We Never Know

Tanya Fransisca
Chapter #8

Kedelapan

Tidak ada yang terjadi, tidak ada status baru, tidak ada juga pertengkaran. Pengakuan cinta semalam seperti hanya sebuah kejadian biasa yang ketika esok hari tiba menjadi salah satu memori lain dari kehidupan dua manusia tersebut.

Tin...Tin...

Sasa menekan klakson mobilnya yang beberapa saat kemudian Ara muncul dari balik pagar rumahnya.

"Bukankah ini bentuk penyalahgunaan kekuasaan?" Sasa langsung mengoceh begitu Ara masuk ke dalam mobil.

"Benar, dan selama gua masih berkuasa, gua akan pakai terus. Ayo jalan."

Santai dan biasa, seolah kejadian semalam bukan suatu hal yang besar yang akhirnya membuat mereka harus menjadi canggung dan menjaga jarak. Profesionalitas dalam persahabatankah? Hmm, apakah hal itu memang ada?

"Nanti balik kerja bareng lagi?"

"Gua ada acara!" Tegas Sasa, "Gua ada janji sama Karen."

Ara mengangguk kecil, "tumben,"

"Kok tumben? Kan gua sama dia bakal jadi teman yang sama-sama menderita di tahun pertama ini jadi gua harus bangun hubungan yang baik dengan dia."

"Bukan karena pernyataan gua kemarinkan?"

Sasa mencoba tertawa, "Apaan sih lo, Ra, lebay banget dah. Nggaklah, biasa aja kali." Sasa menyikut lengan Ara.

"Lo ditembak sahabat lo dan lo nolak?" Karen bertanya sambil terus mengetik di depan laptop.

Untuk pertemanan yang baru dimulai hitungan hari Sasa sudah cukup berani untuk menceritakan kejadian yang tergolong pribadi itu.

"Menurut lo, gua salah nolak dia?"

"Nggak juga, kalau lo emang nggak suka ya kenapa salah?"

Sasa memainkan rambutnya, "gua nggak tahu sebenernya gua suka sama dia atau nggak,"

Lihat selengkapnya