Beberapa hari ini aku mencoba mendekti Cia, berbicara padanya disekolah saat aku punya kesempatan bahkan aku sudah mengajaknya untuk datang ke pesta kompleks dan menjelaskan padanya tidak ada hubungannya dengan Al. Aku terus mengiriminya pesan singkat, bercertia apa saja hanya umtuk mendapatkan responnya. Cia memang tidak membalas tapi tanda yang meberitahu bahwa dia memabacanya sudah lebih dari cukup, dengan pesan sebanyak itu membuktikan bawha Cia setidak masih perduli padaku.
Sekarang aku dengan berani kembali kerumah Al untuk bertemu dengan Tante Sofie, saat aku datang Tante Sofie memelukku dengan erat. Aku tidak menyangka kalau Tante Sofie akan sesenang itu melihatku. Semenjak Al yang selalu meyapaku saat kami tidak sengaja berpapasan atau akau yang dengan sengaja menunggunya diteras, semua itu aku anggap izin darinya untuk datang kerumahnya menemui Tante Sofie dan tanda dari Al bahwa kami benar-benar baik sekarang ini.
Al lebih sering terlihat dirumah dan sekarang pun Al selalu menjeput dan mengatar Tante Sofie saat ia bisa melakukannya. Dengan perubahan itu semua aku hanya harus fokus pada Cia seorang.
“Jadi kamu bakal datang kan?, kalau kamu mau kamu bisa nginap dirumah aku”.
“Lo enggak-enggak nyerah ya?”.
“Enggak akan karena bisa jadi ada orang yang mengharapkan kita untuk nggak pernah meyerah”.
“Tapi saran dari gue, lo nyerah aja”.
“Setelah hampir 17 tahun aku nggak pernah punya teman yang benar-benar dekat dan sekalinya ada harus aku lepaskan gitu aja?, enggak akan?”. Dengan keras kepala aku berusaha untuk terus membuat Cia menyerah pada kemarahannya itu.
“Kasihan banget lo”.
“Ya, lagi pula kamu itu nggak punya alasan untuk marah sama aku”.
“Oya?, jelas gue punya?”
“Apa?”. Aku melipat tangan didepan dada menantang jawaban Cia.
“Lo lebih berpihak sama dia dari pada gue”.
“Oya?. Apa pernah sekali aja aku narik kamu kehadapannya Al atau kehadapan kamu?. Enggak kan?, Al memang selalu tanya keadaan kamu tapi nggak sekali pun dia maksa aku untuk mempertemukan kalian karena dia tahu posisinya dan dia juga nggak mau maksaain kamu”.
Cia diam, kali ini ia tidak mampu menimpali perkataanku. Merasa sudah cukup aku tidak mengganggunya lagi, bukan berarti aku menyerah hanya menunggu lain waktu.
Pesta yang hanya dihadiri oleh para penghuni kompleks dan beberapa tamu dari luar ini bisa bilang seperti sebuah karnaval atau juga konser. Lapangan besar ditengah perumahan dimanfaatkan betul oleh para panita. Lampu-lampu kecil dilingkarkan pada setiap pohon menambah kesan meriah pada pesta. Hiasan pesta bertebaran disekeiling lapangan bahkan ada spot untuk berfoto yang bertemakan taman-taman seperti yang ada di Eropa.
Meja disusun ditengah-tengah lokasi acara sudah berisi banyak makan ringan dan juga minuman warna-warni yang sebagiannya bersoda. Sedangakan makan berat sebagiannya masih dalam proses dimasak seperti kambing guling dan juga daging panggang.