We Never Know

Tanya Fransisca
Chapter #11

Kesebelas

"Malam tante, Sasanya ada? Tante, tante baik-baik aja?"

"Ara," mama Sasa langsung menarik Ara menjauh dari pintu masuk, "Ara kamu mau bantuin tante?"

"Iya, tante ada apa tante?" melihat wajah mama sahabatnya penuh lebam dan luka langsung membuat Ara panik karena ia tahu bahwa hal ini kan berhubungan Sasa.

"Sasa barusan aja kabur dari rumah, dia melihat tante bertengkar dan dia berusaha menghentikan," mama Sasa kembali terisak, "Sasa kena pukul oleh ayahnya, tante, tante tidak bisa menghentikannya dan ia lari barusan. Tante mohon bantu cari Sasa."

"Tante, aku pasti akan bantu cari Sasa, tapi tante nggak mau pergi juga, tan? Bahaya tante kembali ke dalam."

"Dengan siapa kamu bicara di luar! Kamu mau lapor tetangga dan cari perhatian!" Suara teriakan dari dalam semakin mendekat.

"Kamu buruan pergi ya, Ra dan bantu tante cari Sasa. Kalau tante akan baik-baik aja, bagaimana pun dia suami tante dan hanya sedang emosi saja."

Ara pun segera pergi keluar pagar kembali ke rumahnya, mengambil motor dan pergi mencari Sasa. Mereka hanya anak kelas 2 SMA saat itu, ke mana seorang anak perempuan 2 SMA bisa pergi? Sasa tidak punya banyak teman di sekolah, hanya Ara jika bisa dibilang, jadi Ara juga tidak bisa mencari tahu kepada anak-anak di sekolah.

Ara sudah mengeliling tempat-tempat yang pernah ia kunjungi dengan Sasa tapi gadis itu juga belum ditemukan. Ara memberhentikan motornya dan menepi untuk kembali menelepon Sasa.

"Halo?"

Ara yang tidak memposisikan motornya dengan benar, hampir oleng karena akhirnya Sasa menjawab panggilan teleponnya.

"Sa! Lo di mana dah! Bisa-bisanya ngilang begitu! Lo nggak tahu mama lo khawatir banget dan sekarang..."

"Ra," Sasa memotong ucapan Ara, "Ra..."

Ara yang mendengar suara lemah Sasa langsung tidak jadi untuk melanjutkan marahnya.

"Lo di mana sekarang? Gua jemput."

"Depan rumah Kak Angga,"

"Apa?" Ara yang mendengar hal itu langsung kaget, apa yang dilakukan anak itu di rumah kakak kelas? Berinteraksi dengan kakak kelas saja Sasa sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah.

"Sasa!" Ara melambatkan motornya begitu melihat Sasa yang duduk di bangku taman perumahan itu.

"Ara!" Sasa langsung berlari ke arah Ara.

"Lo tuh ya!" Ara mencubit pipi Sasa begitu ia mendekat.

"Ouch! Sakit Ara!"

"Lo ngapain coba kabur? Kayak anak kecil aja."

Sasa cemberut, "gua masih anak-anak kok, gua belum buat KTP."

"Lo tuh ya!" Ara mengacak-acak rambut Sasa, "paling nggak lo udah ketemu," Ara tersenyum, "Ayo naik."

Lihat selengkapnya