We School : Sesak

Putri Lailani
Chapter #9

Karin : Kelas XII Ipa 1

Karin bersama suaminya berjalan beriringan menuju kelas XII Ipa 1 dan juga XII Ipa 2.

“Tahun ini tantangannya lebih besar nih dari tahun sebelumnya.” Seloroh Irvan.

“Maksudnya?” Tanya Karin tak mengerti.

“Iya, tahun-tahun sebelumnya anak didik kita kan baik-baik. Kalau angkatan yang ini pembuat onar semua.”

Karin hanya tertawa kecil. “Yah, mereka memang belum berubah dari kelas 10. Tapi aku suka Adhis, nilai dia nggak hanya paling tinggi seangkatan, tapi selama sejarah We School berdiri, belum ada yang  ngalahin dia.”

“Ya, tetap aja kelakuannya bikin kepala pusing.”

Karin hanya tertawa lagi.

“Aku pernah minta sama mbak Nana.” Ujar Irvan. “Apa nggak bisa kalau kamu jadi wali kelas untuk kelas 11 atau 10 aja? Bila perlu nggak usah jadi wali kelas. Kan kamu lagi hamil, kasian hamil-hamil harus ngurusin anak berantem juga. Mana Natasha sama Adhis digabung jadi satu, di kelas kamu.”

“Oya? Terus mbak Nana bilang apa?” Tanya Karin. Nafasnya mulai terengah – engah.

“Katanya, kamu kan dari dulu memang wali kelas untuk kelas XII. Kalau kamu dipindah ke kelas 11 atau 10 kasian angkatan sekarang nggak ngerasain dibimbing kamu. Dia sih nawarin back up kalau pas kamu nggak sanggup.”

Karin hanya tertawa. “Iya gapapalah, orang waktu aku hamil Zaskia dan Kayla juga sering ngadepin klien aneh-aneh.”

“Ya, saat itu kan kamu masih muda belum umur 30. Sekarang umur kamu udah 35. Kata dokter juga jangan terlalu capek.”

“Udah lah mas aku gapapa.”

“Mau tukeran sama aku sama aja, ada Ranty ketemu Yasmin.”

Akhirnya tiba juga mereka di depan kelas XII Ipa 1 dan Ipa 2 yang letaknya bersebelahan.

“Oke, see you.” Irvan pun mengelus perut istrinya kemudian mengecup keningnya.

See u.” Karin balas tersenyum.

Mereka pun berjalan masuk menuju kelas masing – masing.

Anak-anak dari dalam kelas dapat melihat pasangan suami istri itu melalui kaca jendela.

“Ah, sweet banget sih Pak Irvan.” Coco berdecak kagum dari dalam kelas XII Ipa1.

Adhis yang duduk di sebelahnya menimpali. “Pengen deh gue kalau udah nikah kayak gitu. Selalu mesra kapanpun dimanapun. Couple goals banget, deh!”

“Nyari cowok yang kayak Pak Irvan itu dimana ya?” Timpal Coco dengan mata menerawang sambil menopang dagunya.

Tentu saja ada seseorang yang merusak kesenangan mereka. Siapa lagi kalau bukan Natasha yang duduk di arah jam 4 mereka.

Couple goals apaan, sih?” Ketusnya. “Lebay!”

“Pssstttttt.” Verrel yang duduk persis di depannya mendiamkannya.

Morning!” Sapa Karin yang baru masuk kepada 20 murid di kelas tersebut.

Good Morning, Bu Karin.” Saut siswa XII Ipa 1 kompak.

Setelah meletakkan perlengkapan mengajarnya di atas meja, Karin kemudian berdiri persis di tengah - tengah depan kelas.

“Udah kenal semua kan, ya?” Tunjuk Karin ke seisi kelas dan diikuti oleh tawa anak – anak.

Adhisty kemudian mengangkat tangan.

“Ya silahkan, Adhis.” Tunjuk Karin.

“Bu, berarti sampai ibu melahirkan kita nggak dapat ekskul market research ya?” Tanya Adhis. “Terus nasib kita yang berminat gimana bu?”

Verrel juga ikut menimpali. “Iya bu, ini banyak peminatnya lho.”

Karin tersenyum.

“Untuk tahun ini, rencananya saya memang tidak mengajar ekskul dulu dan juga tidak menerima les privat. Tapi kalian jangan khawatir, selama masa itu, saya akan sisipkan market research dalam materi pembelajaran.”

Para murid tampak bernafas lega, kecuali Natasha yang sejak tadi terus berwajah masam. Memang pembawaannya seperti itu, selalu jutek.

“Oiya, saya sekadar info saja. Mungkin beberapa murid sudah ada yang tau.” Karin jeda sejenak sambil mengelus-elus perutnya.

“Rencana bulan November nanti kan saya melahirkan.” Lanjut Karin. “Jadi saya akan cuti selama tiga bulan, mulai dari November sampai Februari. Nah sementara, selama tiga bulan itu yang akan menjadi wali kelas kalian kalau nggak Bu Nana langsung, ya Bu Cinta.”

“Terus yang ngajar kita matematika siapa, Bu?” Tanya Coco.

“Karena kebetulan saat itu banyak kepotong ujian semester dan juga libur, yang akan menggantikan saya ya guru IPA lainnya. Kalau nggak Pak Irvan, Pak Arya atau Pak Uus.” Karin menghela nafas sejenak karena kelelahan. “Mereka juga pintar matematika dan sudah saya brief mengenai market research.”

Lihat selengkapnya