Februari, 2021
Hampir saja ponsel yang Zelda hendak lempar benar-benar terlepas dari tangannya dan menabrak ubin kalau pemiliknya tidak buru-buru menangkapnya. Zelda mendengkus. Agak menyesali tindakan serampangannya. Sementara Amy terbahak melihat kelakuannya dari belakang.
"Diam!" bentak Zelda dengan wajah memerah. Ia masih kesal dengan keputusan Zack yang mengikuti kehendak Amy agar tidak meretas akun Joan. "Kau bisa tertawa, Am? Biarkan saja Zack meretas akun Joan. Semua akan selesai!"
"Tidak. Kita hanya perlu mengabaikannya. Tidak lebih." Amy menepuk pundak Zelda dan mengelusnya. "Kau gak perlu memikirkan itu terlalu serius."
"Ha? Memangnya enak dibilang teman pelakor?" Zelda melirik Amy tajam. "Kau bukan orang seperti itu, Am! Memangnya dm-dm yang masuk itu tidak mengganggumu?" Suara Zelda bergema di sepanjang koridor. Gadis itu tidak peduli dengan beberapa orang yang menoleh memperhatikannya.
Amy terdiam sesaat memandang lantai koridor Gedung A yang berwarna putih dengan beberapa debu bertaburan sebelum menjawab pertanyaan Zelda. Ia memang agak lelah membaca pesan-pesan pribadi di Instagram itu. Mereka menyebutnya sebagai cewek gak baik, perebut pacar orang, cewek gak laku dan lain-lainnya. Amy bisa saja mengabaikan semua pesan itu, tetapi ia malah membacanya satu per satu dan tenggelam dalam kemarahan pada Joan. Namun, di hadapan semua orang ia ingin terlihat kuat dan sok cool. "Udahlah ... nanti juga pada lupa."
Zelda memonyongkan bibirnya pada Amy sejenak. "Kau bukannya lagi bertingkah sok kuat, kan?" tanyanya dengan mata melotot sempurna.
"Enggak," jawab Amy dengan senyuman ceria yang berhasil meyakinkan Zelda. "Ayo ke kantin. Aku lapar banget."
"Oh, tunggu! Itu William, kan?" Zelda melambaikan tangan pada seorang cowok dengan jaket abu yang tengah berjalan ke arahnya dan Amy. "Will!"
"Ish...! Kenapa dipanggil, sih?" Amy menurunkan paksa tangan Zelda yang melambai.
"Kenapa?" tanya Zelda heran.
"Kau gak tahu kalau hubungan kami jadi canggung karena aku menolaknya?" bisik Amy sembari melebarkan mata pada Zelda.
Seolah baru menyadari kesalahannya, Zelda tersenyum getir kemudian menyapa Will yang kini berada satu meter saja di depan mereka. "Hai, Will," sapanya ramah meski senyumnya kaku.
"Hai, Zel! Hai, Amy!"
Amy mengangguk kecil dan menggerakkan telapak tangannya kiri-kanan secara perlahan untuk membalas sapaan William.
"Kau mau kemana?" tanya Zelda yang kini sudah bisa menguasai diri.
"Ke toilet," jawab William dengan senyum ringan. "Kalau kalian?"
"Ke kantin," jawab Amy cepat. Ia ingin segera menjauhi cowok itu entah kenapa. Ia merasa tidak nyaman jika William ada di sekitarnya.
"Oh," gumam William pelan. "Kudengar cowokmu itu menduakanmu, Am?"
Amy menengadah menatap William dengan sikap defensif. "Kata siapa?"
"Oh ... kuharap semua berita itu salah. Semoga cowokmu memang gak mendua dan semoga kamu bukan seperti yang orang katakan. Tapi karena kamu yakin kalau pacarmu enggak mendua, kurasa berita satunya lebih meyakinkan," ujar William kemudian berlalu melewati dua gadis yang melihat kepergiannya tanpa kata-kata.
"Wah ... kenapa dia jadi brengsek begitu?" Zelda mengepalkan tangan kesal.