We're (Not) Really Break Up

Keita Puspa
Chapter #20

Chapter 20: Broken Promise

Maret, 2018 

Setelah pertemuan M dan Moz tempo hari, Aurora tidak pernah lagi memiliki kesempatan untuk menemui M. Ia bahkan tidak pernah lagi menjumpai M di apartemen atau perpustakaan. Apalagi sejak asdos Vale telah kembali sehat. Aurora tidak pernah lagi menemukan M di kampus. 

Ia pernah bertemu M sekali di hari minggu, ketika Darren menjemputnya di apartemen dan mengajaknya—lebih tepatnya memaksanya—untuk menonton sebuah film romantis. Aurora dengan berat hati menurut karena Darren mengancam akan mengadu kepada papanya. 

Saat itu, Aurora sengaja tidak menyisir rambut dan membiarkannya tergerai begitu saja. Ia mengenakan kaus belel berwarna hitam dengan celana jin panjang ketat dan sebuah tote bag berwarna krem yang lusuh. Ia tampak terburu-buru menuruni tangga dan hampir saja menabrak M yang baru saja masuk ke lorong tangga. "Ah, maaf. Aku sedang buru-buru," kata Aurora kala itu kemudian kembali berlari menuruni tangga. 

"Kau mau kemana?" tanya M sedikit berteriak. 

"Aku akan nonton dengan Darren," balas Aurora berteriak tanpa menoleh ke belakang. 

Tidak ada lagi percakapan yang terjadi setelahnya. Aurora terus turun dan menemui Darren yang tengah tersenyum lebar menatapnya dan jam tangan mahalnya di pergelangan tangan kiri. 

"Hai, honey. Kamu cantik hari ini."

Aurora tertawa mendengar kata-kata Darren. "Yang benar? Padahal aku belum mandi, loh."

"Belum mandi aja sudah cantik, apalagi kalau sudah mandi." Darren terkekeh. Dikaitkannya lengan Aurora pada lengannya sendiri. Kemudian ia menuntun Aurora menuju mobil sport merah dengan atap terbuka yang terparkir tepat di depan apartemen. 

"Gombal banget!" cibir Aurora. 

"Itu ucapan terjujurku hari ini," kata Darren bangga. 

"Jangan sok romantis. Kau, kan, tahu aku terpaksa mau." Aurora buru-buru membuka pintu mobil sport Darren sebelum cowok itu melakukannya. 

Darren menghempaskan udara dengan tangannya karena kalah cepat dari Aurora. Ia memutar untuk mencapai pintu mobil satunya dan segera masuk. "Aku tidak keberatan jika kamu terpaksa." Cowok itu mengumbar senyum penuh pesona. 

Tak lama mobil itu meluncur di jalanan Zafon yang ramai menuju salah satu bioskop terbesar di kota itu. 

***

Jimmi sedang mengobrak-abrik desain lengan robotnya yang gagal di presentasi kemarin ketika M pulang dengan wajah muram. Ia tidak melihat kemuraman itu karena sedang asik memeriksa komponen demi komponen, memastikan kalau sensor-sensor yang menempel di sana berfungsi dengan baik. 

"Mau diapakan lagi?" tanya M. Ia meletakkan tasnya di lantai kemudian meraih gelas dan menuangkan air putih ke dalamnya. 

"Hanya melihat dimana kesalahannya," kata Jimmi. Tangannya masih sibuk memasang beberapa baut kecil di antara rangka besi. 

Lihat selengkapnya