Di tempat lain Ara sedang berlari sekuat tenaga untuk segera bisa sampai ke rumah dengan cepat. Bibi Ana yang sudah bekerja sejak Ara kecil melihat dari kejauhan Ara yang sedang berlari. "Ngapain mas Ara lari-lari begitu? Olahraga di siang bolong?"
"Bi Ana! Kun... kunci motor dong, Bi di atas meja TV." Ara masih mengatur nafas mencoba berbicara.
"Buat apa mas kunci motor?"
"Jemput Darrenlah, Bi."
"Tapi mas Darren sudah pulang dari tadi."
Arah melongo kaget, "Darren sudah pulang?"
Bibi Ana tersenyum geli, "tenang aja mas, ibu dan bapak belum pulang, jadi nggak tahu kalau mas Darren pulang sendiri."
"Iya kak, tenang aja." Darren muncul dari belakang. Adik Ara berbeda usia 5 tahun itu sudah menjadi tanggung jawab Ara sejak kecil untuk menjemputnya.
Plak! Satu jitakan melayang ke kepala Darren, "lo kalau balik sendiri kabarin dong."
"Kan mau kasih suprise, lagian ini ulang tahun kakak dan pasti kakak rayain bareng kak Sasa."
"Terserah," Ara yang tetap bersikap cuek dengan kejutan manis dari adiknya itu, "makanya lain kali pindah tempat les yang kalau libur sekolah juga ikutan libur."
Sebelum Darren kembali menjawab Ara segera masuk dan naik ke atas menuju ke kamarnya. Satu masalah sebenarnya sudah selesai, Darren sudah pulang dengan selamat dan walau pulang sendirian ayah dan ibunya tidak mengetahui hal itu karena belum pulang.
Semua baik-baik saja, harusnya begitu. Tapi Ara juga masih tidak tenang. Tanpa sadar tangan Ara masih gemetar begitu tahu tadi bahwa Darren pulang sendirian. Gemetar dan ketakutan yang sama kembali dirasakan, bahkan ketika itu sudah lewat bertahun-tahun lalu.
"Ara Devan! Darimana saja kamu?" Ara kecil yang ketakutan begitu memasuki pintu rumah.