We Need Shelter

winda aprillia
Chapter #5

Chapter 5: H-3

Pada Hari Selasa H- ke 3, di jam kosong diisi dengan berdoa bersama di halaman kampus. Suasana sangat haru bercampur dengan suka dan duka yang menyelimuti halaman kampus. Semua mahasiswa duduk bersila beralaskan rumput nan hijau.


Setelah selesai berdoa bersama. Mereka datang membawa bunga masing-masing untuk ditaruh ke tempat kejadian. Disana terdapat garis polisi yang mengelilingi kebun pisang dan sudah banyak bunga yang menumpuk. Mereka berempat menaruh bunga diatas bunga yang lainnya. Hanya Maya masih duduk setelah menaruh bunga, dia terlihat sangat terpukul atas meninggalnya kedua temannya.


"Kenapa kalian tidak memberitahuku?" tanya Maya menahan tangis.


Mereka bertiga saling bertatapan. Oki maju berusaha untuk menjelaskannya.


"Maafkan kita sayang. Kita tidak berusaha untuk menyembunyikan ini dari kamu sayang," jawab Oki.


"Iya May, Kita akan memberitahu mu ketika kamu sudah siap. Kita takut kamu akan pingsan lagi Maya," kata Runa.


Maya diam sejenak, dia sangat memahami dan mengerti maksud sahabatnya. 


".... Baiklah! Aku mengerti. Lain kali tolong beritahu aku saja. Aku tidak apa-apa, jika itu hanya sebuah informasi saja. Entah itu sebuah informasi kecil ataupun besar. Selama itu bukan suara kencang," jelas Maya.


"Iya May. Maafkan kita ya," kata Runa menepuk pelan pundak Maya.


"Iya," kata Maya.


"Maya, apa aku boleh minta tolong?" tanya Raka.


"Minta tolong apa?" tanya Maya menoleh kebelakang.


"Aku minta tolong. Jika suatu saat kamu mendengar suara kencang lagi, tolong! Kamu harus melawan rasa takutmu. Lawanlah trauma kamu. Aku tahu kamu pasti bisa menahannya. Agar kamu bisa bangkit dari masa lalu mu," pinta Raka.


Tatapan Maya kembali ke depan, dia diam sejenak dan berpikir, Apakah aku bisa melawan trauma ku? Pasti bisa dan harus bisa. Aku sudah besar, seharusnya aku bisa melupakan masa lalu ku yang suram ini. Bagaimanapun caranya, aku harus mengingat kejadian yang membuatku bahagia saat bersama kedua orangtuaku.


Maya berdiri dan menoleh ke arah Raka, dia setuju dengan permintaan Raka.


"... baiklah. Aku pasti akan melawan rasa takutku," kata Maya mengepal tangannya erat-erat.


"Terimakasih ya May," kata Raka.


"Sayang kamu pasti bisa," kata Oki memberi semangat.


Runa tiba-tiba memeluk Maya.


"Kamu pasti bisa May," kata Runa.


"Ingat ya sahabatku! Apapun yang terjadi kita harus bersama," kata Raka.


"Baiklah! Habis ini kalian mau kemana?" tanya Runa setelah melepaskan pelukannya.


"Sepertinya pulang," jawab Maya.


"Jangan pulang dulu. Ayo kita ke cafe, santai-santai disana," ajak Runa.


Mereka setuju dengan ajakan Runa.


"Seperti biasanya kita naik mobil," kata Raka.


"Yuhuuu," teriak Maya.


"Mari kita berangkat," kata Oki.


"Yuhuu," teriak Runa.


Mereka berjalan dengan berpelukan. Pelukan persahabatan membawa dampak positif dan meningkatkan mood booster. Sorot mereka dari belakang meninggalkan tempat kejadian. Bunga-bunga yang menumpuk. Ada beberapa makna bunga yang bermekaran sebagai simbol cinta yang akan terus tumbuh dan ada pula beberapa makna bunga yang bermekaran sebagai simbol pengingat suka dan duka.


Sesampainya di depan Cafe, mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam Cafe. Mereka ketawa-ketawa tidak tahu apa yang sedang dibicarakan dan mencari tempat duduk yang nyaman. 


"Aku ambil menunya dulu," kata Runa.


Runa mengambil menu di kasir dan membawa kertas kosong untuk pesanan yang mereka pesan.


"Kalian mau pesan apa?" tanya Runa.


"Aku Coffe latte," jawab Maya.


"Sama dong, aku juga pesan itu," kata Runa dengan menulis pesanan.


"Aku Tiramisu," kata Oki.


"Aku jus alpukat saja," kata Raka.


"Sekarang cemilannya apa?" tanya Runa.


"Kentang goreng sama sosis goreng," jawab Maya.


"Sudah?" tanya Runa.


"Iya itu saja cukup," jawab Oki.


"Iya, dua-duanya ambil yang porsi besar," kata Raka.


"Sudah ya ini. Aku bawa ke kasir sekalian bayar. Aku traktir, aku yang mengajak kalian," kata Runa.


"Yasudah! lain kali gantian kita yang traktir kamu Run," kata Oki.


"Aman," kata Runa memberi tanda oke dengan tangannya.


Runa berjalan ke arah kasir dan membayarnya. Dia menerima nota pembayaran dan kembali ke arah mereka duduk untuk menunggu pesanannya jadi. Runa melihat para sahabatnya hanya saling diam saja.


"Baiklah! Kita tinggal menunggu pesanan kita jadi. ... ngomong-ngomong kenapa kalian diam saja?" tanya Runa setelah melihat mereka.

Lihat selengkapnya