Bel pun berbunyi. Para siswa langsung menuju lapangan untuk berbaris, termasuk lima cowok populer kelas 12 yang tadi sedang bermain basket. Mereka adalah Yunan, Iqbal, Jefri, Verrel dan Ari, geng yang isinya cowok-cowok tampan yang digilai hampir seluruh siswi SMA. Mereka tentu saja jadi pusat perhatian anak kelas 10 yang baru keluar dari auditorium.
Adhisty, Natasha dan gengnya tentu saja juga menuju lapangan. Geng Adhis yang tiba lebih dulu dan kebetulan berpapasan dengan geng Yunan.
“Hai, Dhys.” sapa Yunan sambil tersenyum hangat. “kamu di kelas IPA 1, ya?”
Adhis yang sudah tak memiliki perasaan lagi terhadap mantannya itu hanya tersenyum ala kadarnya. “iya.”
Anggota geng Adhis maupun Yunan hanya senyum-senyum penuh makna. Adhis hendak pamit.
“Gue kesana dulu, ya.”
Baru saja gadis berambut seleher itu hendak pergi, teman Yunan malah saling menyeletuk.
“Dhys, kalo lo udah nggak sama Yunan sama gue aja gimana?” celetuk temannya bernama Iqbal.
Sontak Yunan langsung menyenggol lengan pria kurus, putih dengan rambut sedikit gondrong tersebut. Semuanya langsung cekikikan.
“Udah, Adhis minta putus kan katanya mau fokus ujian nih!” ujar teman Yunan lainnya bernama Verrel. “nanti begitu lulus SMA, lo pepet lagi dah.”
Mereka semua tertawa.
Namun, keempat biang kerok yang baru memasuki lapangan tentu saja tak senang melihat Yunan dekat - dekat Adhis.
Natasha geram dan langsung berjalan cepat mendekati mereka diikuti oleh ketiga temannya.
“Yunan.” sapa Natasha dengan nada genit saat sudah di dekat mereka. “oiya, nanti kan kita pulang cepet nih. Nonton, yuk.”
Pria kurus tinggi kulit sawo matang yang tadinya tersenyum lebar langsung berubah masam.
“Udah hajar, Nan!” celetuk Jefri salah satu temannya.
Teman Yunan lainnya juga ikut menimpali sambil cekikikan. Adhis dan geng nya hanya memutar bola mata.
“Nggak!” jawab Yunan datar kemudian langsung pergi begitu aja.
Natasha yang tak terima hendak mengejar Yunan. “eh, Yunan tunggu.”
Namun buru-buru dicegah oleh teman Yunan lainnya, Ari.
“Nat, udah deh! Leave him alone. He still love her. ” ujarnya sambil mengarahkan kepala ke Adhis.
Begitu tau yang dimaksud adalah Adhis, gadis bermata kecil itu langsung membelalakan matanya, melepas tangannya dari cengkeraman Ari dan secara tiba - tiba mendorong Adhis begitu saja.
“Anjing lo, ngapain dorong – dorong gue!” maki gadis berambut seleher itu.
Coco geng Adhis yang badannya paling tinggi itu balik mendorong Natasha.
“Heh, nggak usah nyalahin Adhis kalo Yunan nggak respon lo!” tegas Coco.
Lagi – lagi ketujuh anak perempuan itu mengulangi keributan yang sama. Mereka malah dorong-dorongan.
“Berani banget lo dorong – dorong gue!” Nat balas mendorong meski tingginya hanya sekuping Coco.
“Ya elo duluan yang mulai!” Yasmin ikut membela Coco.
Mereka semua terus ribut.
“Girls!” Iqbal dan cowok lainnya coba melerai namun tak digubris.
Kebetulan para guru yang baru keluar dari ruangan guru shock melihat pemandangan tersebut. Ditambah pertengkaran mereka lagi-lagi jadi tontonan seisi sekolah.
Karin berinisiatif berjalan terlebih dulu untuk meleraikan mereka.
“Udah jangan!” cegah suaminya. “biar aku aja.”