyesal dan ikut bersedih bersamaku. 15 hari sudah aku melepas kedua orang tua-ku selama itu juga hujan menemaniku, tidak ada petir atau pun hujan deras hanya hujan ringan sepanjang hari yang hanya berhenti untuk beberapa saat.

Samar-samar indra pendengaranku menangkap suara ketukan, aku tahu siapa yang mengetuk pintu karena dari awal hanya ada satu orang yang melakukannya. Tebakanku terbukti saat sebuah suara memanggilku. “Mia?”. Bunda Mira melangkah kearahku, “Makan dulu yuk, makan malamnya sudah siap”.

Aku masih duduk dalam diam, tempat duduk dengan bantalan busa disamping jendela kaca memberiku kanyaman untuk tetap berlama-lama. Menikmati pemandangan yang sama setiap saatnya, angin yang menggoyangkan dahan pohon, serangga yang beterbangan dan bentuk awan yang berubah-ubah setiap saat.

“Mia?”.

“Belum lapar, Bunda”. Pandanganku masih mengarah ke luar, masih dalam posisi menekuk kaki hingga mampu aku peluk dengan kedua tanganku.

“Bunda enggak tanya kamu udah lapar atau belum, Bunda nyuruh kamu untuk makan”. Ucapan Bunda yang dipertegas dengan suaranya menarik perhatianku, seperti Mama yang selalu saja bersikap tegas saat sifat manjaku muncul pada tempat yang tidak seharunya.

Aku menatap Bunda lama, saat itu tangan Bunda mengelus sayang kepalaku lalu sedetik kemudian menarikku kedalam pelukannya. Aroma Melati menyeruak dari tubuh Bunda, tidak sama seperti Mama yang menyukai aroma Mawar, Bunda Mira lebih menyukai bunga berwarna putih itu.

Saat menyium aroma itu aku lupa bagaimana aroma mawar yang menjadi kesukaan Mama bukan hanya untuk parfum tetapi juga Mama menyukai campuran air Mawar kedalam teh-nya. Aku takut jika harus melupakan Mama apalagi aku tidak ingat bagaimana aroma Mawar ketika saat ini hidungku dipaksa untuk mencium aroma Melati.

Lihat selengkapnya