We're (Not) Really Break Up

Keita Puspa
Chapter #16

16. She Comes Back

Januari, 2018

"Terima kasih!" Aurora melompat ke hadapan M, membuat cowok itu melengkungkan badan ke belakang sejenak. "Nanti malam biar kutraktir makan."

"Ada apa sampai seheboh itu?" M membalikkan badan dan mulai menuruni tangga. Aurora mengikuti di sampingnya. 

"Nilai tugasku A+. Sepertinya, bantuanmu memberikan pengaruh besar."

"Syukurlah."

"Terus?" Aurora menyelidiki wajah datar M. Dalam cahaya koridor tangga yang redup, ekspresi wajah itu masih tidak berubah. Bahkan M tidak tersenyum seperti biasanya. 

"Apa?"

"Kau mau enggak kutraktir makan?" Aurora berkacak pinggang. "Malam ini."

"Baiklah."

"Kenapa, sih? Kayaknya gak semangat banget?" tanya Aurora heran. 

M berhenti menuruni anak tangga. "Kemarin aku melihat Weni," katanya. Entah keberanian darimana, M menceritakan hal itu pada Aurora. Ia bahkan tak menceritakan hal itu pada Jimmi yang merupakan sahabat baiknya. 

Agak ragu, Aurora berucap, "Bukankah ... itu bagus?" Suaranya terdengar hampir tercekat. Ada rasa tidak senang dengan berita itu. 

"Entahlah. Kurasa kami sudah tidak seperti dulu lagi."

"M-maksudnya?"

"Dia memang Weni, tapi bukan Weni yang kusukai dulu." M menggeleng pelan. "Gak tahulah ... aku senang melihatnya lagi tapi aku gak bisa berhadapan lagi dengannya."

Sinar matahari menerpa tubuh keduanya ketika keluar dari pintu apartemen. "Kau masih menyukainya?" tanya Aurora lirih. Hampir tidak terdengar oleh suara riuh jalanan Zafon yang sibuk. 

M bisa mendengarnya, tetapi alih-alih menjawab pertanyaan itu, ia malah menarik lengan Aurora. "Ayo, berangkat!" katanya dengan senyum yang membuat Aurora melupakan apa saja yang tadi mereka bicarakan. Kemuraman cowok berkemeja kotak-kotak merah itu seperti menguap terkena polusi udara. 

***

Suara orang-orang protes terdengar. Mereka memaki dan mengutuk Jimmi yang telah menabrak orang-orang di jalanan. Kakinya yang panjang memungkinkan Jimmi untuk lari lebih cepat dari si pengejarnya. Jimmi tidak peduli dengan reaksi orang-orang itu. Yang ia inginkan hanyalah pergi secepatnya, kabur dari seorang pria dengan setelan jas maroon yang membuntutinya sejak ia keluar dari toko buku. 

Awalnya, Jimmi pikir pria itu hanya iseng memperhatikannya. Namun, rupanya ia dibuntuti dan ketika jaraknya semakin jauh, pria berjas maroon itu malah berlari dan mengejarnya. 

M pernah bilang padanya kalau ia diikuti seseorang misterius. Seorang pria dengan kacamata hitam dan setelan eksekutif muda yang sangat rapi dan  berkelas. Jimmi sempat mengira kalau itu hanya sebuah kebetulan sampai si pria mendekatinya dan menanyakan perihal M. Tanpa pikir panjang, Jimmi berlari menjauh. 

Ketika keadaan genting itu, jaraknya dan si pria hanya tinggal lima meter dalam posisi masing-masing berlari, ponsel Jimmi berdering. Jimmi melihat nama yang tertera di layar kemudian melirik jalanan yang masih ramai. 

"Ya, ini aku. Oh, aku sedang berlari. Jangan khawatir. Hanya sedang buru-buru."

Lihat selengkapnya