Karin dan Laura pun langsung berjalan menuju ruang makan guru. Kantin sekolah penuh sekali, tak hanya oleh murid WeSchool tapi juga murid sekolahan lain. Pekan seni yang diadakan setiap tahun ini merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu pelajar seluruh Indonesia. Mereka boleh tak keterima atau tak mampu bersekolah disini, but at least mereka bisa mendapat wawasan. Pekan seni tak hanya menonjolkan kesenian saja tapi kegiatan lain juga.
Seperti Karin misalnya, yang share mengenai personal branding dan entrepreneurship serta memamerkan beberapa anak didiknya seperti Adhis, Coco, Yasmin, Yunan, Iqbal dan Jefri yang sudah menjadi entrepreneurship kecil – kecilan sejak muda.
Laura dan Karin pun sudah tiba di ruang makan guru dan tak ada seorang pun disana. Hanya mereka berdua. Mereka memilih duduk di paling ujung dekat jendela.
“Rin, hari ini lo ada kasih workshop lagi nggak?” Tanya Laura begitu mereka baru duduk.
Karin yang duduk persis di depannya hanya menggeleng. “Kemarin gue terakhir.”
Karin langsung melemparkan pandangan keluar jendela yang hanya terlihat taman – taman hijau.
“Rin?” Panggil Laura yang melihat wajah sedih sahabatnya. “Lo mau cerita? Ada apa?”
Karin hanya menunduk lemas.
“Gue boleh tau nggak, belakangan hubungan lo sama Irvan merenggang ya?” Tanya Laura lagi penuh perhatian.
Karin mengangguk.
“Iya, sejak kejadian itu dia jadi marah banget ke gue.” Ujar Karin sedih. “Dia bilang gue jahat karena nyebar fitnah, cerita bohong dan melakukan pembunuhan karakter.”
Karin mengangkat bahu. “Sekarang Mas Irvan jadi lebih cuek deh.”
Laura menghela nafas.
“Dulu, biasanya dia selalu perhatiin makanan gue apalagi sejak hamil.” Lanjut Karin. “Sekarang nggak.”
Karin menundukkan kepalanya, menghela nafas sejenak dan lanjut bercerita.
“Kalau jam istirahat gini, biasanya dia ajakin makan bareng kesini terus dia pasti yang pesenin makan dan nyuruh gue tunggu disini. Ya, gue nggak masalah sih pesen sendirian. Tapi sedih aja sih mendadak semuanya berubah.”
“Kalau di rumah atau depan anak-anak gimana?” Tanya Laura.
“Yah, berpura – pura kalau semuanya normal.”
Laura terdiam.