"Ra, mobil lo gimana kalau lo naik mobil gua?"
"Ya besok gua ambil."
"Trus besok pagi lo naik angkutan umum gitu?"
"Ya nggaklah, ada sopir gratis ngapain gua naik angkutan umum?"
Sasa menatap sinis, "maksud lo gua!"
Ara hanya tersenyum geli, "udah ayo jalan, bisa-bisa mati di jalan nih gua."
"Apaan sih, manja banget dah lo, baru juga tahan laper sebentar."
Apa terucap di mulut Sasa kadang tidak sejalan dengan yang dilakukannya, walaupun bersikap ketus pada sikap manja Ara, tapi Sasa juga tetap menancap gas menuju tempat yang diberi tahu Ara.
"Ini restoran, Ra?"
"Kurang tahu ya, tapi model rooftop gitu."
Sasa berdecak kesal, "lo yang pesan tempat, tapi lo nggak tahu tempatnya kayak apa,"
"kan gua cuma based internet aja, tempat makan bagus 2020 dan nama dia ada di pencarian teratas."
"Wah! Gila sih! Kok bisa orang kayak lo naik jadi kepala editor,"
Pembicaraan kedua sahabat itu membuat perjalanan tidak begitu panjang. Mereka sudah masuk kawasan yang kanan kirinya di penuhi oleh tempat makan. Salah satunya menjadi tempat makan yang sudah direservasi oleh Ara.
"Ayo masuk,"