“Selamat pagi anak – anak.” Sapa Bu Nana yang berbicara melalui podium.
Rangkaian upacara baru saja selesai dilaksanakan, dan kini Bu Nana hendak memberikan pengumuman.
“Pagi, Bu Nana.” Saut kompak para murid.
“Sebelumnya saya ucapkan selamat datang kepada para siswa dan siswi baru di We School Senior High.”
Semuanya pun bertepuk tangan. Bu Nana kemudian memberikan sepatah dua patah kata, mulai dari perkenalan hingga wejangan kepada para siswa. Seperti tadi saat menghukum anak-anak, Bu Nana berpesan agar semuanya fokus untuk berkarya bukannya malah berkonflik.
“Kenali apa potensi diri kalian. Apa yang kalian suka. Kita disini ada assessment test dan juga ada Bu Cinta jika ingin konseling.” Ucap Bu Nana. “Tujuannya, agar kalian nantinya tak salah memilih jurusan, apalagi antara jurusan kuliah dan pekerjaannya tidak nyambung.”
Mereka semua tertawa.
“Ya, memang.” Lanjut Bu Nana. “Sebenarnya nggak ada yang salah dengan itu selama ada kesinambungannya. Contoh, ada teman saya kuliah jurusan hukum lalu sekarang menjadi wartawan politik. Nah, ini sekilas terdengar tak nyambung, tapi karir teman saya ini menjadi cemerlang karena pengetahuan hukumnya luas. Kan politik dan hukum jelas berkaitan.”
Bu Nana jeda sejenak.
“Lalu ada juga teman saya yang lain, dia S1 ambil teknik industri dan S2 ambil manajemen. Awalnya dia sempat berkarir sesuai jurusannya, lalu kemudian banting setir menjadi novelis. Nama novelis ini pasti sudah tak asing dong di telinga kalian? Nah, akhirnya beliau ini malah bisa menghasilkan karya yang tidak dangkal. Dia bisa menuangkan pengetahuan teknik industrinya ke dalam novel tersebut serta memanfaatkan ilmu manajemen untuk strategi pemasaran.”
Bu Nana menghela nafas sejenak.
“Atau seperti guru baru kita yang hadir pada hari ini.” Nana menoleh ke arah Alex yang berdiri di belakangnya bersama guru – guru lain.
Alex pun tersenyum sopan sambil menganggukkan kepalanya.
“Pak Alex ini pendidikan S1 nya mengambil public relation di Jerman, lalu berkarir menjadi atlit basket di Indonesia kemudian mengambil S2 jurusan pendidikan sambil mengajar. Tentu sekilas antara kuliah S1 dan karirnya tak nyambung. Tapi jangan salah lho, ilmu PR atau komunikasi itu selalu dibutuhkan di hidup kita. Apalagi beliau juga harus menjaga image baik tim basket nya. Di dunia mengajar pun juga digunakan.”
Bu Nana jeda sejenak.
“Oke, tanpa berlama-lama langsung saja saya persilahkan Pak Alex untuk memperkenalkan diri.”
Bu Nana kemudian menoleh kepada Alex. “Silahkan, Pak.”
Alex pun berjalan menuju podium.
“Oiya, satu lagi.” Bu Nana yang tadinya hendak pergi, berbicara lagi. “Untuk kelas 10 kan belum mengenal semua guru disini. Perkenalannya nanti saja ya saat masa orientasi.”
Bu Nana pun meninggalkan podium dan saling tersenyum kepada Alex yang kebetulan berpapasan. Alex pun langsung naik ke podium kemudian siap berbicara.
“Kok pada lemes-lemes amat!” Itu celetukan pertama yang dikeluarkannya.
Sontak celetukannya menimbulkan gelak tawa seisi lapangan.
“Nah, gitu dong! Kalian masih muda-muda harus lebih semangat.”
Ia pun jeda sejenak.
“Ini guru-guru juga pada kepanasan lho, nggak cuma kalian.” Lanjutnya sambil menunjuk deretan guru. “Tapi lihat wajah mereka, tetap ceria.”