We School : Sesak

Putri Lailani
Chapter #22

Dan Ternyata

Di dalam ruangan karaoke tampak sepasang kekasih yang saling berdebat memilih lagu yang akan mereka mainkan dan sesekali diselingi candaan.

“Sayang, aku mau lagu Blackpink.” Rengek si cewek itu sambil menarik remot dari sang pria.

“Sayang, dari tadi kan udah Kpop terus.” Bujuk pria itu. “Gantian aku dong.”

“Ah, selera lagu kamu tua! Aku bosen dengernya kalau nggak Queen, Beatles, Michael Learns to Rock.”

Pria itu hanya tertawa.

“Sayang, lagu jaman dulu itu bagus-bagus lho.”

Mereka pun terus bertengkar kecil memilih lagu.

Yah, benar saja! Mereka adalah Alexander Reinhard dan Adhisty Amelia.

*************

 

[13 JULI 2021]

 

“Pak Alex…Pak Alex!” Teriak Adhis saat pria blasteran tersebut baru keluar dari ruang guru.

Pria itu langsung celingak celinguk. Ia memastikan agar guru hamil yang rese itu tak sedang menguntitnya. Guru yang lain biasanya cenderung tak peduli pada urusan orang lain.

Alex melihat gadis itu berjalan cepat menghampirinya masih dengan pakaian olahraga. Pria itu spontan berbelok ke koridor sepi agar gadis itu mengikutinya.

“Pak Alex.” Panggil gadis itu lagi begitu mereka sudah berdiri saling berhadapan. “Hari ini jadi mulai les nya, kan?”

“Adhis, kenapa kamu fotocopy form pemberian saya terus kamu sebar ke teman-teman kamu?” Protesnya. “Anak yang mau les privat itu harus confirm dulu ke saya dan hanya boleh saya langsung yang kasih form nya, karena itu ada kaitannya dengan ketersediaan jadwal saya. Sekarang gimana? Mereka udah terlanjur daftar dan udah tanda tangan orang tua. Mana banyak sekitar 50 anak! Saya nggak cukup waktu ngajar mereka semua.”

Gadis berkulit putih tersebut mengernyitkan dahi.

“Itu bukan saya tapi Bu Karin, Pak.”

“Hah?”

“Iya, jadi begitu saya dapat form dari bapak, Bu Karin buru-buru cegat saya supaya saya jangan isi form dulu. Katanya bapak minta bantuan Bu Karin untuk memperbanyak dan disebar ke anak-anak lain. Terus tadi pagi, Bu Karin suruh saya titip OB.”

Alex langsung merasa jengkel dengan ibu hamil itu, entah apa maksudnya.

“Oh.” Alex langsung mencari-cari alasan. “Kita ada misscomm, nanti saya coba confirm lagi deh ke bu Karin.”

“Iya, jadi nanti mulai les privat kan pak?” Tanyanya sambil menyengir lebar.

“Oh iya…iya. Jadwal kamu itu Selasa dan Jumat kan ya? Jam 5 sore, di rumah kamu ya. Iya, nanti saya ke rumah kamu.”

“Pak, minta nomor handphone nya dong!” Pinta gadis itu genit. “Biar saya bisa share loc! Jadi bapak nggak nyasar.”

“Oh, boleh – boleh.”

Mereka pun bertukar nomor telepon.

********

Alex pun tiba di rumah Adhis yang tak jauh dari sekolah. Luas rumah tersebut sekitar 200m2 dan tingkat dua. Pembantunya yang membukakan pintu.

“Oh, Pak Alex ya? Mari silahkan, Pak.”

“Makasih.” Alex pun memasuki rumah bertema farm house tersebut.

“Ibu atau bapaknya ada?”

“Oh, bapaknya kan nggak tinggal disini. Kalau ibu keluar kota.”

“Oh, gitu.”

“Mari, Pak.”

Alex pun mengikuti pembantu itu berjalan menuju ke tempat mereka akan belajar. Mereka melewati living room. Ada beberapa foto terpajang disitu, meski hanya foto Adhis dan ibunya saja.

Ia dibawa ke backyard dan disitu terdapat kolam renang mini dan juga meja.

“Kata non Adhis, nanti belajarnya disini saja gapapa kan, Pak?” Tanyanya sambil menunjuk meja.

“Oh…iya gapapa.” Saut Alex kemudian menduduki salah satu kursi tersebut. “Makasih, ya.”

“Pak Alex!” Tak lama terdengar suara seorang gadis yang familiar di telinganya.

Alex pun menoleh dan langsung tertawa.

“Suara kamu tuh khas banget tau nggak.”

“Maksudnya khas gimana, Pak?” Tanya gadis yang memiliki gigi kelinci sambil menduduki bangku di depan guru tersebut.

“Ya cempreng.”

Gadis itu langsung memajukan bibirnya. “Kok ngatain saya cempreng sih, Pak.”

“No! I mean cempreng in a good way.” Alex sambil tertawa kecil. “Ini bukan bullying lho.”

Mereka tertawa bersama.

“Bapak tadi nyasar nggak kesininya?” Tanya gadis itu sambil tangannya menopang dagu. Ia tak bosan-bosannya memandangi ketampanan gurunya. “Bapak makin ganteng ya kalau dilihat dari deket.”

Alex hanya tertawa sambil mengambil buku-bukunya di tas.

“Ya, nggak dong! Kamu kan udah share loc segala tadi.”

“Eh iya.” Adhis pun terkekeh.

Mereka pun kemudian belajar selama kurang lebih dua jam dan menjelang selesai, Adhis malah banyak bertanya seputar urusan pribadi Alex.

“Pak Alex udah punya pacar?”

Alex pun menggeleng. “Kan kemarin udah saya jawab belum.”

“Masalahnya saya nggak percaya. Kenapa belum pacaran, Pak? Kan bapak ganteng?”

Lihat selengkapnya