Saat jam istirahat, semua guru pun akhirnya berkumpul di ruang guru.
“Oke.” Ujar Alex lantang yang masih berdiri di depan pintu kemudian pintu pun ia kunci. “Ini pintu sengaja saya kunci supaya nggak ada murid yang masuk.”
“Bentar – bentar, ini ada apaan sih?” Tanya Boy yang masih bingung. “Kenapa kita semua disuruh kumpul?”
Suasana begitu tegang. Beberapa guru sampai tak duduk dan beberapa guru lagi duduk di mejanya masing – masing. Mereka semua menatap LCD TV 50 inch di ruangan tersebut. Bu Nana juga sudah berada disana berdiri paling dekat dengan layar. Semua guru sudah tau pokok permasalahannya kecuali Boy yang datang paling akhir tadi.
“Oke, saya ulangi sekali lagi ya!” Ujar Alex sinis. “Jadi saat mengajar anak kelas XII Ipa 1 olahraga, saya mendapat tuduhan yang nggak enak dari Bu Karin.”
Semuanya langsung menoleh ke arah Karin yang duduk di mejanya. Suaminya juga ikut menoleh dengan perasaan tak enak.
“Hah?” Boy bingung. “Maksudnya?”
“Bu Karin ini menuduh saya melakukan perbuatan mesum kepada anak perempuan di kelas XII Ipa 1.Baru ngajar dua hari disini, saya udah……”
Karin langsung tertawa terbahak-bahak. Semuanya pun menatap Karin sambil mengernyitkan dahi.
“Ada yang lucu, Bu Karin?” Tanya Alex sinis.
“Anda ini lucu.” Karin terbahak – bahak. “Eh, ralat! Bukan lucu tapi manipulatif. Saya salut lho sama akting anda, seolah – olah anda korban. Padahal sebentar lagi bukti akan terpampang nyata di layar itu.”
“Oke!” Alex pun mengangguk – angguk. “Oke.”
Suasana semakin tegang sampai - sampai kepala sekolah tak dapat berkutik.
“Gini aja, ini petugas operator CCTV sudah ada disini.” Tunjuk Alex kepada seorang pria kurus di depan laptopnya yang tak jauh dari LCD. “Silahkan Bu Karin, instruksikan kepada Pak Kasim tanggal, jam dan lokasi mana saja yang mau ibu tunjukan kejahatan saya.”
Karin pun langsung berdiri dan berjalan mantap menuju petugas CCTV tersebut.
“Pak Kasim!” Panggil Karin. “Tolong putar rekaman CCTV kemarin, mulai dari pukul 8 pagi saat Pak Alex sedang memperkenalkan diri.”
Pria berusia awal 50-an itu menampilkan tayangan yang diminta oleh Karin dan langsung tersambung ke LCD TV. Semuanya pun memerhatikan.
“Tolong cepetin saat bagian Adhisty Amelia bertanya.” Perintah Karin.
Pak Kasim pun menuruti. Karin menyeringai menunggu – nunggu agar bisa membuktikan kepada semua orang tatapan guru baru tersebut yang tak pantas.
“Bukan yang itu!” Ujar Karin saat layar tersebut sedang menayangkan Adhis yang hanya menanyakan apakah Alex sudah memiliki pacar atau belum. “Cepetin saat Adhis bertanya soal kalori tubuh.”
Pria berkacamata itu langsung mencari rekaman yang diminta Karin dan menayangkannya begitu ketemu. Saat itulah ia harusnya bisa melihat wajah Alex yang tersenyum kagum.
Mereka terus menunggu. Namun, kemudian harus mengernyitkan dahi karena mereka tak menemukan apapun yang Karin bilang. Mereka hanya melihat Alex tersenyum respect kepada gadis tersebut. Tau – tau rekaman itu sudah berganti saat murid lain menanyainya.
“Loh, kok nggak ada?” Karin bingung sendiri.