Mereka hanya melihat Karin yang memerhatikan dari lantai dua dengan mata melotot dan langsung menuruni tangga kemudian berjalan cepat menghampiri lapangan. Meminta izin untuk berbicara dengan guru baru tersebut yang agak jauh dari anak-anak dan memarahinya.
“Jadi karena Bu Karin ini lihatnya dari atas, jadi memang kurang jelas.” Ujar Alex pelan. “Saya itu sedang melihat ponsel saya bukan mau aneh-aneh ke anak perempuan, Bu. Maaf mata ibu minus, nggak?”
“Nggak!”
Karin yakin apa yang dilihatnya tadi tak salah. Ia juga tak lupa dengan ekspresi menyeringai guru itu. Karin pun langsung memikirkan kemungkinan apa yang menyebabkan rekaman CCTV dan yang ia lihat berbeda. Maka ia pun langsung menatap guru itu tajam, melepas rangkulan suaminya dan berjalan mendekatinya.
“Tadi setelah kita ngobrol, saya lihat bapak tampak chat seseorang! Apa itu Pak Kasim yang bapak suruh edit rekaman CCTV?” Tuduhnya tanpa tedeng aling-aling. Pak Kasim jadi ikut terseret.
Baik Alex, Pak Kasim dan semua guru dibuat kaget mendengar itu.
“Wow!” Alex sampai mengganggakan mulutnya. “Saya saja baruuuu banget kenal Pak Kasim setelah dipanggil Mbak Nana.”
“Bohong!” Ketus Karin.
“Bohong gimana sih, Bu?” Nada Alex memelas. “Saya baru dua hari disini, mana ngerti cara hapus rekaman CCTV?”
Bu Nana yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. “Yang Alex bilang itu bener, Rin. Tadi Alex ke ruangan saya, mukanya bingung dan tanya-tanya soal gimana caranya kalau mau lihat rekaman CCTV.”
Bu Nana jeda sejenak.
“Saya tanya buat apa? Alex langsung cerita semua yang kamu tuduhkan. Berhubung di ruangan saya bisa cek rekaman CCTV, ya saya dan Alex lihat dulu berdua dan yang kamu tuduhkan memang nggak ada. Baru kami mengumpulkan kalian dan meminta bantuan Pak Kasim.”
“Apa Mbak Nana seharian di ruangan? Atau sempat keluar?” Cecar Karin. “Kalau Mbak Nana sempat keluar, berarti dia sempat masuk dan hapus.”
“Saya seharian disini terima tamu, Karin. Lagian kalau ada rekaman yang dihapus, kan bisa kentara juga.”
Karin hanya menghela nafas panjang.