We're (Not) Really Break Up

Keita Puspa
Chapter #9

Chapter 9: Mistaken

Remember all the things we wanted

Now all our memories, they're haunted

We were always meant to say goodbye

Even with our fists held high

It never would have worked out right

We were never meant for do or die

Already Gone - Sleeping At Last

Agustus, 2020

Zack masih berusaha untuk berdamai dengan Zelda pagi itu. Pagi-pagi sekali ia sudah menunggu di depan asrama dengan sebuket bunga krisan di tangan. Namun, hingga jam tangannya menunjukkan pukul tujuh, Zelda tak kunjung kelihatan. 

Semalam, Zelda merajuk. Kali ini gara-gara Zack yang tidak memberitahu Amy tentang pacar baru Jimmi. Zack memang merasa bersalah setelah mengetahui kalau Amy pergi ke Zafon. 

Alasan sesungguhnya ia tidak memberitahu Amy adalah karena ia tidak ingin sahabatnya itu terluka. Zack tahu kalau Amy masih menyayangi Jimmi. Dan ia juga tahu kalau Jimmi sangat mencintai Amy. Jimmi sangat frustrasi hingga sikapnya menjadi dingin. Jimmi yang jahil dan ceria itu pergi entah kemana. Kemudian ketika Jimmi bilang ia akan pacaran lagi demi melupakan Amy, Zack tidak bisa mencegahnya. 

Dalam pandangan Zack, kedua sahabatnya itu telah saling melukai. Solusinya, menurut pandangan praktis Zack, sudah jelas. Mereka balikan, mereka saling menyayangi dan semua bahagia. Tetapi Zack tahu sifat dua orang itu. Yang satu keras kepala, kekanakan, ceroboh dan yang satu selalu memilih untuk meluruskan keinginan yang lainnya, tak peduli jika itu membuatnya merana. Ya, begitulah Amy dan Jimmi. 

Kadang Zack lebih senang ketika mereka bertengkar seperti semasa SMA dulu. Mereka bertengkar hari ini, kemudian tertawa bersama hari berikutnya. Memang terlihat seperti anak kecil tapi itu melegakan setiap orang. Semua tahu jika anak kecil gampang bertengkar dan gampang pula berbaikan. 

Masalahnya sekarang Amy dan Jimmi bertengkar seperti orang dewasa. Hal-hal sepele bisa memancing keretakkan, bahkan jurang yang dalam. Sulit mendamaikan keduanya setelah terpisah jarak. 

Akhirnya Zack mengeluarkan ponsel dan memencet nomor yang sedari malam gagal ia hubungi. Wajah cowok itu berbinar mendengar suara di seberang sana. "Kau baik saja?" 

Balasan dari seberang sana tampaknya tidak ramah karena setelahnya Zack memasukkan kembali ponsel dan menggigit bibir serta mengusap-usap dagu. Akhirnya ia duduk di tepi trotoar, di batas antara jalan pejalan kaki dan rumput hijau yang diselingi beraneka tanaman. Memandang ke arah jendela kamar Zelda di lantai dua yang masih tertutup rapat. 

Senyum Zack mengembang ketika dilihatnya Zelda datang dengan setelan piyama yang masih melekat di tubuhnya. Gadis itu menghampiri Zack dan meraih kerahnya. "Kita susul dia."

***

"Kau harus selesaikan ini, Jimm. Kau sudah punya pacar. Harusnya kau sadar kalau hal itu akan melukai Amy." Aurora menceramahi Jimmi di tangga setelah cowok itu sedikit baku hantam dengan M. 

Jimmi diam saja. Sedikit perih masih terasa karena bibirnya pecah terkena hantaman tangan M. Itu adalah perkelahian pertama mereka yang begitu serius. Sejauh ini mereka biasanya hanya bersitegang tanpa kekerasan. "Kau pikir aku tidak terluka?" 

"Itu salahmu sendiri. Tidak ada yang akan terluka jika kau tidak mulai semua hal ini." Aurora melangkah menaiki anak tangga, meninggalkan Jimmi sendiri di antara lantai satu dan dua. Gadis itu akan pergi menenangkan M yang masih sangat marah. 

***

Lihat selengkapnya