We're (Not) Really Break Up

Keita Puspa
Chapter #21

Chapter 21: Jealousy

Februari, 2021

Kendaraan roda empat berwarna kuning itu melaju di jalanan lintas provinsi dengan sangat cepat. Tidak jarang meliuk untuk menyalip kendaraan di depannya dan mendapatkan balasan klakson kencang. Lampu penerang jalan hampir tak terlihat kecuali serupa garis buram yang bergerak. Speedometer jelas tidak pernah menunjukkan angka kurang dari tiga digit. Sesekali ban berdecit saat pedal rem diinjak tanpa mengurangi kecepatan. 

"Kau mau membunuh kita?" teriak Zack dari kursi sebelah supir. Ia beberapa kali memaki saat Jimmi menyalip di antara dua buah truk yang terlihat tidak stabil. Zack menyesal ada di tempatnya duduk sekarang. 

Sore tadi, Jimmi datang ke tempatnya dan meminjam mobil. Ketika Zack tahu kalau Jimmi akan ke Xenter, Zack memaksa ikut. Jimmi melarangnya tetapi tidak ada yang bisa mencegah Zack yang ingin bertemu Zelda. Rasa rindu pada kekasihnya membuat Zack tidak melihat keanehan sikap Jimmi. 

Zack baru menyadarinya ketika mereka memasuki jalan bebas hambatan. Jimmi menaikkan kecepatan dan hampir tidak pernah menguranginya meski pada saat melewati kendaraan-kendaraan lain. Sudah tiga jam adrenalinnya terpacu oleh cara Jimmi menyetir. Protes keras Zack tidak pernah Jimmi hiraukan. Tunangan Amy itu berkendara seolah ia sendirian, membuat Zack diam-diam berdoa agar ia selamat dalam perjalanan gila itu. 

"Jimm!!!" Zack berteriak sekencangnya ketika ia melihat sebuah bus dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil sedang dalam posisi menyalip di jalur kanan sementara jalur kiri padat merayap—mereka tidak bisa kembali ke jalur seharusnya. Zack menahan napas. Jantungnya berdetak hebat ketika akhirnya Jimmi membanting stir ke kanan dan menginjak rem kuat di depan ruko yang berjejer. Suara ban bergesekan dengan lantai beraspal membuat Zack merapatkan giginya, apalagi melihat kaca-kaca minimarket yang semakin dekat. Mobil berhenti tepat sebelum menabrak pintu depan sebuah mini market

"Shit! Kau gila, Jimm!" maki Zack sembari memegang dada. Napasnya terdengar sesak. Dilihatnya Jimmi dengan ketenangan yang mengerikan memasukan gigi mundur dan memarkir mobil dengan benar. Zack hanya bisa komat-kamit melihatnya. Temannya itu sudah gila! 

Tepat setelah Jimmi mematikan mesin, cowok itu menenggelamkan kepala di atas stir. "Sorry, Zack. Aku kelepasan," katanya. Zack yang mendengarnya terkejut karena kentara sekali suara Jimmi bergetar. 

"Kenapa kau seperti ini, Jimm?" tanya Zack setelah napasnya normal. Ia membuka jendela sedikit agar udara bisa bertukar. 

"Entahlah. Sepertinya aku cemburu," jawab Jimmi, masih belum mengangkat kepala. 

"Cemburu? Sama siapa? Emang Amy ngapain?" Zack penasaran apakah ia melewatkan sesuatu dari babak percintaan sahabatnya? 

"Kau tahu mantan Amy?"

Zack berpikir keras. Yang ia tahu Amy hanya pernah pacaran dengan Jimmi saja sedari SMA. "Memang Amy punya pacar selain kau?" 

"Joan bilang, ya."

"Gosh! Serius? Kau percaya padanya?" Zack mengadukan kepalan tangannya. "Yang benar aja, Jimm!" 

Jimmi mengangkat wajah dan menatap Zack. "Amy yang bilang. Katanya dia baru putus dari pacarnya ketika ia datang ke Zafon tempo hari."

Zack ingin sekali membenturkan kepala Jimmi pada kaca mobil. Cowok ini sinting! Tetapi alih-alih marah, Zack justru tertawa keras. 

" Apanya yang lucu, Zack?" Jimmi menatap heran Zack dan sedikit tersinggung. 

"Kupikir kau pintar. Memang hanya Amy yang bisa membuatmu bego!" Zack menyurungkan kepala Jimmi. "Kau bodoh, Jimm! Amy bohong. Dia ke Zafon untukmu. Dia ingin berbaikan denganmu tapi dia melihatmu jalan dengan Joan malam itu."

Jimmi tidak berkedip melihat Zack seolah meminta kepastian kalau apa yang ia dengar tidak salah. 

Lihat selengkapnya