Ini sudah memasuki minggu kedua dan Sasa hanya bisa menghela nafas sambil membaringkan kepalanya di atas meja paling ujung di perpustakaan, sepertinya Sasa sudah menemukan tempat persembunyian yang sempurna untuk dirinya sendiri.
"Nih!" sebungkus cokelat mendarat dengan sempurna tepat di wajah Sasa.
Sasa mengambil cokelat itu tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun, "buat?"
"Biar semangat!" Karen duduk di depan Sasa. "Kenapa sih lo?"
"Kenapa gua?" Sasa langsung mengubah posisinya dengan duduk tegap dan menghadap Karem, "Justru gua yang harusnya bertanya kenapa dengan lo? Kita udah 2 minggu, tapi masih belum dapat projek apa-apa. Cuma baca contoh buku yang sudah terbit, mengecek typo, sama administrasi buku-buku yang sudah terbit."
Karen mengangguk kecil, "ya, lo nggak salah, kerjaan kita memang baru itu, tapi ya kenapa harus sedih gara-gara itu?"
Sasa memukul meja dengan kedua tangannya, "ini bukan hal yang gua harapkan, gua mau pegang satu naskah dan mengolahnya dan menjadikannya anak pertama gua."
buk! Karen memukul kepala Sasa dengan cokelat lain yang di tangannya, "Lo itu harus dipersiapin dulu dengan semua ini sebelum bener-bener bisa pegang buku lo sendiri."
Sasa yang kaget Karen bisa memukul kepalanya hanya terdiam. Bagaimana bisa teman sekerja yang baru bertemu 2 minggu bisa memukul kepalanya seolah sudah berteman lama, biasanya hanya Ara dan mamanya yang bisa memukul atau mengacak-acak rambut di kepalanya."
"Udah deh, jangan sedih mulu, nanti lo juga bakal dapat projek itu. Ayo balik, Messa manggil kita berduakan jam 1 siang?"