Pintu kamar Yunan dibuka begitu kencang.
Brakkkkkkkkk
Pria remaja yang sejak tadi tak pindah dari posisinya langsung tersentak. Karin juga bisa melihat dari layar portable-nya.
Sontak pria remaja itu langsung menerjang ke arah orang yang membuka pintu tersebut dan hendak meninjunya. “Anjing lo, lo apain Adhis?”
Belum sempat kena tinju, pria blasteran tersebut langsung mencengkeram dan memelintir lengannya. Dua orang suruhan yang mengikutinya langsung memegang dan mencengkeram erat kedua tangannya.
“Lepasin gue, anjing!” Maki Yunan penuh amarah.
Alex langsung melayangkan tinju ke wajah tampan pria remaja tersebut.
“Yunan!” Teriak Karin melalui TV portable.
Alex pun kesal mendengar suara guru yang menurutnya paling bawel di sekolah itu. Ia dengan kasar mengambil TV portable diatas meja dan menatap Karin.
“Well….well, Karin!” Ucapnya menyeringai. “Kayaknya nyaman banget lo disana.”
Karin menatap wajah Alex tajam.
“Please Alex, keluarin kita.” Karin memohon. “Gue punya anak, punya suami, kasian juga bayi dalam perut gue.”
Alex menghela nafas. “Karin…Karin! Semua ini nggak perlu terjadi kalau dari awal lo nggak ikut campur.”
“Seenggaknya kasih gue izin telepon suami gue. Gue mau ngomong sama Mas Irvan.” Karin masih memohon.
Alex langsung terpingkal – pingkal. “Nggak!”
“Lex, kalau lo keluarin kita bertiga, kita janji nggak akan bilang siapa – siapa.” Karin memelas dan mulai terisak. “Kita akan pura – pura nggak tau dan tetap menjalani hari – hari di sekolah dengan normal. Gue nggak akan ngusik lo lagi.”
Alex terpingkal – pingkal lagi.
“Telat, goblok! Polisi sekarang ada di sekolah dan semua gara – gara lo! Kalo lo mau tau kabar Irvan, dia sekarang ada di ruang auditorium sama yang lain!”
“Justru itu, kalau lo pulangin kita sekarang ke sekolah belum terlambat.” Karin mencoba bernegosiasi. “Nanti gue bilang kalau habis dari dokter atau kemana kek.”
“Halah.”
Alex langsung mematikan dan memutus sambungan TV portable tersebut dan melemparnya ke atas kasur. Ia kembali menghajar Yunan sekali lagi kemudian terpingkal – pingkal. Yunan hanya menatap pria tersebut tajam. Alex kemudian memegangi wajahnya erat.
“Lo mau ketemu pacar lo?”
Alih – alih menjawab, Yunan hanya terus-terusan menatap Alex tajam. Alex kemudian melepaskan cengkeramannya dengan kasar.