Waktu kini menunjukkan pukul 15.00 WIB yang artinya kegiatan masa orientasi hari ini sudah selesai. Sekolah sudah mulai sepi dan hanya tersisa beberapa anak lagi. Karin keluar sebentar dari ruang guru hendak membeli makanan sekaligus ingin menghirup udara segar.
Ia bisa melihat ibu Adhis yang baru memasuki lobby sekolah. Maka ia memutuskan untuk menghampiri dan menyapanya. Mereka bahkan sudah saling mengenal jauh sebelum Adhis bersekolah disini.
“Bu Karin.” Begitu melihat dirinya, ibu Adhis langsung melambai kemudian berjalan cepat.
Karin balas melambai. Akhirnya tiba juga ibu Adhis itu di depannya. Mereka langsung mengobrol di koridor sekolah yang mengarah ke lapangan. Bisa terdengar seruan suara geng Boy yang tengah bermain basket.
“Karin ajalah, Mbak.” Selorohnya. “Kayak sama siapa aja?”
“Ah, kan di sekolah.” Tolak ibu Adhis. “Eh, ngomong – ngomong bu Karin gimana kabarnya? Sehat? Duh, nggak nyangka ya kayaknya baru aja kemarin ibu masih pakai seragam SMA, suka main sama Reza, sekarang malah jadi wali kelas Adhis.”
Karin langsung tertawa dengan celetukan wanita yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua dari dirinya itu.
“Yowes, aku panggil Bu Lulu juga deh berarti.” Karin terkekeh. “Alhamdulillah kabar baik. Iya nggak nyangka juga ya.”
Ibu yang wajahnya mirip sekali dengan putrinya dan berambut seleher tersebut kemudian melihat perut Karin. Penampilannya dengan kaos ketat putih dan jeans membuatnya tampak awet muda.
“Udah jalan berapa bulan, Bu Karin?” Tanyanya.
“Lima bulan, Bu.” Sautnya sambil memegangi perut.
Mereka berdua kemudian mengobrol panjang lebar soal kehamilan Karin dan juga hari perkiraan lahir.
“Oh, semoga lancar – lancar ya bu nanti saat persalinan.” Ucapnya kemudian.
“Makasih, Bu.”
“Ih, akhirnya ya Bu Karin sendiri yang jadi wali kelas Adhis.” Ucapnya senang sambil menepuk pelan bahu Karin.
Mereka pun tertawa bersama, kemudian membicarakan hukuman Adhis dan juga bagaimana Adhis di kelas tadi.
“Iya, tadi saya sempat kesal begitu Adhis telepon, bilang pulang telat katanya dihukum.” Keluhnya. “Tapi gapapa lah itu konsekuensi dia berantem. Tau gitu kan saya nggak usah cuti kerja.”
Karin hanya tersenyum.
“Yang saya senang hukuman disini tuh masih mendidik.” Lanjut ibu Adhis lagi.
“Iya dong bu, We School pasti memberikan yang terbaik.”
Karin kemudian menanyakan soal pekerjaan ibu Adhis.
“Masih suka dinas keluar kota, Bu?”
“Besok saya mau Kalimantan.” Jawabnya. “Beberapa bulan ini akan full jadwal keluar kota.”
Ibu Adhis tiba – tiba melihat sosok guru yang baru memasuki lapangan hendak bermain basket bersama guru – guru lain seperti Boy, Ernest, Arya, Uus dan Acho.
“Loh, itu guru baru?” Tunjuk Ibu Adhis.
Karin pun ikut menoleh ke arah yang ditunjuknya.
“Betul, Bu.” Jawab Karin. “Itu guru olahraga gantinya Pak Taga sekaligus mengajar ekskul bahasa Jerman.”
Ibu Adhis hanya mengangguk. “Oh, oke.”