We're (Not) Really Break Up

Keita Puspa
Chapter #11

11. Surprise!

Little do you know

How I'm breaking while you fall asleep

Little do you know

I'm still haunted by the memories

Little do you know

I'm trying to pick myself up piece by piece

Little do you know

I need a little more time

Little Do You Know - Alex & Sierra

September, 2020

Ykaten hari ini terlihat tenang setelah kemarin hujan lebat menerpa kota kecil itu. Langit membiru dengan secuil awan sirus dan matahari bersinar tanpa ragu. Di balai kota tampak kesibukan yang tidak biasa. 

Balai kota Ykaten yang cukup luas memang kadang disewakan untuk acara tertentu. Khususnya di akhir pekan seperti hari ini. Terlihat deretan kursi yang tertata rapi dengen gelaran karpet merah berhiaskan bunga mawar di sepanjang sisinya. Sebuah altar indah dihiasi pita putih cantik berbentuk hati dengan bunga aneka warna terlihat sangat romantis. 

Itu resepsi pernikahan putra sulung keluarga Larry. Sedari kemarin orang-orang wedding organizer telah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Beberapa rangkaian ucapan selamat juga telah tiba sebelum waktunya. 

Amy berdiri di dekat meja penerima tamu. Rambutnya disanggul modern dengan  tusuk konde berhiaskan untaian mutiara. Gaun putih berlengan panjang dengan belahan dada sedikit terbuka membalut tubuhnya dengan ketat. Sebenarnya ia tidak nyaman dengan pakaian seperti itu tetapi Mrs. Larry memaksanya. Katanya gaun itu sudah ia persiapkan jauh-jauh hari khusus untuk Amy. Tidak heran ukurannya sangat pas dan desainnya mengeluarkan aura kecantikan Amy dengan sempurna. 

"Kamu cantik hari ini," suara M dari samping Amy. Tuxedo putih membuatnya tampak lebih gagah dan dewasa. 

"Aku setuju," timpal Aurora yang datang bersama M. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna putih juga karena memang dresscode pernikahan itu adalah putih suci. 

"Engga. Jangan katakan apapun lagi soal penampilanku atau aku bakal ke ruang ganti sekarang juga."

Aurora tertawa kecil. Ia ingin mengatakan kalau ia jujur, tetapi terhalang ucapan Amy barusan. Sementara itu M membentuk tanda oke dengan jemarinya. 

"Ayo, kita duduk sebelum kursi penuh," ajak M yang diamini adik serta pacarnya. 

Mereka bertiga duduk berjajar di baris ketiga. Barisan pertama dan kedua akan diisi oleh orang-orang yang telah menikah. Amy melirik sedikit ke kiri dan kanan. Ia akhirnya bisa diam dan tenang ketika seluruh kursi penuh dan tidak menemukan seseorang yang sedang tidak ingin ia temui. 

Walaupun gaun, tata rias dan rambut yang dikenakannya di atur oleh Mrs. Larry, Amy tidak bertemu dengan laki-laki keluarga Larry kecuali Paul. Itu membuatnya lega sementara waktu. Amy sangat takut jika harus bertemu Jimmi. Lebih buruk lagi jika ia menemukan cowok itu membawa pacarnya. Sudah biasa jika di acara keluarga seperti ini seseorang membawa pasangannya, seperti M. Walau Aurora memang dari Ykaten juga tapi lihat Zelda yang  sekarang tengah duduk di samping Zack. Bisa saja cewek Jimmi itu juga ikut kemari. 

"Yang bersama Zack siapa? Pacarnya?" tanya Aurora pada Amy ketika acara tengah berlangsung. 

"Ya. Dia teman sekamarku," jawab Amy. 

"Oh … cantik sekali," komentar Aurora setelah melihat Zelda sekali lagi. Kemudian ia fokus ke altar karena kedua pengantin telah tiba. "Wah, pengantinnya sangat cantik!" ucap Aurora sembari menutup mulut. "Hari ini para wanita terlihat cantik. Aku iri."

"Kamu juga cantik," ucap M yang membuat pipi Aurora merona sempurna dengan blush on peach-nya. Keduanya bertatapan dan saling melempar senyum, membuat Amy sengaja batuk. 

Amy menatap Fohn dan Jane yang tengah mengikrarkan janji suci. Postur tubuh, bentuk wajah dan warna rambut Fohn memang sangat mirip dengan adiknya, Jimmi. Dan sejujurnya, Jane memiliki tinggi badan hampir sama dengan Amy, membuat pikiran gadis itu sedikit melantur. 

Tiba-tiba saja ia melihat dirinya sendiri dan Jimmi yang berada di altar. Saling memakaikan cincin kemudian bertatapan dan berciuman. Lalu pacar baru Jimmi itu datang dan menarik Jimmi, membawa kabur pengantinnya. Tapi tidak satu orang pun berusaha mencegah hal itu. Mereka justru tertawa dan bertepuk tangan. 

Amy menyeka matanya dan semua orang tampak nyata bertepuk tangan. Aurora menariknya ke arah kumpulan para gadis dan perjaka. Di depan sana si pengantin wanita bersiap melempar bunga. Buket bunga itu melayang dan Amy melihatnya seperti bola basket yang diumpankan padanya. Jelas sekali bunga itu melambung kemudian setelah melalui titik tertinggi, ia menukik ke bawah. Amy melangkah mundur dan menangkapnya dengan sempurna. 

Namun, kaki Amy tidak mampu menahan berat badannya yang terlalu condong ke belakang. Ia sudah pasti terjatuh jika saja seseorang tidak dengan sigap menangkap pinggangnya. Bunga yang telah Amy dapatkan terjatuh karena keseimbangannya terganggu. 

"Untung saja kena," ucap si cowok yang menangkap Amy. 

"Terima kasih, M." Amy tersenyum dan bersyukur karena M yang berada di belakangnya. 

Buket bunga yang kembali melayang akhirnya mendarat di dada seseorang yang baru saja datang pada acara resepsi itu. Untunglah orang itu sigap sehingga bunga itu kini ada pada genggamannya. 

Lihat selengkapnya