Pada hari Jum'at H+0, terlihat dari jauh halaman kampus yang awalnya kosong perlahan-lahan mulai berubah menjadi lautan hitam. Benar. Mahasiswa dan mahasiswi sudah berkumpul disana memakai jas almamater hitam milik kampus tercinta. Raka, Runa, Maya dan Oki seperti biasanya mereka berada di belakang barisan. Ketua BEM dan beberapa anggota BEM mulai memimpin barisan lautan hitam.
"Apakah kalian sudah siap?" tanya Dito dengan berteriak menggunakan toa kecil.
"Siap," suara serempak lautan hitam menggema.
"Salam Reformasi," teriak Dito.
"Reformasi," suara serempak lautan hitam.
"Sepertinya sudah berkumpul semua. Marilah kita berdoa dulu untuk keselamatan dan kelancaran. Berdoa dimulai, ... selesai. Mari sekarang kita berjalan menuju ke arah gedung DPR. Salam reformasi," teriak Dito.
"Reformasi," suara serempak lautan hitam.
Lautan hitam terlihat bergerak meninggalkan halaman kampus berjalan menuju ke arah gedung DPR. Mereka bernyanyi dengan lagu berjudul buruh tani diciptakan oleh Safi'i Kemamang yang dipopulerkan oleh Marjinal. Suara nyanyian dengan serempak telah menggema. Semangat juang yang tinggi dan gagah berani. Lirik lagu yang mereka nyanyikan sebagai semangat untuk demonstrasi. Maya dan Oki berjalan di depan sedangkan Runa dan Raka berada di belakang mereka. Mereka berempat berada di tengah-tengah lautan hitam.
Tiba-tiba Raka sakit perut. Dia ingin izin sebentar ke toilet terdekat.
"Aduh! Perutku tiba-tiba mulas. Aku ke toilet sebentar ya! Nanti menyusul," kata Raka menahan sakit perut.
"Iya cepatan! Mumpung belum jauh," kata Runa.
"Iya," kata Raka.
Raka berjalan sedikit berlari mencari jalan keluar karena berdesakan. Pergerakan Raka yang berusaha meninggalkan barisan lautan hitam.
Maya dan Oki tidak tahu Raka izin ke toilet karena terlalu fokus dan bersemangat.
"Loh Raka dimana?" tanya Maya.
"Dia izin ke toilet sepertinya lagi sakit perut," jawab Runa.
"Oh lagi BAB," kata Maya.
"Iya," kata Runa.
"Aku tadi seharusnya ikut Raka," kata Oki.
"Enggak usah sayang! Disini saja temani kita ya sayang," kata Maya.
"Yaudah iya," kata Oki.
"Maaf ya sayang. Kemarin aku nggak manggil kamu sayang waktu di dalam organisasi," kata Maya bergelantungan di lengan Oki.
"Iya sayang nggak apa-apa. Kita di depan mereka harus profesional," kata Oki.
Runa yang mendengar percakapan mereka dari belakang langsung mendorongnya untuk segera berjalan.
"Kalian ayo cepat jalan. Berdesakan nih," kata Runa.
"Iya-iya kita jalan," kata Maya.
Mereka lanjut berjalan fokus ke depan dan ikut bernyanyi bersama.
Raka yang baru sampai, lalu masuk ke dalam toilet. 1 menit kemudian dia sudah menyelesaikan buang air besarnya. Tiba-tiba dari luar ada 2 orang masuk ke dalam toilet seperti sedang ganti baju, lalu mereka mengobrol. Tidak sengaja Raka mendengarkan obrolan mereka.
"Bagaimana aku sudah terlihat seperti mahasiswa belum?" suara laki-laki pertama.
"Iya sedikit mirip," jawab suara laki-laki kedua.
"Target kita kan sebenarnya mahasiswa berdarah Thionghoa. Tapi mereka kan berbaur dengan mahasiswa pribumi. Kalau bom molotov ini mengenai mereka bagaimana?" kata suara laki-laki pertama.
"Sudah gak apa-apa. Aku sudah benci dengan orang-orang Thionghoa termasuk mereka yang berteman dengan orang-orang Thionghoa. Siapa suruh mereka mendominasi perekonomian," kata suara laki-laki kedua.
"Baiklah asal lempar saja nanti ya," kata suara laki-laki pertama.
"Iya, sudah banyak orang-orang yang membenci mereka. Sudah siap kan! Ayo keluar. Mereka sudah menunggu kita dibarisan," kata suara laki-laki kedua.
Suara mereka berjalan keluar toilet semakin menjauh. Raka setelah mendengar apa isi percakapan mereka. Dia bergegas berlari kembali ke barisan mencari sahabatnya karena 2 sahabatnya dalam bahaya. Dia melihat barisan lautan hitam ada di depan. Dia masuk ke dalam barisan mencari sahabatnya dan berteriak memanggil nama mereka satu persatu. Tapi sayangnya tidak ada yang mendengar teriakkan Raka. Barisan lautan hitam hampir sampai di depan gedung DPR. Terlihat ada polisi berjaga dan memasang barikade terbuat dari pagar kawat. Barisan lautan hitam berhenti berjalan dan bernyanyi. Runa, Maya dan Oki ternyata mereka ada di barisan depan. Mereka tidak sadar sudah berjalan sampai masuk barisan depan. Sedangkan Raka berada ditengah-tengah lautan hitam. Dia ada kesempatan untuk meneriakkan nama Runa.
