We School : Sesak

Putri Lailani
Chapter #1

Prolog

[12 JULI 2021]

 

We School atau kependekan dari Work Environment School merupakan sekolah yang baru didirikan pada tahun 2017, mulai dari jenjang TK hingga SMA. Sekolah ini didirikan oleh seorang pengusaha bernama Ferry Sutanto. Sesuai dengan nama sekolahnya, We School menciptakan kurikulum yang aplikatif untuk dunia kerja dan disesuaikan dengan trend masa kini.

Kurikulum mereka adalah Nasional Plus karena juga mengadopsi Diknas sebagai kurikulum utama. Baru berdiri selama 4 tahun, namun We School sudah menjadi buah bibir. Tak hanya unik dan seru, tapi sudah banyak menorehkan prestasi.

Mulai dari peringkat nilai ujian nasional tertinggi se DKI Jakarta dan nomor dua se Indonesia , menjuarai olimpiade sains, begitu juga dengan olahraga dan seni.

We School juga menjadi sekolah percontohan bagi sekolah lain untuk mengadopsi kurikulum yang serupa. Setiap open house untuk calon siswa baru, tak hanya orang tua yang mau mendaftarkan anaknya saja yang hadir, tapi ada juga kompetitor untuk benchmark hingga anak sekolah lain yang sekadar mau menonton acara pentas seni.

Meski sekolah swasta, jangan harap bisa dengan mudahnya memasuki We School. Pak Ferry menghimbau kepada semua kepala sekolah agar lebih selektif memilih calon anak didik. Untuk masuk sini, harus memenuhi standar ambang batas. Selain itu juga ada kuota di tiap angkatan demi menjaga kualitas sekolah tersebut.

Namun, sistem penilaian penerimaan siswa baru yang berbeda. Jika misalnya di sekolah negeri harus memiliki nilai akademis yang tinggi, tidak begitu dengan We School. Di We School siswa dinilai dari segala aspek. Selain akademis, calon siswa juga dilihat bakat diluar akademis, karakter serta background keluarga. Misal ada anak kurang unggul di akademis tapi nomor satu di olah raga misalnya, anak tersebut juga termasuk dalam top list. Begitu pula sebaliknya.

Para pengajar disana juga tentu saja dipilih yang terbaik. Awal sekolah berdiri, Pak Ferry sampai turun tangan langsung untuk mencari individu - individu terbaik. Uniknya, tenaga pengajar di We School mayoritas tak memiliki background sekolah keguruan. Pak Ferry lebih memilih dari kalangan profesional dan rela membayar mereka mahal untuk itu.

Bayaran sekolahnya pun, jika dibilang mahal juga tak semahal sekolah  bertaraf internasional. Sebagai clue, minimal pekerjaan orang tuanya harus setara Manager baru bisa membayar uang sekolahnya. Namun, untuk anak –anak guru We School jika ingin bersekolah disana akan diberikan discount.

Guru – guru disana rata – rata pekerjaannya merangkap, misalnya mengajar pelajaran utama yang diwajibkan oleh sekolah dan juga mengajar ekstrakurikuler. Ekskul tersebut biasanya disesuaikan oleh background sebelumnya. Ada juga yang mengambil projek sampingan.

Seperti Karin dan Irvan misalnya. Pasangan suami istri ini sudah mengajar di bangku We School Senior High sejak berdiri dan Pak Ferry langsung yang menghampiri mereka ke kantor lamanya.

Background Karin adalah seorang market research, maka ia dipercaya mengajar matematika dan ekskul market research. Sebelumnya ia bekerja di perusahaan riset pasar global.

Suaminya Irvan, merupakan guru Biologi. Background pria 40 tahun itu adalah Research and Development di perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman. Ia tak mengajar ekskul karena masih bekerja di perusahaan tersebut  usai mengajar.

Saat ini, Karin dan Irvan sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Kandungan Karin saat ini jalan lima bulan. Suaminya, Irvan sejak tadi mengelus – elus perut istrinya itu sambil satu tangannya memegang kemudi. Sambil menyetir, pria itu sesekali melempar senyum mesra.

“Dedeknya nendang – nendang.” tawa Karin renyah sambil memegangi perutnya.

Saat ini mobil sedang berhenti karena lampu merah. Irvan pun langsung menciumi perut istrinya itu.

Lihat selengkapnya