[22 SEPTEMBER 2021]
“Adhis, are you okay?” Karin melambaikan satu tangannya persis di depan muka siswinya yang sedang melamun di dalam kelas. Wajahnya begitu pucat.
Kini mereka sedang di kelas ekstrakurikuler market research.
“Gapapa, Bu.” Yasmin yang duduk di sebelahnya yang menjawab. “Adhis cuma belum makan aja. Saya suruh makan nggak mau katanya diet.”
“Pengaruh obat diet tuh, Bu.” Celetuk Coco yang duduk di belakangnya.
Karin mengernyitkan dahi setengah tak percaya.
“Eh, kalau diet bukan berarti kelaparan dong.” Karin akhirnya hanya bisa menasihati. “Adhis, ayo kamu ke kantin dulu beli makanan.”
“Nggak, Bu.” Jawab Adhis datar, lemas, tak bertenaga dan matanya memandang kosong.
“Oke.” Karin pun mengangguk – angguk meski sebenarnya perasaannya pun tak enak.
Ia pun kembali berjalan ke depan kelas dan lanjut mengajar.
“Jadi, market research kan kalian harus melakukan pengumpulan, pencatatan, analasis data baik kuantitatif maupun kualitatif tentang berbagai isu – isu yang berhubungan dengan produk dan jasa pemasaran.”
Karin menjelaskan sambil sesekali memerhatikan Adhisty. Ia merasa sebulan belakangan, Adhis jadi lebih murung, pendiam, pasif bahkan prestasi dan semangat belajarnya menurun. Sebenarnya ia mencurigai sesuatu, namun baru asumsi. Belum ada kabar juga dari Reza.
“Oke, sekarang kalian saya kasih tugas berkelompok ya sekitar 3 - 4 orang.” Ujar Karin kemudian. “Tugasnya kalian tentukan minat masyarakat saat ini. Bebas mau anak – anak, remaja atau dewasa dan golongan sosial ekonominya pun bebas.”
Natasha yang juga mengikuti ekskul tersebut angkat tangan untuk bertanya.
“Ya, Natasha?”
“Bu. Data apa lagi yang dibutuhkan selain menentukan minat masyarakat?”
Natasha kini terlihat lebih antusias belajar dibanding Adhis.
“Oke. Jadi nanti, pada saat presentasi kelompok……”
Karin pun menjelaskan panjang lebar sambil sesekali melirik Adhis. Kini ia melihat mata Adhis malah semakin memerah. Wajah dan bibirnya begitu pucat. Ada apa dengan gadis itu?
Tok….Tok….Tok
Tiba – tiba dirinya mendengar pintu diketuk maka ia pun menoleh.
“Hai!” Sapa Karin ramah melihat temannya Nadine yang datang. “Sini masuk.”
“Hai.” Wanita cantik bertubuh jangkung tersebut memasuki kelas. Sontak perhatian para murid tertuju pada wanita tersebut terutama anak – anak cowok. Dandanannya pun sangat modis dengan rambut kecoklatan digelung rapih dihiasi dengan bandana garis – garis merah biru. Ia pun mengenakan kemeja berwarna biru laut dan rok plisket merah.
“Wuihhh, cakep banget.”
Meski berbisik, Karin bisa mendengar Iqbal, Jefri, Verel dan Ari berdecak kagum.
“Eh…eh….eh!” Karin menegur mereka berempat. “Bu Nadine ini udah bersuami ya.”
Keempat siswa itu hanya tersenyum malu.
“Oke. Perkenalkan semuanya, ini adalah ibu Nadine yang nantinya akan menggantikan saya.” Beritau Karin.
Wajah para murid yang tadinya penuh dengan tanda tanya kini pun mengerti. “Ohhhh”