"Runa...," teriak Raka.
Runa yang mendengar langsung berbalik ke belakang mencari keberadaan Raka. Dia dengan cepat menemukan Raka.
"Raka, aku disini," teriak Runa dengan tersenyum.
Runa melambaikan tangannya. Dia tidak tahu apa yang ada dipikiran Raka karena Raka terlihat ketakutan. Raka yang sudah melihat Runa bergegas menuju ke arah mereka. Dia kesulitan menuju ke arah mereka karena berdesakan. Tiba-tiba ada bom molotov dilempar, meledak ke arah samping mereka. Mereka semua berteriak dan barisan lautan hitam berhamburan kesana kemari karena ada beberapa bom molotov lainnya yang dilempar tanpa arah. Mereka bertiga terlihat ketakutan dan Oki berusaha melindungi Maya dan Runa. Yang awalnya berdesakan kini sedikit longgar. Raka bergegas menuju ke arah mereka dan mengajak mereka untuk berlari.
"Ayo kita pergi dari sini," teriak Raka.
"Iya kemana?" tanya Runa.
"Ke mobilku. Cepatan, teriak Raka.
Mereka lupa dengan keadaan Maya. Dia berusaha menahan traumanya.
"Sayang! Tatap mataku. Kamu harus kuat. Lawanlah rasa takutmu. Tolong jangan pingsan. Kuatkanlah dirimu sayang," kata Oki memegang kedua pipinya.
Maya sekali-kali memejamkan mata. Dia berusaha menahan traumanya dan berteriak.
"Ahhhh," teriak Maya.
Tiba-tiba Maya pingsan dipegangi oleh Oki. Suara bom molotov yang sangat keras dan teriakkan barisan lautan hitam membuat Maya tidak bisa mengendalikan traumanya. Awalnya Oki yang akan menggendong Maya. Tapi karena fisiknya yang lemah dia tidak bisa menggendong Maya dan berlari. Raka yang sudah mengetahui keadaan kedua sahabatnya bergegas bergerak menggendong Maya.
"Oki. Sini biarkan aku yang menggendong Maya. Tolong lindungi Runa," teriak Raka.
"Iya Ka," kata Oki.
Mereka berlari menjauhi hamburan lautan hitam. Barisan lautan hitam yang berhamburan beberapa ada yang jatuh dan terluka karena bom molotov mengenai mereka.
Mereka berempat tetap berlari dan hampir sampai di area kampus. Tapi sayangnya kaki Oki sudah tidak kuat untuk berlari.
"Hah hah, ... Runa. Apakah kamu bisa membopong tubuh Oki? Kalau bisa aku minta tolong bantu dia ya," kata Raka ngos-ngosan.
"Iya, aku bisa. Tukeran tidak?" tanya Runa.
"Tidak usah karena Maya pingsan pasti kamu keberatan," jawab Raka.
"Baiklah! ayo naik ke belakang Ki," kata Runa.
"Ta-tapi lengan kamu kan sedang terluka?" tanya Oki.
"Sudah naik saja. Luka ku sudah sembuh," kata Runa.
Oki kebingungan dan Runa salah mengerti. Dia seharusnya cukup membopongnya tapi dia menggendong Oki dengan berlari. Raka keheranan dan terkejut.
"Ayo cepatan Raka," kata Runa menoleh ke belakang.
"I-iya aku kesana," kata Raka.
Mereka berdua berlari sambil menggendong 2 sahabatnya sampai di parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil. Runa, Maya dan Oki duduk di belakang sedangkan Raka duduk di depan. Dia bergegas memutar kemudi mobil bergerak menjauh dari area kampus. Agar tidak ada orang yang akan mencegatnya karena dia teringat dengan obrolan 2 orang yang mencurigakan. Beruntungnya perjalanan mereka untuk keluar dari area berbahaya cukup lancar dan jalan tidak begitu padat. Raka mulai menyetir dengan perlahan karena jalanan seperti habis terjadi perang. Mereka melihat diberbagai tempat ada kerusakan dan jalan yang akan mereka lalui dihadang. Terlihat dari jauh orang yang menghadang seperti preman. Raka teringat dengan orang yang berbicara di dalam toilet. Raka mulai melepas jas almamater dan memberitahu mereka.
"Runa, Oki. Tolong tutupi wajah kalian secepatnya dan lepas almamater kalian. Pokoknya jangan terlihat sampai kita bisa melewati mereka," desak Raka.
"Memangnya ada apa?" tanya Runa kebingungan.
"Iya nih. Ada apa sih?" tanya Oki bingung sambil memegang Maya agar tidak jatuh.